Firman : Yohanes 3 : 7-12

Dialog Yesus Kristus dan Nikodemus (Representasi pemimpin agama Yahudi). Yesus mengatakan apa yang seharusnya Dia katakan (kepada Nikodemus), memberi honest questions, honest revelation for those who comes to seek for the truth. Kata Yesus: “dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, jika kau tak diperanakan pula, kau tak akan melihat Kerajaan Allah” maka jangan heran, kalau Aku mengatakan padamu: “Kamu harus diperanakan pula (You must be born again) ” —statemen yang sungguh berterus-terang. Karena itulah yang sangat dibutuhkan oleh kebudayaan Yahudi yang sudah begitu munafik: kebenaran sejati.

Orang yang paling kasihan di dunia adalah: orang yang mengira dirinya mengenal Tuhan lalu bertindak terlalu jauh, melampaui orang-orang yang tak mengenal Tuhan. Kalau orang beragama sudah terpuruk sejauh itu, apakah Tuhan wajib mengakui mereka yang mengklaim diri mencari Dia? Tidak! Maka jangan ada seorang majelis, pendeta atau pelayan Tuhan mengharapkan ucapan terima kasih dari Tuhan. Sebaliknya, kalau hatimu tak beres, meski kau punya jabatan pelayanan yang tinggi, punya banyak pengikut yang setia, namamu harum di mata orang-orang yang kau pimpin, Tuhan tak akan segan-segan menggesermu. Karena Dia adalah Allah, Dia berhak membuang orang yang memandang diri cukup penting atau yang dipandang penting oleh orang lain.

Perhatikan: diperanakkan pula adalah pengalaman hidup bukan teologi. Setinggi apapun seorang studi teologi, dia hanyalah orang yang dilahirkan oleh daging. Ingat: yang dilahirkan oleh daging adalah daging, yang dilahirkan oleh Roh adalah Roh — dua dunia yang berbeda. Tapi coba perhatikan jawaban Nikodemus: “Mana mungkin bisa begitu?” Mengindikasikan, Nikodemus tak mengerti akan semua hal yang Yesus katakan padanya. Anehnya, bukankah dia sudah mempelajari secara akademis, bahkan sudah mahir tentang Taurat? Betul, tapi ternyata, pengertian yang dia miliki, hanya merupakan pengertian agama. Itu sebabnya, saya ingin mahasiswa teologi menyimak dengan baik, meski kau mampu menghafal, bahkan menjawab semua soal ujian dengan benar, tak menjadi jaminan kau punya kerohanian yang tinggi. Karena pengertian yang kau kuasai sebenarnya sangat dangkal. Kecuali Roh Kudus memberimu pengalaman yang lebih dalam, mendahului pengertianmu. Begitu juga akademis dan rohani adalah dua dunia yang begitu berbeda. Itulah yang Yesus Kristus tegaskan, kau memang sudah banyak studi, sudah banyak mengerti, tapi tahukah kau, tanpa diperanakkan pula oleh Roh Kudus, semua pengertianmu itu sia-sia adanya.

Kesempatan Nikodemus berdialog dengan Yesus Kristus hanya satu kali. Setelah itu, dia tak pernah mencari atau berdialog dengan Yesus lagi. Jadi, itulah the only opportunity; conversation between Jesus Christ and the leader of Jewish religion. Jadi, kalau kesempatan yang satu-satunya itu membuahkan hasil adalah anugerah Tuhan semata. Bukankah biasanya, Yesus selalu memperlakukan pemimpin agama sangat tidak friendly, tapi mengapa malam itu Dia mau menerima kedatangan Nikodemus? Karena Nikodemus adalah seorang pemimpin agama yang tidak munafik. Itu artinya, diantara sekian banyak pemimpin agama yang melawan Yesus, masih terdapat seorang yang sungguh-sungguh ingin mencaritahu kebenaran, maka Yesus Kristus menghargainya. Tapi bukan berarti karena hal itu maka Yesus mengatakan hal-hal yang menyenangkan dia, sebaliknya, Dia justru menggunakan kesempatan satu-satunya itu dengan baik, mengatakan apa yang seharusnya Dia katakan, memberi honest questions, honest revelation for those who comes to seek for the truth.

