Bpk Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

sebelumnya…

3. Kebudayaan tidak mampu melepaskan kita dari kekacauan pengetahuan.Kontradiksi pengetahuan ini ditinjau dari mana? Ditinjau dari level pengetahuan yang berbeda-beda, pengetahuan yang satu lebih tinggi daripada pengetahuan yang lain, pengetahuan yang satu lebih rendah daripada pengetahuan lain, ini yang disebut level dari epistemologi.

Sering kali kita mempunyai kelemahan yang sama, kita mempunyai penetapan nilai yang salah, yang bersifat sangat subjektif dan penuh percaya diri. Kita mempunyai konsep yang sangat selektif dalam memilih mana yang kita suka dan mana yang kita tidak suka. Di masa kekacauan level pengetahuan seperti ini, kita tahu bahwa kekacauan pengetahuan pun dimulai setelah kejatuhan. Pada 300 tahun terakhir ini kita menyaksikan pemutarbalikan yang besar: pengetahuan ilmiah yang sebenarnya berada pada level  terendah telah diangkat pada level yang tertinggi sedangkan pengenalan terhadap Tuhan, yang seharusnya berada pada level tertinggi, telah dipindahkan pada level terendah. Inilah kekacauan epistemologi. Mengapa disebutkan tadi bahwa pengetahuan sebenarnya berada pada level terendah? Mengapa pengenalan yang sungguh terhadap Tuhan adalah level yang tertinggi? Mengapa manusia zaman modern telah memutarbalikkan yang rendah menjadi yang tinggi dan yang tinggi menjadi yang rendah? Apakah penyebab kekacauan masa kini? Karena hal yang dibuktikan secara ilmiah hampir tidak dapat disangkal, maka manusia menganggap karya ilmiah sebagai pengetahuan yang pasti, yang terpercaya. Sebaliknya, banyak perkataan gereja yang tidak dapat dipercaya, tidak dapat dibuktikan melalui eksperimen, maka ditarik pada level yang terendah.

Beberapa waktu yang lalu, pusat gereja Katolik memutuskan untuk mengakui hukuman yang dijatuhkan oleh gereja Katolik kepada Galileo adalah salah. Sudah terlambat berapa lama? Kurang lebih 300 tahun kemudian, gereja baru mengakui salah. Dahulu gereja memfitnah ilmuwan, mengadili ilmuwan, menjatuhkan hukuman kepada ilmuwan. Akhirnya setelah lewat ratusan tahun, baru mengakui bahwa pada saat itu mereka telah melakukan kesalahan. Sudah terlambat. Selama ratusan tahun ini, banyak kaum intelektual menganggap gereja adalah organisasi yang menganiaya kebenaran. Dan orang-orang yang menganiaya para ilmuwan itu adalah mereka yang setiap hari berdoa dengan saleh, yang kelihatannya sangat dekat dengan Tuhan. Yang membuat para ilmuwan sejati tidak mau percaya Tuhan mungkin adalah orang-orang yang paling pandai berdoa ini. Karena perkataan gereja sudah tidak lagi dapat dipercaya, kebenaran gereja tidak dapat dieksperimenkan, maka pengetahuan gereja tentang kebenaran Allah dianggap sebagai suatu yang rendah, sedangkan pengetahuan terhadap alam dan ilmu dianggap sebagai sesuatu yang tinggi.

Tetapi mari kita perhatikan, apakah posisi pengetahuan ilmiah sudah pada tempatnya? Tidak! Disatu pihak saya ingin memutarbalikkan posisi ini, dilain pihak saya tidak menginginkan para ilmuwan memuliakan diri mereka sendiri. Karena pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang mempelajari alam yang lebih rendah posisinya dari pada manusia. Pengetahuan yang mempelajari manusia sendiri lebih tinggi daripada pengetahuan yang mempelajari alam, tetapi manusia justru menganggap pengetahuan yang mempelajari manusia lebih rendah daripada pengetahuan yang mempelajari materi. Ini adalah kekacauan konsep nilai.

