Firman : Ibrani 1:1-3

1). Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, 2). maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. 3). Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,”.

Tidak ada orang yang bisa melukiskan kekayaan Tuhan dengan kalimat yang begitu pendek dan padat. Dan beberapa ayat ini kita menyaksikan Tuhan kita adalah Tuhan yang berbicara, sebab Dia adalah Tuhan yang hidup, yang menguasai sejarah, yang adalah Alfa dan Omega, yang memberikan iluminasi kepada kita.

Minggu lalu kita sudah membahas tentang cahaya yang keluar dari kemuliaan Tuhan. Siapakah cahaya itu? Kristus, Tuhan yang mulia, yang memberikan cahayaNya kepada kita. Terang telah diselidiki selama ratusan tahun, Newton memakai prisma untuk mengungkapkan bahwa terang tidaklah sesederhana yang kita lihat, karena terang mengandung warna-warna yang luar biasa teratur, kekayaan terang sungguh berada di luar dugaan kita. Dari segi fisika kita tahu, terang adalah sesuatu yang dapat dilihat tapi tidak diketahui bobotnya. Terang bukanlah materi tapi terang mempunyai kecepatan dan tidak pernah bisa dihalangi oleh materi yang tebal tapi transparan, terang juga mempunyai unsur energi, hangat yang tidak nampak, sehingga melalui cahaya kita menemukan adanya paradoks antara hal yang nampak dan hal yang tidak nampak, di sanalah kita mengetahui juga bahwa Allah menciptakan materi yang tidak nampak juga menciptakan terang yang adalah materi tapi bisa menembus akan materi yang tak nampak, membuat mata kita bisa melihat akan dunia ciptaanNya. Terang dipakai sebagai lambang dari sifat Ilahi: God is light. Terang yang mulia itu dipancarkan kepada kita, mencapai kebudayaan kita, ide kita, cahaya itu adalah Yesus Kristus.

Terang ada pada dirinya sendiri, tapi terang juga beradiasi ke tempat yang bisa dijangkaunya. Kristus berada pada posisi Ilahi, tapi Dia juga menerangi segala sesuatu yang akan dijangkauNya. Yoh. 1:9, terjemahan lain: Dia adalah satu-satunya terang yang sejati, yang menerangi setiap orang yang pernah dilahirkan di dunia ini. Dengan demikian, hidup yang tidak mengenal Kristus adalah hidup yang ada di dalam kegelapan, tidak mempunyai wawasan yang jelas tentang alam semesta, tentang sumber dan titik akhir dari seluruh sejarah. Christ is the center point of the universe, Christ illuminates our human life and Christ is the power which sustains the history.

Kalimat kedua dari ay. 3: Dia adalah gambar wujud dari Allah. Filsafat-filsafat yang tidak didasarkan pada wahyu Allah selalu tidak mengerti soal ontologi dengan jelas, tetapi filsafat yang didasarkan pada wahyu Tuhan selalu menjadikan Pewahyu sebagai dasar ontologi bagi segala sesuatu. Konsep Alkitab sangat jelas: Allahlah yang mewujudkan segala sesuatu di dunia, menjadi contoh bagi semua orang. Yesus Kristus adalah terang yang kekal, yang keluar dari Tuhan, Dia adalah wujud dan gambar Tuhan Allah. Kristus menjelma manusia, mewujudkan hidup yang Allah inginkan dari kita. Kecuali Kitab Suci, agama lain tidak mengajarkan manusia dicipta menurut peta teladan Allah. Karena Kitab Suci adalah Kitab yang menyatakan kebenaran secara tuntas dan sempurna, menyadarkan kita siapa diri kita yang sesungguhnya, siapa itu Allah, dan apa hubungan Allah sang Pencipta dengan kita ciptaanNya.

Allah adalah ontologi dan diriNya Pencipta, maka Dia adalah peta asli dari diri kita yang dicipta menurut petaNya. Mengapa waktu kau menyaksikan foto kita sendiri, hasil jepretan cameraman berdasarkan dirimu yang asli, kadang-kadang kau masih merasa tidak puas? Karena kau menginginkan petamu yang terbaik dicetak di atas sesuatu yang berwujud. Mengapa kita menginginkan foto yang lebih indah? Kita tidak sempurna, tapi kita menginginkan Peta yang sempurna. Tuhan justru berbalikan dari kita, Dia yang sempurna malah menyatakan diri dalam darah daging manusia yang sudah jatuh, yang tidak sempurna lagi. Yes. 5 menuliskan, Dia tidak elok, tidak ganteng, tidak ada sesuatu yang menarik bagi kita. Dia bagaikan tunas yang tumbuh dari tanah kering, Dia tidak diperdulikan bahkan dianiaya. Dia yang adalah kemuliaan Allah yang sempurna, yang asli justru mengenakan peta teladan manusia yang sudah tidak mirip dengan aslinya. Inilah paradoks iman, menerobos kedagingan Yesus Kristus yang tidak sempurna untuk melihat kesempurnaan yang ada di baliknya. Itu sebabnya saya tegaskan sekali lagi, perampok yang diselamatkan adalah contoh bagi semua orang beriman. Mengapa? Karena saat itu, yang dia lihat hanyalah seorang biasa yang berusia tiga puluh sekian tahun, yang tergantung di atas kayu salib, Dia seperti orang yang bodoh, yang tidak berkuasa, yang lemah, yang sama sekali tidak berbijaksana, tetapi kata Paulus, Allah yang “bodoh” lebih pintar daripada manusia yang menganggap dirinya bijak. Demikian juga kelemahan yang nampak di atas kayu salib lebih berkuasa dibandingkan dengan kuasa manapun di dunia. Ayat ini menyebutkan Dia dalah wujud Allah yang sejati. Apa yang Yesus wujudkan? Allah yang sejati. Maka Jesus is the visible God which is invisible by nature; Allah yang tidak nampak boleh kita lihat melalui Kristus yang mewujudkan diri, maka Yesus adalah foto Tuhan di dunia. MelaluiNya kita melihat dua hal yang penting:

