Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

Firman : Yohanes  17:22-26

Kita masuk ke penghujung pembelajaran kita akan doa syafaat Gembala Agung, Imam Besar, satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia. Fokus dari alam semesta ini adalah bumi; fokus dari bumi adalah manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Allah; fokus dari manusia adalah kaum pilihan; dan fokus kaum pilihan adalah pada mereka yang mengerti tentang pemilihan. Maka betapa pentingnya pemahaman dan orang yang paham firman Tuhan dan theologi Reformed, itu berarti kita kembali kepada kehendak-Nya.

Jika kita tidak sadar akan fokus ini, maka kita tidak mengenal diri dan kehilangan harkat dan tanggung jawab kita sebagai umat tebusan Allah. Banyak orang hanya mau menerima berkat dan anugerah Allah, tanpa mau mengerti artinya. Banyak orang belajar Alkitab secara akademis dan kognitif, tetapi hatinya tidak pernah berubah. Banyak orang hanya maju secara pengetahuan dan epistemologis, tetapi imannya tidak bertumbuh, dan tidak pernah menjalankan firman. Ini sangat celaka.

Orang Farisi di zaman itu mengerti Kitab Suci lebih dari siapa pun, mereka dipandang tinggi, tetapi pengertian mereka tidak bisa menjadi pusaka iman, malah menjadi kutuk dan rintangan untuk menerima berkat Allah di dalam Kristus. Dengan demikian, mereka tidak mungkin menjadi berkat bagi orang lain. Mereka menjadi sumber kematian bagi pengikutnya, yang tidak mendapat hidup dari Allah. Barang siapa menolak Kristus, dia menolak semua dari Allah; barang siapa tidak paham Yesus, tidak paham isi hati Allah. Pengertian akademis orang Farisi sering kali hanya menghasilkan kesombongan. Mereka berusaha hanya memakai pengetahuan mengerti Perjanjian Lama tanpa pemahaman yang melampaui harfiah. Paulus berkata: harfiah itu mematikan, hanya Roh menghidupkan. Bagi mereka yang datang kepada Allah dengan rendah hati, haus, mau mencari sumber hidup, kebijaksanaan, dan kebenaran, akan menemuinya di dalam Kristus.

Seorang buta yang disembuhkan Yesus di hari Sabat (Yoh. 9), mengenal Allah melebihi mereka yang melawan Yesus. Orang Farisi hanya mengerti hari Sabat tidak boleh dilanggar, maka memelihara hari Sabat. Saat melihat Yesus menyembuhkan orang buta sejak lahir di hari Sabat, mereka langsung marah, karena tindakan Yesus tidak sesuai dengan pikiran akademis mereka, berarti “melanggar” hukum Taurat. Mereka tidak sadar bahwa yang mereka sebut “pelanggar hari Sabat” adalah Tuhan atas hari Sabat yang berhak memakai hari Sabat sesuai kehendak dan rencana-Nya. Allah tidak dikurung oleh hari Sabat yang Ia sendiri tetapkan. Hari Sabat ada bagi manusia, bukan manusia bagi hari Sabat. Prinsip yang paling asasi ini telah hilang dari pemahaman Taurat. Yohanes 5, 9, dan 11 mengungkapkan hal ini. Orang Farisi mencatat semua ini sebagai alasan untuk membunuh Yesus. Akibatnya, Pemberi hidup dibunuh oleh yang membutuhkan hidup. Semua menjadi terbalik hanya karena pengetahuan agama tidak menjadi bobot rohani.

Jika kita paham, kita akan melihat bahwa yang bertahan dalam sejarah adalah mereka yang menjalankan kehendak Allah. Semakin melihat ini saya semakin gentar. Kita harus dengan serius mengembalikan diri dan gerak kita kepada motivasi yang benar sesuai firman, kehendak, rencana, kebijaksanaan, rahasia, dan janji Allah di dalam Kristus.

Dunia ini sementara. Para pemuda perlu segera sadar bahwa lebih berguna seumur hidup dalam tangan Tuhan. Semakin lambat sadar, semakin kehilangan kesempatan dipakai dan menjadi berkat di tangan Tuhan. Saya masih mengingat kalimat penting Dr. Richard Pratt, “Yesus tidak mempertahankan apa pun bagi diri-Nya sendiri.” Manusia diberi semua bekal hidup untuk diuji tanggung jawabnya oleh Tuhan. Hati-hati dengan reaksimu terhadap pencobaan setan. Waspada akan apa yang kaulakukan, ketika engkau bereaksi terhadap semua yang untuk sementara dipercayakan kepadamu, karena itu adalah ujian dan sekaligus pencobaan. Allah menguji sekaligus setan mencobai. Reaksi kita akan memaparkan siapa diri kita, serta kejujuran, kesetiaan, dan kebijaksanaan kita di hadapan Allah. Reaksi kita akan dinilai oleh Tuhan, sampai mana kesetiaan kita. Di ayat 9: “Pisahkan mereka yang milik Tuhan dan yang milik dunia.” Dua kelompok yang berbeda. Yang milik Tuhan adalah kelompok kecil, sedikit, tetapi inilah fokus. Fokus selalu minoritas, tetapi menentukan seluruh rotasi roda. Jika poros bergeser, roda akan hancur.