4. Kebudayaan tidak mampu membawa  kita menemukan posisi kita yang sebenarnya di dalam alam semesta. Dimanakah posisiku di dalam alam semesta ini? Kebudayaan tidak mampu meletakkan kita pada posisi kita yang sebenarnya di dalam alam semesta ini. Inilah letak permasalahan manusia modern di dalam kebudayaan.

Manusia memiliki kesuksesan di bidang ilmiah, matematika, filsafat, dan lain-lain, namun akhirnya manusia tidak tahu di mana  mereka harus meletakkan dirinya. Butir keempat ini merupakan satu kelemahan yang sangat besar. Alkitab jelas mengatakan Allah lebih tinggi daripada materi. Segala kenikmatan materi adalah untuk manusia, dan manusia adalah untuk Allah. Kalau segala materi berada  di bawahmu dan setelah engkau menemukan kesuksesan darinya lalu memuliakan Allah, berarti engkau mengenal posisimu dengan jelas. Kalau engkau pergi ke gereja, berdoa, dan berbakti, hanya ingin memperalat Tuhan untuk memperoleh materi, urutanmu sudah menjadi kacau. Inilah yang tidak dapat dilakukan kebudayaan bagimu.

Anda menyaksikan di berbagai tempat di mana kebudayaan telah berkembang dengan tinggi justru banyak terjadi kasus bunuh diri. Tempat yang paling maju secara materi dan paling makmur secara ekonomi justru adalah tempat di mana manusia merasa tidak begitu berarti. Justru di kota yang paling padat penduduknya, manusianya sering merasa kosong dan kesepian. Di desa hanya ada beberapa keluarga, di sini teriak di sana ada yang menyahut. Tetapi di kota, yang tingkat kepadatannya sangat tinggi, di mana satu rumah didiami oleh puluhan orang. Anda bahkan tidak mengetahui siapa nama tetanggamu. Sudahkah Anda menyadari akibat dari perkembangan kebudayaan yang begitu tinggi? Manusia tetap tidak terlepas dari hal-hal yang kontradiktif, yang kacau, yang tidak jelas posisinya, tidak terlepas dari pemutarbalikan level pengetahuan.

5. Kebudayaan tidak berdaya memberitahukan pusat dan makna hidup kepada kita. Setiap kebudayaan memikirkan tentang sistem nilai. Setiap agama, setiap kebudayaan berharap menemukan pusatnya, di manakah pusat itu? Kebudayaan tidak dapat memberikan jawaban kepada kita. Bolehkah kita mengatakan bahwa selain hidup, waktu adalah pusaka yang penting dan yang berharga. Hidup kita sama panjangnya dengan waktu klita. Saya pernah memberikan tiga definisi untuk waktu :

  1. Waktu adalah hidup – Time is life. Definisi orang Barat adalah Time is money. Is that all? I say, “No!” Time is life. Waktumu sama panjangnya dengan hidupmu. No more no less, time is your life.
  2. Waktu adalah catatan kehidupan – Time is your record. Di dalam seluruh proses waktu. Engkau telah mencatat hidup yang kau miliki itu hidup yang bagimana, engkau tidak akan dapat menghapusnya kecuali engkau menerima pengampunan dari Yesus Kristus.
  3. Waktu adalah kesempatan – Time includes all of the opportunity in your life. Di dalam seluruh proses hidup kita, kita berharap dapat menemukan pusat dari makna hidup yang sesungguhnya. Dapatkah kebudayaan memberikan ini kepada kita? Tidak!