Kata Yesus: “dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, jika kau tak diperanakan pula, kau tak akan melihat Kerajaan Allah” maka jangan heran, kalau Aku mengatakan padamu: “Kamu harus diperanakan pula” —statemen yang sungguh berterus-terang. Karena itulah yang sangat dibutuhkan oleh kebudayaan Yahudi yang sudah begitu munafik: kebenaran sejati. Orang yang paling kasihan di dunia adalah: orang yang mengira dirinya mengenal Tuhan lalu bertindak terlalu jauh, melampaui orang-orang yang tak mengenal Tuhan. Seperti yang kita lihat pada kelompok teroris, menganggap membunuh orang lain adalah identik dengan melayani Tuhan; setia pada kebenaran. Kalau orang beragama sudah terpuruk sejauh itu, apakah Tuhan wajib mengakui mereka yang mengklaim diri mencari Dia? Tidak! Maka jangan ada seorang majelis, pendeta atau pelayan Tuhan mengharapkan ucapan terima kasih dari Tuhan. Sebaliknya, kalau hatimu tak beres, meski kau punya jabatan pelayanan yang tinggi, punya banyak pengikut yang setia, namamu harum di mata orang-orang yang kau pimpin, Tuhan tak akan segan-segan menggesermu. Karena Dia adalah Allah, Dia berhak membuang orang yang memandang diri cukup penting atau yang dipandang penting oleh orang lain. Itulah yang Dia katakan pada Samuel: “Katakan pada Saul, raja Israel, karena dia menghina Aku, Aku membuangnya.”

Kitab Yohanes melebihi Matius, Markus atau Lukas; ketiga penulis injil lain, dalam hal mencatat satu-satunya statemen yang Yesus katakan pada Nikodemus di 3 : 7. Statemen yang dapat menyembuhkan dan memulihkan agama Yahudi dari kebobrokan. Apa sih yang dibutuhkan oleh orang Yahudi? Menurut orang Farisi, orang Israel harus berbakti pada Tuhan lewat mereka; guru yang sudah studi secara akademis. Begitu juga pendeta, sering kali berpikir, kalau aku tak berkhotbah, dunia tak akan mengenal Tuhan. Benarkah seperti itu? Tidak! Tuhan ingin kita memelihara hati yang sungguh-sungguh jujur, bersandar padaNya dengan rendah hati, bukan memamerkan kebolehan diri. Nasehat apa yang dibutuhkan oleh kebudayaan Yahudi, khususnya mereka yang berpengetahuan tinggi secara akademis? Hanya satu: must be born again. Itu sebab, Yesus tak memandang berapa tinggi pengetahuan teologi mereka atau sudah berapa lama mereka jadi rabi, Dia menegaskan: kamu perlu diperanakan pula!

