Pdt. Dr. Stephen Tong

Pdt. Dr. Stephen Tong

c. Substansi Moral

Allah itu kekal, maka kita kekal. Allah itu roh, maka kita bersifat rohani. Dan Allah itu suci adanya, maka kita mempunyai hati nurani. Manusia berbeda dari semua binatang, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengerti apa itu moral. Satu-satunya makhluk yang bisa menegur diri sedalam-dalam hatinya kalau dia berbuat salah.

Jika Saudara berbuat sesuatu yang baik, sekalipun tidak ada satupun orang lain mengetahuinya, maka saudara sendiri cukup  untuk mengerti bahwa Saudara telah berbuat baik. Dengan demikian, Saudara dapat menghibur diri sendiri. Tetapi jika Saudara berbuat hal yang jahat, hal yang rusak, hal yang najis, hal yang melanggar hukum, meskipun tidak ada orang tahu, tetap dirimu akan sedih dan akan menegur diri sendiri tidak habis-habisnya. Mengapa demikian? Karena Saudara adalah manusia, yang dicipta menurut peta teladan Allah. Allah itu suci adanya, maka Ia memberikan hati nurani di dalam lubuk hati Saudara, supaya Saudara mempunyai cahaya rohani, cahaya di dalam jiwa, yang terus menerangi dan terus melakukan penyelidikan pada dirimu sendiri. Itu sebabnya, kita adalah makhluk yang berbeda dari semua binatang, karena kita adalah makhluk yang mempunyai hati nurani.

Istilah “hati nurani” dalam bahasa Indonesia, terdiri dari kata hati + Nur. “Nur” dalam bahasa Ibrani dan Arab berarti cahaya. Dalam bahasa Indonesia menjadi “nurani.” Satu-satunya ayat dalam Perjanjian Lama yang paling berbicara tentang “hati nurani” adalah di Amsal 20 : 27. Di sana dikatakan: “Roh manusia adalah pelita Tuhan, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya” (atau dengan terjemahan lain : “Roh manusia adalah pelita TUHAN yang menyoroti dan menerangi seluruh lubuk hati manusia”). Di dalam bahasa Ibrani di Perjanjian Lama istilah “cahaya” atau “nur” itu muncul, tetapi istilah “hati nurani” dalam pengertian moral yang bersifat mewakili Tuhan Allah, tidak pernah muncul satu kalipun dalam Perjanjian Lama. Namun istilah dan pengertian “hati nurani” (Yun.: sunedeisis) muncul sekita 27 kali di Perjanjian Baru. Artinya: Yang bersama-sama mengetahui denganku (Ingg,: my co-knower). Di dalam Perjanjian Lama hanya Kitab Amsal yang memunculkan pengertian kata ini. Artinya, Tuhan Allah mengirimkan “agen”Nya untuk menyelidiki kita yang bercahaya menerangi gudang hidup kita yang paling dalam dan paling gelap, untuk melihat di mana ada kecoa atau tikus atau binatang-binatang lain atau kotoran. Pada saat gelap, mereka merasa aman, tetapi ketika cahaya tiba, mereka ketakutan dan lari. Ini bagaikan gudang yang penuh dengan dosa dan kegelapan, memerlukan cahaya untuk memberi tahu di mana keadaan yang tidak beres. Cahaya itu bagaikan sebuah lampu sorot, yang menyoroti kehidupan kita. Itulah hati nurani.

Saudara dan saya adalah manusia, itu sebabnya kalau kita berbuat salah, kita sedih. Kalau kita berbuat dosa, kita menyesal dan tidak bisa tidur. Kita marah pada diri kita sendiri dan menegur diri kita sendiri. Kita menyesali mengapa tadi kita mengatakan kalimat itu, atau melakukan tindakan itu. Kita menyesal mengapa kita membunuh.

Pada suatu ketika, saya memberitakan Injil di penjara dan bertemu dengan seorang pembunuh yang sedang dipenjara di situ. Saya menanyakan, mengapa ia membunuh sampai dihukum berpuluh tahun di penjara itu. Ia menjawab: “Pak Stephen Tong, saya mau jujur kepadamu. Dulu sebelum membunuh, saya hanya memikirkan bahwa orang itu begitu jahat dan saya perlu membalas kepadanya, agar ia tahu bahwa ia jahat. Tetapi setelah saya bunuh dia, saya baru tahu bahwa saya sudah melakukan tindakan yang jahat, bahkan lebih jahat dari orang yang saya anggap jahat tadi. Sehingga akhirnya saya harus masuk ke dalam penjara ini.” Saya tanya, apakah saat itu ia sadar bahwa ia telah berbuat salah. Ia mengatakan tidak. Ia hanya merasa perlu menghajar orang itu karena ia merasa orang itu jahat sekali.