Abad kedua puluh adalah saat di mana manusia paling maju karena kesuksesan kebudayaan itu begitu besar. Pada awal abad kedua puluh mungkin tidak sampai seper-sepuluh ribu orang menikmati penerangan listrik, karena saat itu Edison belum menemukannya. Tetapi pada akhir abad ini, tidak sampai sepersepuluh ribu manusia yang tidak tahu apa itu listrik. Di awal abad kedua puluh banyak orang belum memiliki kendaraan bermotor, hanya para miliuner yang dapat menikmati mobil. Tetapi di akhir abad ini, orang yang paling miskin pun naik mobil, meskipun tidak naik mobil pribadi, tetapi toh bisa naik kendaraan umum. Pada awal abad kedua puluh  manusia masih merangkak di tanah, tetapi akhir abad ini pesawat ruang angkasa pun tanpa perlu dikemudikan oleh manusia dapat terbang ke ruang angkasa yang begitu jauh. Inilah hasil yang dicapai abad ini.

Tetapi abad kedua puluh ini adalah abad yang bagaimana? Abad kedua puluh adalah abad yang menjual dirinya sendiri. Kebudayaan abad kedua puluh telah menjual dirinya sendiri karena abad kedua puluh rela menyerahkan diri kepada abad kesembilan belas untuk menjadi hambanya. Apakah maksud dari perkataan ini? Abad kesembilan belas menghasilkan evolusi, lalu disebarluaskan pada abad kedua puluh. Abad kesembilan belas menghasilkan eksistensialisme, lalu di abad inilah kita mengadakan eksperimen untuk hal itu. Abad kesembilan belas memproduksi positivisme logis, abad keduapuluh mempromosikannya di kalangan intelektual. Kita menghidupi jalan evolusi, jalan eksitensialisme, jalan komunisme, jalan positivisme ilmiah. Sampai hampir berlalunya abad ini, manusia akhirnya baru menemukan terlalu banyak spekulasi di dalam evolusi, ancaman eksitensialisme terhadap eksistensiku terlalu besar, komunisme telah membunuh paling sedikit 80 juta orang tidak  bersalah di Tiongkok dan Unisoviet. Setelah selesai menjalani satu abad baru sadar. “Celaka, kita sudah salah jalan, -isme ini telah mencelakakan RRC.” Sesudah satu abad manusia baru menemukan terlalu banyak kesalahan di dalam Scientific Positivism. Pada saat manusia terbangun di akhir abad kedua puluh, manusia baru menemukan abad ini sudah habis.

Kita justru hidup di dalam zaman seperti ini, sebab dasarnya adalah kita terlalu membanggakan kebudayaan manusia, tetapi tidak mau firman Tuhan. Di dalam lubuk hati kita ada suara yang berkata, “Jalanku lebih tinggi daripada jalan-Mu, rancanganku lebih tinggi daripada rancangan-Mu.”

Kita yang berdiri di batas akhir abad kedua puluh mengharapkan hidup yang bagaimana yang akan ditempuh oleh mereka yang hidup di abad kedua puluh satu? Sebagai orang Kristen, apakah yang kau harapkan dari pengaruh Kekristenan di abad kedua puluh satu? Apakah masih seperti kita saat ini? Mungkin kita tidak memberikan sumbangsih apa-apa terhadap dunia. Kebangunan yang kita butuhkan bukan kebangunan tradisional yang hanya bersifat emosional, dan perubahan secara moralitas saja. Penginjilan yang kita butuhkan bukan hanya penyampaian firman secara lahiriah saja, lalu kita mengakhirinya. Sumbangsih orang Kristen hari ini terhadap dunia adalah jauh melampaui hal-hal yang telah kita perbuat. Oswald Spangler, SIr Arnold Toynbee, atau Sorokin yang terkenal di Rusia, atau Solzhenitsyn, seorang tokoh penting dari kebudayaan, mereka semua memberi petunjuk bahwa dunia ini adalah dunia yang pesimistis. Pada saat kita memikirkan tentang kemungkinan yang optimistis, ada jiwa yang agung sedang mengetuk hati kita. “Hai manusia, jangan terlalu cepat tertawa, jangan terlalu cepat optimis.” Spangler menulis sebuah buku yang berjudul The Decline of the west. Hanya dia seorang diri yang melihat gedung-gedung pencakar langit, seni yang sudah dicapai, namun kemudian mengatakan, “Barat sudah hampir habis.” Orang lain memandangnya sebagai orang gila, namun saya beritahukan bahwa apa yang dikatakannya itu benar.