  1. Substansi sifat Ilahi yang ada di dalam diri oknum kedua, yang pernah datang ke dunia melalui Kristus, kita mengenal kebenaran Allah beserta kita; Immanuel. Tidak ada agama atau sistem iman kepercayaan lain yang membawa kita menjadi begitu dekat dengan Allah. Bukan dengan teriakan kita datang kepadaNya melainkan dengan kasih, dengan pengorbanan Dia datang kepada kita. Dua arah yang sangat berbeda: bukan bermula dari antroposentris (manusia yang berinisiatif datang kepada Allah) melainkan Teosentris (Allah yang berinisiatif datang kepada manusia).
  2. Substansi Kristus yang adalah firman telah datang sebagai manusia. Itu sebabnya kita tidak boleh melihat Yesus dari peta teladan fisikNya melainkan dari perwujudan hidup moralNya yang tidak pernah dicapai oleh siapapun. Coba pelajari riwayat hidup orang-orang yang paling kau kagumi, saya jamin, kau pasti kecewa karenanya. Apa sebabnya? Dia ingin mewujudkan kesempurnaan yang diidam-idamkan oleh manusia, tapi nyatanya, hidup yang dia wujudkan adalah hidup manusia yang tidak sempurna. Orang-orang hebat di dunia ini, semuanya memiliki kelemahan-kelemahan yang tidak mungkin ditutup-tutupi dengan kebudayaan, pengetahuan atau bijaksana yang pernah dimilikinya. Kecuali Yesus Kristus. Di antara semua orang kudus, kepada siapakah engkau berpaling? Tantangan yang sangat kuno ini diajukan lebih dari 4.000 tahun yang lalu oleh Ayub. Yesus adalah wujud dari peta teladan Allah. Di dalam diri Yesus, kita menyaksikan kemuliaan Allah bukan dari segi fisik atau segi materi, melainkan dari segi moral, karena Dia adalah reflektor terbesar dari semua moral yang ada di dalam sifat Ilahi yang dasar:
    1. Yesus adalah yang suci dari Allah. Dalam Yesaya ps. 40-66 berkali-kali muncul sebutan the holy One of God, siapakah Dia? Bukankah manusia selalu mencari yang kudus di antara sesamanya. Manusia ingin menemukan the saints from men, the saints according to men, tetapi Alkitab memperkenalkan the holy One of God bukan of men. Baca Luk. 1:34-35. Apa yang Kristus nyatakan? Kesucian. Karena Dia adalah sang kudus itu sendiri. The only holy One of God is in Christ, and He is our savior. Karena Dia suci, Dia sanggup menanggung dosa kita, menjadi Juruselamat kita.
    2. Yesus adalah yang bijak dari Allah. Istilah philosophy terbentuk dari dua istilah dalam bahasa Grika: fileo (aku mencintai) + sophia (bijaksana), jadi istilah filosofi berarti, pencinta bijaksana. Orang yang mempelajari filsafat adalah orang yang ingin menuntut, mencari, mendapatkan bijaksana yang ditemukan oleh orang-orang yang sudah berlalu. Berbeda dengan Kristus, Dia bukan pencari bijaksana tapi Dia adalah bijaksana itu sendiri. Pengkhotbah mengkhotbahkan Kristus, karena Dia adalah bijaksana itu sendiri, kebenaran itu sendiri, Sang kudus itu sendiri. Dialah yang paling mulia dari Tuhan, yang mewujudkan sifat, peta teladan Ilahi. Baca I Kor. 1:30. Terjemahan bahasa Indonesianya kurang jelas, terjemahan lain: kamu sudah berada di dalam Kristus. Siapa itu Kristus? Allah telah menjadikan Kristus sebagai hikmat bagi kita, kebenaran bagi kita, yang kudus bagi kita, sang Penebus bagi kita. Jadi Kristus bukan hanya the holy one of God, Dia juga the wise one from God, the wisdom of God.