Banyak orang yang pada saat berbuat dosa, ia tidak sadar. Ia baru sadar setelah selesai berbuat dosa. Banyak anak perempuan yang tidak sadar dia sedang berzinah. Ia pikir dia sedang bermain-main seks dan boleh mendapat sukacita. Dia baru sadar setelah dia tidak perawan lagi dan berdosa dihadapan Tuhan Allah. Ketika dia bangun, dia menyesal, tetapi sudah terlambat. Demikian Alkitab berkata kepada kita, Tuhan mencipta manusia dengan memberikan hati nurani, maka manusia mempunyai roh yang berpeta dan teladan Allah. Kita berbeda dari binatang. Kalau manusia berbuat salah, manusia menyesal. Tetapi tidak ada binatang yang menyesal jika ia berbuat salah, karena memang ia tidak memiliki hati nurani yang membuat ia bisa menyadari kesalahannya.

Engkau tidak akan pernah menermukan seekor macan yang sedang menggeleng-gelengkan kepala. Lalu ketika Anda bertanya kepadanya, dia mengatakan menyesal karena telah makan orang. Kalaupun ia menyesal, pasti menyesal kenapa makannya kurang banyak. Manusia adalah peta dan teladan Allah. Itu sebab, Saudara adalah makhluk rohani, makhluk yang berkekekalan, dan makhluk yang berhati nurani.

d. Substansi Kasih

Manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah, sehingga manusia dicipta dengan daya dasar yang bisa mencintai dan perlu dicintai. Manusia berbeda dari binatang. Binatang hanya mempunyai daya dasar yang sangat dangkal, yaitu naluri (instinct). Mereka perlu makan, mereka perlu seks, tetapi mereka tidak pernah mengerti apa artinya cinta yang berkorban dan cinta yang menyangkal diri, cinta yang berkesucian. Seorang ibu yang begitu mencintai anaknya, tidak mau mengerti siang, tidak mengerti malam, yang ida tahu hanya bagaimana membahagiakan bayinya. Seorang gadis yang tadinya begitu sabar, ketika menjadi seorang ibu, bisa rela tidak tidur semalaman untuk merawat bayinya. Dia rela karena itu adalah anaknya, dan ia begitu mencintai anaknya. Seorang ibu yang sebelumnya suka marah-marah, ketika anaknya sakit dan dalam kesusahan, ia bukan saja tidak marah-marah, tetapi rela mengalirkan air mata, sabar, rela menderita, demi kesembuhan anak-anaknya. Ini adalah suatu daya atau kekuatan cinta kasih yang begitu hebat dan begitu agung yang dikaruniakan oleh Tuhan Allah. Manusia adalah peta dan teladan Allah, sehingga manusia memiliki cinta yang agung. Yang menjadikan manusia agung bukan karena mendapatkan uang bermiliar-miliar, tetapi yang membuat manusia agung adalah jika ia memiliki cinta kasih dengan hati yang sangat besar dan luas, yang mau berkorban untuk orang lain.

Saya ingin mengajak Anda semua untuk berubah pikiran, berubah konsep, berubah dalam nilai-nilai hidup. Jika tadinya Anda sangat egois, mementingkan diri, kini mau menjadi serupa dengan Kristus, mirip seperti Tuhan Yesus, yang sedemikian agung, yang memiliki cinta kasih yang begitu besar dan rela berkorban demi orang lain.

2. Model Peta Teladan Allah dalam Sejarah

Jika demikian, siapakah peta dan teladan Allah yang asli, yang sempurna, yang menjadi dasar teladan bagi kita? Ketika Adam sudah jatuh ke dalam dosa, bukankah itu berarti ia sudah kehilangan peta dan teladan Allah yang asli? Tidak. Adam tidak kehilangan peta dan teladan Allah dalam dirinya. Ia masih memiliki peta dan teladan Allah tersebut, namun peta dan teladan itu telah rusak karena dosa. Saya bisa memakai baju putih seperti ketika baru saya beli. Jadi, dalam arti tertentu, baju ini tidak bisa lagi dikatakan putih, tetapi kalau dilihat masih tetap putih. Ketika dibeli, baju itu putih bersih. Namun setelah dipakai, dicuci, beberapa kali terkena makanan, terkena debu, sekalipun dicuci sudah tidak bisa pulih putih seperti semula. Demikian juga, kita dicipta menurut peta dan teladan Allah. Tetapi setelah kita berbuat dosa, peta Allah, teladan Allah yang ada di dalam diri kita sudah tidak murni seperti aslinya. Lalu, siapakah yang mempunyai peta dan teladan yang asli?