Perhatikan: diperanakkan pula adalah pengalaman hidup bukan teologi. Setinggi apapun seorang studi teologi , dia hanyalah orang yang dilahirkan oleh daging. Ingat: yang dilahirkan oleh daging adalah daging, yang dilahirkan oleh Roh adalah Roh — dua dunia yang berbeda. Maka meski seorang berkata: Tuhan, aku ini orang Kristen sekian generasi, pernah jadi majelis, pernah mempersembahkan sekian milyar… dia tetap perlu diperanakkan pula oleh Roh Kudus. Jadi betapa bodohnya orang yang tak punya hidup baru, hanya memamerkan kebolehan diri yang amat memukau orang dan berpikir: tanpa aku, pekerjaan Tuhan akan roboh. Maka kalau saya atau anak-anak saya tidak beres, jangan segan-segan mengeluarkan kami dari gereja. Demikian juga majelis-majelis yang tidak beres, silahkan mengundurkan diri atau kami keluarkan. Sebab kami ingin gereja sungguh-sungguh patuh pada kehendak Tuhan, memberitakan firmanNya. Itulah yang Yesus lakukan pada Nikodemus, berkata-kata tanpa mengenal kompromi: kau harus diperanakkan pula. Siapa yang Yesus maksudkan dengan “kamu”? Bukan Nikodemus seorang diri. Karena Nikodemus represent Jewish culture and their achievement in studying the law of Moses for one thousand five hundred years, meski sudah mencapai system akademis yang tinggi, mereka tetap perlu diperanakan pula. Diperanakan pula oleh siapa? Roh Kudus. Apakah diperanakan pula atas kemauan manusia? Bukan, melainkan atas kedaulatan Allah. Bagai angin yang bertiup menurut kemauannya, begitu juga Roh kudus akan memberi kita anugerah untuk lahir baru. Jadi bukan karena jasa kita, melainkan by the grace of the sovereignity of God, He will give you mercy, grace and grant you for all blessings. Maka kepada siapa Dia ingin memberikan anugerahNya, orang itu mendapat anugerahNya, orang itu mendapat anugerah. Kepada siapa Dia ingin memberikan belas kasihanNya, orang itu mendapat belas kasihanNya. Meski sekarang ada banyak orang yang minta Roh Kudus diberi seturut kedaulatanNya. Karena tak seorangpun dapat memaksa Tuhan, kita hanya dapat taat padaNya, dan selalu available to wait for the time that God bless us, according to His sovereignity. Yang penting adalah: waktu angin Roh Kudus meniup, jangan kau mengeraskan hati. Sama seperti sehelai kertas yang tertiup angin, dia akan terbang seturut kemauan angin; bukan kemauannya.

Waktu Aceh dilanda Tzunami, terjadi satu peristiwa yang sangat mengejutkan: kapal yang beratnya dua ratus sekian ton bertengger diatas gunung, yang jaraknya empat kilometer dari pantai. Bagaimana kapal itu bisa ada disana? Membuktikan bahwa kekuatan angin adalah sangat besar. Maka kekuatan terbesar di dunia bukanlah kekuatan mesin buatan manusia, melainkan kekuatan angin dan ombak, maka saat terjadi gempa bumi, Tzunami memang sangat menakutkan. Dua minggu lalu, waktu Jakarta digoncang gempa bumi, saya menelpon ke gereja, menanyakan keadaan gedung ini, apakah ada yang retak atau rusak? Puji Tuhan, semuanya baik-baik saja. Saya juga menelpon anak saya: apakah ada guci-guci yang disiapkan untuk museum itu jatuh atau rusak? Jawabnya: tak ada. Barulah saya lega. Karena pada waktu angin kencang bertiup, baik kapal, pohon atau apa saja bisa berpindah tempat.

