Firman : 1 Yohanes 5 : 1 – 5

  • ayat 1 : Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya.
  • ayat 2 : Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.
  • ayat 3 : Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.
  • Ayat 4 : sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.
  • Ayat 5 : Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?

Pembacaan Alkitab hari ini dari ayat pertama sampai dengan ayat keempat menyatakan bahwa kita sebagai pengikut Tuhan (mereka yang telah dilahirkan oleh Allah dan yang mengalahkan dunia) diperintahkan untuk mengasihi Allah dan mengasihi mereka yang dilahirkan oleh Allah; hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Jika seseorang mengaku bahwa ia mengasihi Allah, namun membenci anak-anak Allah, maka ia sebenarnya sedang berdusta dan perlu untuk mengintrospeksi dirinya kembali. Ayat sebelumnya, yaitu 1 Yohanes 4:20 menegaskan bahwa jika seseorang tidak dapat mengasihi saudaranya yang kelihatan, maka tidaklah mungkin ia dapat mengasihi Allah yang tidak kelihatan.

Bila dilihat secara sekilas sangatlah mudah bila seseorang menyerukan bahwa ia mengasihi Allah, namun yang perlu dipertanyakan disini adalah apakah tandanya bahwa ia memang telah benar-benar mengasihi Allah?

Firman Tuhan menegaskan kepada siapapun yang berani mengatakan kasihnya kepada Allah untuk mengkaitkan kasihnya tersebut terhadap kasihnya kepada sesama. Sebab tidaklah mungkin jika seseorang yang memang telah dilahirkan oleh Allah yang adalah sumber kasih untuk tidak mengasihi sesamanya manusia termasuk mereka yang menjadi pengikut Tuhan. “Kasih kepada Allah merupakan dasar untuk mengenal Allah”. Pernyataan ini merupakan kesimpulan saya dari perkataan yang pernah dilontarkan oleh seorang ahli filosofi dan matematika berkebangsaan Perancis yang terkenal, yaitu Blaise Pascal, dimana ia mengatakan “No one can love God more than his love to God”. Dengan kata lain, pengenalan seseorang kepada Allah sangat erat kaitannya dengan kasihnya kepada Allah.

Bentuk kasih Allah yang nyata kepada kita dinyatakan oleh penderitaan Kristus diatas kayu salib. Melalui curahan dan campur tangan Roh Kudus didalam diri kita, maka kita bisa menyadari serta mengerti akan penderitaan dan kesengsaraan Kristus bagi kita. Secara pribadi, saya sangat mengagumi lagu rohani orang Afrika Amerika yang berjudul “Were you there when you crucified my Lord?” Apakah engkau berada disana sewaktu engkau menyalibkan Kristus? Apakah engkau juga hadir disana pada waktu Kristus dikuburkan? Lagu yang sederhana ini sudah selayaknya membuat setiap pengikut Kristus menjadi gentar. Barangsiapa yang belum pernah menderita secara sungguh, sangatlah sulit baginya untuk dapat memiliki pengertian secara utuh akan penderitaan Kristus diatas kayu salib.

Demikian pula barangsiapa yang belum pernah dikucilkan, dihina dan dibuang secara sungguh, sangatlah sulit baginya untuk dapat mengerti secara utuh akan perasaan Kristus pada saat Ia dikucilkan, dihina dan dibuang oleh manusia ciptaan-Nya sendiri. Kadangkala Tuhan mengizinkan kita untuk dikucilkan, dihina, dibuang serta mengalami berbagai macam kesulitan lainnya yang ada; justru pada saat-saat demikian, Tuhan ingin memberikan suatu pelajaran yang berharga bagi kita semua sebagai pengikut-Nya dan janganlah pernah beranggapan bahwa Tuhan telah  membuang kita. Hal ini seumpama Tuhan yang walaupun melepaskan tangan-Nya untuk sementara waktu, namun Ia memperhatikan secara seksama bagaimana kita memberikan respon terhadap-Nya dan terhadap setiap kejadian yang Ia izinkan terjadi dalam kehidupan kita. Sebagaimana seorang ibu yang melepaskan tangannya dari si anak kecil yang sedang belajar berjalan, namun tetap senantiasa mengawasinya. Pada saat-saat seperti inilah, kita dapat belajar akan kedalaman suatu potensi kehidupan rohani kita masing-masing.

Kesulitan hidup merupakan hak istimewa yang Tuhan berikan kepada kita masing-masing agar kita boleh senantiasa bertumbuh secara rohani (pengenalan kita akan Tuhan secara pribadi dan bersandar hanya kepada Dia). Dari berbagai pengalaman seperti inilah, kasih dan pengenalan kita kepada Tuhan dapat bertumbuh dan kita juga dapat bersimpati kepada mereka yang mengalami kejadian yang serupa. Kesetiaan Allah kepada kita justru tercermin didalam setiap kesulitan hidup yang Ia izinkan terjadi didalam kehidupan kita: bagaimana Allah senantiasa menyertai kita serta memberikan kekuatan kepada kita didalam setiap kesulitan hidup. Jika kita membaca penderitaan Kristus di dalam kitab Yesaya, maka kita akan setuju bahwa penderitaan dan kesulitan hidup yang kita alami tidak setara dengan penderitaan yang dialami Kristus.

Firman Tuhan didalam kitab Yesaya menyebutkan Yesus Kristus sebagai “Man of sorrow”. Sekalipun berat penderitaan dan kesengsaraan yang harus dipikul-Nya, namun Ia tetap tidak pernah menyerah, mengeluh, menggerutu, memfitnah ataupun marah. Tetapi dengan setia, Ia rela memikul dan menanggung semuanya ini. Karena apa ? Karena Yesus Kristus telah menang dan mengalahkan dunia. Istilah mengalahkan dunia bukan berarti menaklukkan musuh seperti yang diserukan oleh Julius Caesar “I come, I see and I conquer” melainkan “sekalipun ditindas tetapi tidak menyerah, dbunuh tetapi tidak binasa, dibenci tetapi tidak bersedih”.

Siapakah yang telah mengalahkan dunia ? Yaitu Yesus Kristus sendiri dan mereka yang dengan sungguh percaya kepada Kristus (yang telah mengalami kelahiran baru “born from above” dan diselamatkan). Barangsiapa yang mengasihi sesamanya manusia (saudaranya), maka ia telah menjalankan/mentaati perintah Allah dan dengan demikian mengasihi Allah. Perintah Tuhan sendiri sebenarnya tidaklah sesulit seperti yang dibayangkan oleh beberapa orang, oleh karena Roh Kudus yang berdiam didalam setiap diri orang percaya, Dialah yang memampukan kita untuk mentaati perintah Allah.

Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AD)

Pengkhotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

 

Sumber : https://www.griiperth.org/?p=297 (GRII Perth Khotbah Tanggal 16 Juni 2013)