Kita harus meletakkan firman, kehendak, dan kebijaksanaan kekal Allah sebagai poros hidup kita, dan mengatur kembali hidup kita agar tidak bergeser. Yesus berdoa syafaat bagi para rasul dan semua orang yang mendengar firman dan beriman kepada-Nya. Gereja Tuhan harus terus diperluas melalui penginjilan, pengajaran firman, dan pengabdian mereka yang datang dan memahami kehendak-Nya. Gereja harus mementingkan kualitas lebih dahulu dan lebih utama, ketimbang kuantitas. Jika kualitas tidak dipelihara baik setiap saat, maka semua kuantitas yang diraih hanya merupakan penipuan diri.

Yesus meminta agar mereka menjadi satu. Hal ini diserukan dan diidamkan gereja-gereja. Tetapi ada perbedaan antara persatuan yang diinginkan manusia dan yang didoakan oleh Yesus. Persatuan yang Yesus inginkan berdiri di atas tiga dasar, yaitu: 1) Firman Allah; 2) Nama Allah; dan 3) Kemuliaan Allah.

  • Pertama, kita bersatu di dalam firman Allah. Kesatuan sejati adalah satu iman, satu Tuhan, satu baptisan, dan satu Roh (Ef. 4). Kita harus mencintai firman lebih dari mencintai gereja. Mencari gereja yang baik tidak mudah, seperti mencari pacar. Kita harus bersatu di dalam gereja, berdoa bersama, mempelajari firman Tuhan dengan standar kebenaran firman itu sendiri. Jika khotbah itu engkau rasa tidak cocok dengan konsepmu, tetapi yang dikhotbahkan betul-betul adalah firman Tuhan, maka engkau harus bergereja di situ. Jangan cepat-cepat mau melayani. Sering kali engkau dipakai oleh gereja di mana diberikan banyak pelayanan untuk engkau bisa menonjolkan diri, tetapi tidak peduli ajaran gereja itu benar atau salah. Ini bahaya sekali. Engkau akan berbagian dalam ajaran yang salah dan dosa mereka. Jika engkau sadar berada dalam kondisi seperti ini, engkau harus segera keluar dari situ. Tetapi ketika engkau keluar, mereka akan marah dan menganggap engkau sebagai pemecah gereja. Maka, kita harus bijaksana dan teliti dengan memegang prinsip mau sungguh-sungguh mengerti kebenaran firman Tuhan dan ajaran yang benar.
  • Kedua, kita harus memuliakan dan menguduskan nama Allah. Ketika orang Kristen sungguh-sungguh memuliakan nama Allah, engkau boleh bersatu dan bergabung dengan mereka. Gereja yang mempermalukan nama Allah, banyak aktivitas yang merebut kemuliaan Allah, jangan bergabung dengan dosa mereka. Jangan menuntut orang atau gereja memuliakan namamu. Hanya nama Kristus yang harus dikuduskan. Semua orang yang menguduskan nama Allah akan bersatu. Sejak tahun 1970, dalam suatu Konferensi Dewan Gereja se-Dunia di Bangkok, mereka tidak lagi membahas Kristus dan salib-Nya. Bahkan mengusulkan untuk membuang tanda salib dari logo mereka. Saat itu saya mulai sadar mereka sedang menuju ke mana. Kita harus kembali kepada firman dan penginjilan harus digalakkan. Jika tidak, manusia kehilangan hari depan.
  • Ketiga, yang terpenting adalah kemuliaan Kristus dinyatakan. Kemuliaan Kristus tidak bisa dibandingkan dengan kemuliaan manusia berdosa. Yesus tidak mempunyai emas, berlian, dan barang berharga dunia. Kemuliaan Kristus adalah kemuliaan yang dihina manusia. Ini cakrawala pemikiran yang luas. Kekekalan tidak dipengaruhi kejatuhan dan penilaian manusia berdosa. Kemuliaan dimulai dan ditandai dengan penyerahan, penyangkalan, perendahan, dan pengosongan diri secara tuntas. Bukan dari keunggulan, posisi, tingkat akademis, dan kehormatan diri. Itu semua adalah kemuliaan kecil dan tidak bernilai kekal.

Saya kagum pada Fanny Crosby yang menulis lagu “Salib-Nya, Salib-Nya, selamanya mulia”. Apakah yang engkau lihat di salib? Yesus mungkin telanjang dipaku di salib, semua yang dianggap mulia harus enyah dari Dia, dan itulah kemuliaan. Yesus menyatakan kemuliaan sejak detik pertama di palungan, sampai detik terakhir di salib. Kemuliaan yang berdasarkan inkarnasi ini membawa Dia menuju kemuliaan kekal. Kemuliaan melalui proses inilah kemuliaan sejati dan menjadi teladan bagi orang Kristen seumur hidup. Inilah rahasia kebijaksanaan tertinggi Allah. Yang tidak melihat kemuliaan ini tidak mungkin mengenal Allah. Orang yang pertama melihat kemuliaan saat Yesus disalibkan adalah perampok. Sebenarnya tidak ada apa pun yang bisa membuat perampok itu percaya Yesus yang sedang disalibkan. Jika hari ini engkau dan saya bisa percaya Yesus, itu tanda Allah begitu mengasihi kita, sehingga yang mustahil bisa menjadi mungkin.

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/kemuliaan-kristus-kasih-dan-keadilan-nya-di-atas-salib#hal-1