Suatu kali, waktu di Manila, saya pernah melihat sebuah pohon yang tingginya kira-kira sepuluh lantai bangunan tumbang, sampai akarnya pun tercabut ke permukaan tanah. Saya turun dari mobil, mencari tahu siapa yang menumbangkan pohon sebesar itu. Ternyata phon itu tumbang karena diterpa angin yang sangat besar. Dan kali itu, kebaktian kami yang semula berlangsung di stadion terbuka, yang setiap malam dihadiri empat ribu orang, malam itu, hanya dihadiri seribu dua ratus orang. Panitiapun memindahkan kebaktian ke sebuah gereja yang besar, sehingga jumlah hadirin yang ketika di lapangan terlihat begitu sedikit, waktu dipindahkan ke gereja jadi penuh sesak. Malam itu, saya berdoa pada Tuhan: mengapa Kau membiarkan terjadi angin topan, membuat jumlah pendengar merosot drastis? Tuhan memberi jawaban lewat ‘Kidung Agung’ (lagu ciptaan Pak Tong), maka sayapun menulis lagi: “oh, Tuhan, tarikku, cepat mengikutMu, hatiku denganMu berpadu. Biar angin bertiup dan badai menerpa, ku makin pancarkan harumMu…” Saat angin bertiup, tak seorangpun sanggup menghentikannya, kecuali Tuhan Yesus Kristus, seruNya: “hai angin stoplah, haik ombak tenanglah! Maka angin dan ombakpun jadi reda. Peristiwa itu membuat murid- murid berlutut sambil berkata: Siapa Dia, bahkan angin dan ombak pun taat padaNya? Angin bertiup menurut kemauannya. Begitu juga orang yang lahir baru, bukan karena jasanya yang besar atau kedudukannya yang tinggi, yang membuatnya layak menerima anugerah. Karena tanpa Tuhan memilih, kita tak dapat menjadi orang Kristen; kalau bukan Tuhan yang menggerakkan hati kita, kita tak mungkin bertobat. Dan tanpa anugerah Tuhan, iman dan kerohanian kita tetap miskin.

Anugerah Tuhan diberikan berdasarkan kerelaan dan kedaulatanNya yang ajaib, membuat seseorang diperanakkan pula. Dalam statemen Yesus ini terkandung pengertian Reformed theology: Jika Tuhan tak memberi anugerah, tak seorangpun memperoleh berkatNya. Jika Tuhan tak memberi kita kesempatan, tak seorangpun dapat mendengar injil. Tapi coba perhatikan jawaban Nikodemus: “Mana mungkin bisa begitu?” Mengindikasikan, Nikodemus tak mengerti akan semua hal yang Yesus katakan padanya. Anehnya, bukankah dia sudah mempelajari secara akademis, bahkan sudah mahir tentang Taurat? Betul, tapi ternyata, pengertian yang dia miliki, hanya merupakan pengertian agama. Itu sebabnya, saya ingin mahasiswa teologi menyimak dengan baik, meski kau mampu menghafal, bahkan menjawab semua soal ujian dengan benar, tak menjadi jaminan kau punya kerohanian yang tinggi. Karena pengertian yang kau kuasai sebenarnya sangat dangkal. Kecuali Roh Kudus memberimu pengalaman yang lebih dalam, mendahului pengertianmu.

Jadi, pengertian adalah langkah susulan, guna mencari tahu tentang apa itu diperanakan pula; pengalaman besar yang telah kau alami, agar kau dapat mengutarakan pengalamanmu itu secara lisan. Dan perlu diingat: harafiah tak dapat berubah jadi pengalaman. Contohnya: lagu Silent Night bisa kita analisa: terdiri dari berapa kalimat, berapa banyak notasi yang digunakan, notasi apa yang tertinggi dan yang terendah, menggunakan berapa octave, mengapa bentuknya, ritmenya seperti itu… setelah kita analisa dan ketahui akan bentuknya, strukturnya dan gayanya, bahkan bisa menghafal akan melodinya. Bisakah kita menggubah satu lagu yang mutunya sama dengan lagu Silent Night? Saya percaya, ada puluhan milyar orang yang pernah menyanyikan lagu Silent night, tapi tak satu orang diantaranya yang dapat menggubah lagu Natal yang keharmonisan atau keindahannya setara dengan lagu Silent Night. Mengapa? That is music, that is not the theory or knowledge. Begitu juga akademis dan rohani adalah dua dunia yang begitu berbeda. Itulah yang Yesus Kristus tegaskan, kau memang sudah banyak studi, sudah banyak mengerti, tapi tahukah kau, tanpa diperanakkan pula oleh Roh Kudus, semua pengertianmu itu sia-sia adanya.  Maka you must be born again.