Toynbee juga mengatakan, “Kebudayaan juga mempunyai empat musim, ada hari di mana dia bisa mati.” Ini adalah perkataan seorang pengkhotbah besar yang dipengaruhi oleh pemikiran Spangler. Dia berpendapat bahwa Kekristenan dapat mewakili dunia.

Sorokin memberi tahu kita, sekarang gereja pun berada di dalam krisis. Pada abad kedua belas dan ketiga belas, 65 persen orang jenius berada di dalam gereja, tetapi ketika abad kedua puluh sudah hampir berakhir, hanya kurang dari 6 persen orang jenius yang berada di dalam gereja, bahkan dari antara jumlah itu, banyak yang tidak jelas imannya. Sekarang, kalau ada satu orang jenius di gereja kita sudah merasa hebat, puji Tuhan yang sudah membangunkan seorang jenius. Banyak orang merasa dapat menyanyi, tetapi terlalu sedikit orang yang mendengar. Maka mereka pun lari dan menyanyi di luar gereja. Hari ini kalau orang ingin melihat yang bagus, ingin mendengar yang bagus, ingin membaca yang bagus, ingin memahami yang bagus, tidak di gereja.

Adakah engkau melihat Amerika sangat sukses, sangat maju, sangat bebas, sangat kaya? Kali pertama saya ke Amerika, saya masih merasa sedikit berminat, tetapi semakin melihat semakin merasa ada yang tidak beres. Sepuluh tahun lagi. Amerika akan menjadi negara modern yang biadab, suatu negara ekonomi besar yang sangat miskin, suatu negara yang mempunyai kekuatan senjata tetapi tidak mempunyai kekuatan batiniah. Dia adalah negara kaya yang paling banyak utangnya. Sudahkah Anda melihat hal ini?

Kemajuan zaman ini akan menjadi sangat mengerikan di masa mendatang. Ketika dunia Barat mulai guncang kita menyaksikan beberapa hal :

  1. Ancaman kekuatan nuklir,
  2. Ancaman penyakit AIDS,
  3. Ancaman pencemaran lingkungan,
  4. Ancaman ekonomi yang kuat secara eksternal namun lemah secara internal,
  5. Ancaman etika relatif,
  6. Ancaman segala kekacauan sistem.

Di dalam kekacauan ini manusia tidak tahu lagi mau ke mana. Manusia zaman ini adalah binatang yang mengenakan busana yang cantik, manusia biadab yang menyandang kebudayaan tinggi, perampok yang sah. Banyak pejabat pemerintah adalah legalized robbers.

Ketika semua ancaman ini datang, orang Timur masih belum menyadarinya. Mereka masih sangat menyanjung negara Barat. Kalau saja kita dapat mengirim anak bersekolah si Amerika, atau di Inggris, kita sangat bersyukur kepada Tuhan. Akhirnya mereka membawa pulang ilmu pengetahuan tetapi juga mungkin membawa penyakit AIDS untuk ditularkan kepada orangtuanya yang mengirimnya sekolah. Dunia ini mengerikan sampai pada satu tahap, tetapi kita belum menemukan tulang punggung dan pusatnya.

Sumber : Diambil dari buku Dosa dan Kebudayaan oleh Pdt. Dr. Stephen Tong, DLCE halaman 57 sampai dengan 64.

 

Artikel Terkait :

  1. Kebudayaan : Jiwa & Problema Masyarakat (Part-1)
  2. Arah dan Nilai Kebudayaan
  3. Fakta Kejatuhan Dalam Dosa
  4. Jalan Dan Rancangan Tuhan
  5. Sifat Budaya dan Sifat Agama
  6. Wahyu Umum