Siapakah yang bisa menjadi peta dan teladan asli, yang sungguh-sungguh dan yang mutlak, yang bisa menjadi teladan bagi kita? Tidak ada siapapun di dunia ini. Abraham-kah? Bukan! Musa? Juga bukan. Kong Hu Cu-kah? Bukan! Sakyamuni? Bukan! Nabi-nabi atau pendiri-pendiri agama? Bukan! Mereka sendiri mengakui bahwa mereka mempunyai salah, mereka tidak sempurna. Kita bisa menemukan kesalahan-kesalahan dari para tokoh-tokoh dan pendiri-pendiri agama di dunia. Kita bisa menemukan kesalahan-kesalahan Abraham, Musa, Sokrates, Plato, Aristoteles, Buddha, Kong Hu Cu, Mencius, termasuk Mohammad, Elia, atau nabi-nabi lain. Mereka mengaku tidak sempurna ada cacat dalam kehidupan mereka. Tidak seorangpun yang bisa menjadi peta dan teladan asli bagi manusia untuk meneladaninya.

Benarkah tidak seorang pun? Kecuali satu orang, dan hanya satu-satunya yang sempurna. Dialah peta dan teladan Allah yang asli, yang murni, yang sejati, yang tidak memiliki cacat sedikitpun, yang sempurna, yaitu Yesus Kristus! Puji Tuhan! Satu-satunya manusia yang tidak berdosa dan tidak bersalah adalah Yesus Kristus. Itu sebabnya, Dialah peta dan teladan Allah yang sejati. Marilah kita mendengarkan kalimat-kalimat yang pernah Ia ucapkan dan tidak pernah diucapkan oleh orang lain: “Mari, ikutlah Aku!” (Matius 4:19; 11:28). Sokrates tidak berani mengatakan kalimat sedemikian, nabi-nabi tidak berani mengatakan kalimat sedemikian. Kong Hu Cu, Sidharta, Mencius, dan nabi-nabi lainnya lainnya tidak berani mengatakan kalimat sedemikian. Hanya Anak Allah yang berinkarnasi, Allah yang menjadi manusia, Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat Dunia. Dia mengatakan : “Ikutlah Aku!” Ia mengatakan : “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Matius 11:28-30). Siapakah yang berani, siapakah yang layak, siapa yang mampu berkata demikian? Hanya Yesus Kristus. Itu sebabnya, saya menegaskan, bahwa karena Saudara mempunyai nilai hidup yang begitu tinggi, karena peta dan teladan yang Allah berikan kepada Saudara begitu mulia dan hormat, maka Tuhan berkata: “Ikutlah Aku” Karena Saudara begitu bernilai dan berharga, Tuhan Yesus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan Saudara. Apakah Saudara akan membiarkan peta dan teladan yang ada pada dirimu dirusak oleh setan? Atau dihancurkan oleh dosa? Atau dirobek-robek oleh kuasa Iblis? Sehingga akhirnya Saudara hancur, meninggalkan Tuhan untuk selama-lamanya? Atau Saudara akan berkata: “Saat ini saya akan kembali kepada Tuhan. Saya mau belajar teladan Tuhan Yesus. Saya tidak mau membiarkan peta dan teladan Tuhan Yesus. Saya tidak mau membiarkan peta dan teladan Allah yang ada pada saya dirusak. Saya mau mengikuti peta dan teladan yang murni dan asli yaitu Tuhan Yesus.” Yesus berkata: “Marilah, ikutlah Aku!” Kiranya saat ini, hari ini, boleh menjadi momen di mana kita kembali kepada Tuhan Yesus sebagai peta teladan asli, kita dibangunkan kembali untuk hidup mengikuti Yesus. Amin

Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong, Diambil dari Buku Yesus Kristus Juruselamat Dunia halaman 17 s.d 24