Apa pentingnya roh yang ada di dalam diri kita? Tanpa roh, kita hanya punya tubuh yang terdiri dari seonggok daging darah, syaraf, tulang,jantung yang mengedarkan darah…lalu apa bedanya kita dengan binatang? Manusia dinyatakan hidup, kalau dia masih bernapas. Dan waktu dia tak bernafas lagi, dia jadi jenasah; mayat. Maka setelah Tuhan menciptakan Adam dari debu tanah, Dia menghembuskan nafas ke dalam hidungnya, barulah Adam jadi manusia hidup yang dapat berdiri, bergerak, berpikir, menjalin hubungan dengan Tuhan. Jadi, rohlah yang membuat dia jadi orang hidup. Begitu juga orang Kristen yang sudah diperanakkan pula, dia dapat melalui hidup yang suci, mencintai jiwa sesamanya, bergairah dalam mengabarkan injil. Karena roh Allah bekerja di dalam diirnya.

Inilah yang dipalsukan oleh roh-roh yang bukan dari Tuhan, membuat orang-orang yang hanya mengklaim dirinya punya roh tapi tidak melalui hidup yang suci, tak mengkhotbahkan kebenaran. Statemen Yesus: “you must be born again” dicatat oleh setan, diapun menggantikan roh yang sejati itu dengan roh palsu, Ingat yang membuat manusia hidup bukan roh dunia, melainkan roh Tuhan; the spirit from God. The spirit from God is the spirit of truth, the spirit of holiness, the Spirit of righteous, the Spirit of honesty, the spirit of strategy, the spirit of fire, roh bijak, roh pengertian… yang tertulis di Yesaya, mengindikasikan waktu Roh Kudus memenuhi seseorang, hidupnya akan berubah total.

Istilah “napas” yang Tuhan hembuskan ke dalam hidung Adam, di bahasa Ibrani: nefes, di bahasa, Arab: Nafas. Selain itu, ada juga istilah lain: ruah, di bahasa Arab dan bahasa Indonesia: roh, arti di bahasa aslinya: angin hidup yang dihembuskan ke dalam hidung Adam itu adalah the created spirit. Sementara Roh Kudus adalah the Spirit of God, Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal. Di dalam bahasa Latin, Pribadi pertama dari Allah Tritunggal adalah: patri, Pribadi kedua: fileo, Pribadi ketiga: pneuma. Sementara di bahasa Grika: patri, tekna, pneuma. Pada waktu Allah mencipta, Dia memberikan  roh yang dicipta pada Adam yang baru dicipta dan jadilah Adam manusia yang hidup. Tapi saat roh itu keluar dari dalam dirinya, dia mati. Waktu itu, meski secara lahiriah, dia tetap utuh: masih punya rambut yang bagus, hidung yang mancung, mulut yang mungil , wajah yang ganteng, kuit yang halus…; tak ada yang kurang, tapi sudah mati; sudah menjadi mayat. Maka kata Yakobus: tubuh tanpa roh, mati adanya. Tubuh yang memiliki roh yang dicipta disebut hidup, tapi tubuh yang memiliki roh Pencipta disebut dipenuhi Roh Kudus, dia mampu menjalankan kehendak Allah.

Roh yang Adam miliki adalah roh yang mana? Roh yang dicipta. Dan roh yang Yesus janjikan adalah roh yang mana? Roh Pencipta. Menurut Saksi Yehovah: roh yang hilang di dalam Adam, kita dapatkan kembali di dalam Kristus, maka kita disebut orang Kristen—Salah! Mengapa? Karena yang hilang di dalam Adam adalah roh yang dicipta, sementara yang Kristus janjikan bukanlah roh yang dicipta, melainkan yang lebih tinggi, the spirit of God Himself, He comes to indwell in you, to be your possession. Dan karena kau sudah dipenuhi oleh Roh Allah; roh Pencipta, kau dapat mengerti kebenaranNya, menjalankan kehendakNya, berjalan dalam pimpinanNya, menyatakan kemuliaanNya. Jadi, Allah sang Pencipta datang, Dia tidak mengatakan: Aku menghidupkanmu kembali, mengembalikanmu pada keadaan Adam yang belum berdosa! Tapi kataNya: Aku memberimu sesuatu yang lebih dari apa yang Adam miliki saat dia belum berdosa. Meski sebelum Adam berdosa, dia melalui hidup yang suci, tapi hidup suci yang natural, yang ada di dunia ciptaan.