    3. Sang adil dan sang benar itu sendiri. Justice diterjemahkan menjadi keadilan di dalam bahasa Indonesia. Truth diterjemahkan menjadi kebenaran di dalam bahasa Indonesia. Tetapi Alkitab mengemukakan satu istilah yang menggabungkan keduanya: dikaiosune; righteousness. Saya kira, righteousness pun masih kurang tepat untuk menjelaskan dikaiosune. Karena yang dimaksud dengan dikaiosune adalah lebih dari sekedar adil atau sekedar benar saja, dan paling sedikit mengandung lima arti: lurus (tidak sembarangan bengkak-bengkok), suci, menyukai isi kebenaran, jujur, dan tidak berkompromi dengan prinsip-prinsip yang tidak beres. Kelimanya menggambarkan He is a righteous man. Baik di dalam filsafat Barat maupun filsafat Timur, khususnya filsafat Aristotles terdapat konsep tentang manusia yang sangat ideal: misalnya, dia tidak berkompromi tapi tegas, dia tegas tapi sopan, dia berlaku lembut tapi melalui kata-katanya dia sudah menyampaikan suatu prinsip yang tidak mengenal kompromi. Untuk mencapai seperti itu memang tidak gampang. Kebalikan dari dikaiosune adalah dosa, tidak mencapai sasaran; bisa lebih bisa juga kurang, sedangkan dikaiosune berarti tepat pada target yang sesungguhnya. Jika ada seorang yang seluruh hidupnya sesuai dengan ukuran Tuhan, dia disebut dikaiosune. Siapakah Dia? Tak mungkin ada yang lain, kecuali Yesus Kristus sendiri. Yesus selalu berlaku adil dengan tepat. Dia adalah the only perfect righteous One of God. Istilah the righteous One muncul di Kis. 7:52. Saya sangat mengagumi Stephanus yang melontarkan kalimat yang betul-betul didasari atas kesadarannya terhadap siapa itu Kristus. Kalau kita tidak membandingkan, kita kira Yesus adalah orang benar yang biasa, padahal Dia adalah dikaiosune baik secara karakter maupun secara oknumNya. Siapakah Dia? Malaikat menyebutNya yang Kudus itu, Paulus menyebutNya yang Bijak itu, Stephanus menyebutNya yang Benar itu.
    4. Yang Sejati itu. Emas murni lain dengan emas yang tidak murni. Tuhan telah menciptakan segala sesuatu dengan sifat kemurnian yang tidak bisa ditiru atau dipalsukan. Tuhan adalah Tuhan yang sejati, Dia juga Pendukung bagi semua yang sejati. Apakah orang yang sungguh-sungguh akan hidup enak dan lancar? Tidak. Apakah orang yang hatinya murni bakal tidak menerima tantangan? Tidak. Kalau emas itu murni, mengapa harus takut pada api? Karena kemurniannya sudah dinyatakan melalui api, dan semakin dia dibakar semakin murni. Yesus, ketika Dia di dunia, Dia dibenci. Karena Dia mengatakan hal yang benar dan sungguh. Siapa yang ingin menjadi orang Kristen? Orang yang sudah ditetapkan oleh Tuhan untuk bisa melihat kemurnian yang memancar dari orang Kristen yang sejati. Jika kau adalah orang Kristen yang sejati, menyatakan kemurnian yang sejati, kau tak mungkin tidak menarik orang datang kepada Tuhan. Di dalam dunia ini ada dua macam orang: yang mau belajar kebenaran, ketika dia melihat orang yang sejati, dia tertarik untuk mendekat. Tetapi ada juga yang membenci kebenaran, begitu bertemu dengan orang yang sejati, dia justru membunuhnya. Kau dijadikan anak-anak Tuhan untuk memuliakan Tuhan. Yesus sendiri mengatakan, Dia adalah yang sejati. Baca Why. 3:7. Firman ini dari siapa? Dari Yesus. Siapakah Dia? Dia adalah yang kudus, yang benar (bukan dikaiosune melainkan yang sejati, yang setia, yang jujur, yang tidak bersalah).

Kristus adalah sang Kudus, sang Sejati itu sendiri datang ke dalam dunia, sehingga kita dapat melihat Allah yang tidak nampak melalui Yesus yang nampak. Karena Yesus yang nampak mewujudkan kemuliaan Tuhan Allah kepada manusia. Kepada siapakah kau berpaling? Kepada siapakah kau mengambil teladan? Kepada siapakah kau mengikut? Kepada siapakah kau menyatakan imanmu? Hanya kepada Yesus. Biarlah hari ini sekali lagi kita nampak akan kemuliaanNya dan hati kita terpikat oleh segala sesuatu yang dinyatakan oleh Yesus. (Ringkasan khotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkhotbah, W.H.)

Pengkhotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

 

Sumber : https://www.mriila.org/pustaka/eksposisi-ibrani/kristus-wujud-allah-sejati/