Sementara yang Yesus janjikan, bukan roh yang dicipta, melainkan Roh Allah sendiri, Dia akan mendampingimu, memimpinmu cara kerjamu, cara pikirmu, cara hidupmu jauh lebih tinggi dari saat Adam belum jatuh di dalam dosa; kau dapat betul-betul berjalan bersama Tuhan. Itu sebabnya, you must be born again. Jadi, waktu Allah mencipta Adam, Dia memberinya nefes. Tapi setelah Yesus bangkit, Dia menghembus pada muridNya sambil berkata: terimalah Roh Kudus. Yang Dia maksud, bukanlah roh yang dicipta, yang Dia berikan pada Adam.

Bagaimana dengan ‘seorang pendeta’ yang ikut-ikutan meniup orang? Yang keluar dari mulutnya bukan roh dari Allah. Mengapa orang-orang yang dia tiup berjatuhan? Ingat: orang yang jatuh di hadapan Tuhan selalu tersungkur ke depan, bukan seperti orang-orang yang ditiup oleh pendeta tersebut; tergeletak ke belakang! Kalau kau tak mengerti prinsip-prinsip di Alkitab, tentu kau menganggap dia hebat. Dan setan tertawa, karena orang itu telah tertipu olehnya: meski orang itu jatuh, dia jatuh ke arah yang salah. Dan kau, tak menyadari akan kesalahan itu. Karena kau tak dapat memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah. Itulah mandat yang Tuhan berikan pada Gereja Reformed, membongkar semua ajaran yang salah.

Bagaimana kita dapat membedakan guci yang asli dan yang palsu? Pada guci yang asli terdapat tanda yang tak Nampak dari luar, dan hanya diketahui oleh para ahli. Diantara koleksi yang kita miliki, ada yang asli, ada copian, yang sudah lima puluh bahkan seratus tahun, yang sangat bermutu. Tanda keaslian berada di dalam, sama dengan tanda yang ada di dalam uang, yang dipakai untuk membuktikan keasliannya. Kalau saya menunjukkan padamu selembar ijazah dari UI, kau dapat membuktikan apakah ijazazh itu asli atau palsu, dari bukti yang ada di dalamnya bukan di luarnya. Demikianlah juga Tuhan, Dia memberi roh pada manusia, sebagai tanda bahwa dia adalah manusia. Dan orang yang dipenuhi Roh Kudus, bukan hanya mendapatkan kembali roh yang dicipta, melainkan menerima roh sang Pencipta. Tandanya: dia memiliki kesucian dan kebenaran — dua hal yang tak mungkin dapat dipalsukan.

Jika seorang pendeta mengklaim, saya penuh dengan Roh Kudus… jangan menjadi gentar atau takut akan klaimnya, ancamannya, yang perlu kita perhatikan adalah: apakah hidupnya suci. Karena orang yang hanya menggembar-gemborkan Roh kudus di atas mimbar, padahal waktu di bawah mimbar pergi mencari pelacur, dia bukan orang yang punya Roh Kudus. Karena Roh Kudus pasti memimpin seseorang melalui hidup yang kudus, amin? Sementara roh yang setan palsukan, tiru untuk menipu, tak mungkin dapat menghasilkan hidup suci. Perhatikan: satan will never produce; manifest the holiness of God. Because the true holiness of God is only produced by God Himself. Orang yang hanya membahas, mengajar Roh Kudus itu gampang. Mengapa? Karena yang dia katakan, ajarkan hanyalah kalimat, yang tak dapat menghasilkan hidup suci. Permisi tanya, mengapa diantara Sembilan rasa buah Roh Kudus tak terdapat kudus? Karena sifat; dasar dari kesembilan rasa buah Roh Kudus adalah suci: kasih yang suci, damai yang suci, sukacita yang suci, kebaikan yang suci, tahan nafsu yang suci…semuanya mengandung zat suci, jadi tak perlu mengategorikan suci sebagai salah satu rasa dari buah Roh Kudus. Sebab Roh yang suci dapat membuat kita melalui hidup yang suci, mengatakan kata-kata yang benar, punya motivasi yang jujur… nothing wrong, nothing wicked, nothing polluted.

Jadi, cara yang paling dasar yang dapat kita pakai untuk mengenali apakah Roh Kudus sudah memenuhi seseorang, apakah: 1. Hidupnya suci. 2. Firman yang dia sampaikan berdasarkan Alkitab. Jadi, kalau khotbahnya ngawur, hidupnya tak beres, sebenarnya, semakin banyak dia khotbah, semakin mempermalukan diri. Tapi memang ada orang yang tak tahu malu, berani menyampaikan khotbah yang tak karu-karuan, berani hidup tak karuan dan tetap ngotot mengklaim dirinya dipenuhi Roh Kudus.

Kau harus diperanakan pula. Dan saat Roh Kudus memperanakanmu, sama dengan angin yang bertiup, kau tak tahu dari mana datangnya, dan kemana perginya. Mendengar itu, Nikodemus geleng-geleng kepala sambil berkata: kok bisa ya, ternyata masih ada hal yang begitu penting, yang tak ku mengerti? Maka Yesus menegur dia dengan terus terang: “Nikodemus, you are the teacher of Israel people, do not you know this?” Apa maksudNya? Kau sudah membaca PL, bahkan sudah jadi guru bagi banyak orang, tapi nyatanya, kau sendiri tak tahu akan apa yang sudah tertulis di Kitab Suci.

Sungguhkah di PL terdapat tertulis seperti itu, mengapa saat aku mengajar teologi, aku tak menemukannya? Terlihat di sini, di hadapan kaumnya, Nikodemus adalah orang ngetop, bahkan dipandang sebagai seorang guru besar. Tapi di hadapan Tuhan: dia nothing. Karena dia tak menemukan ayat yang membahas diperanakkan pula oleh Roh Kudus di PL: Aku akan menyingkirkan hatimu yang sudah membatu dan menggantikannya dengan hati yang lembut, yang terbuat dari daging. Bagaimana sifat batu? Keras. Bagaimana sifat daging? Lembut. Hati yang keras akan Aku buang, dan Aku akan mencangkokkan hati yang lembut ke dalam dirimu. Itulah diperanakkan pula. Sayang, ayat di PL itu tidak mereka sadari, mereka hanya menghafal dan mengerti ayat itu secara harafiah. Maka kata Tuhan Yesus: “that is already written in the Old Testament, you should know that I teach you the earthly thing, and you do not know. What if I teach you the heavenly things, how can you understand?” Statemen Yesus ini mulai mengacu pada iman: mana mungkin kau beriman, kalau Aku mengajarmu akan hal-hal sorgawi? Yesus memisahkan heavenly and earthly secara qualitative.

Kalau kau sudah memegang kedua kunci ini dan mengerti akan qualitative different, maka kau akan mengetahui dengan jelas, seluruh Injil Yohanes memisahkan hal sorgawi dan hal duniawi. Dan puncaknya: yang dari sorga berbicara tentang hal sorgawi, yang dari dunia berbicara hal duniawi. Kira-kira satu bulan lagi, kita akan membahas tentang the qualitative different between the heavenly and earthly things.

 

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

 

Sumber :  RINGKASAN 1045, tanggal 20 September 2009.