Apa yang kita berikan dan lakukan terhadap anak, sangat tergantung pada bagaimana pandangan kita tentang anak. Kita perlu melihat segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan dan mengerti segala sesuatu dari apa yang diwahyukan Tuhan.

Dengan pembedaan ini, kita melihat dalam Mazmur 78 yang dimulai dengan berita bahwa, “Kami akan memberitakan kepada anak-anak ini untuk mengerti apa yang telah kita terima dari nenek moyang kita, dan mereka harus meneruskan lagi ke keturunan berikutnya.” Itu berarti ada tugas yang terus-menerus diturunkan dari generasi ke generasi untuk membawa berita dari Tuhan Allah. Tuhan Allah sendiri dengan cara dan tangan yang lincah menggarap dan membentuk anak-anak-Nya dengan ketulusan hati dan bijaksana. Oleh karena itu, kita juga perlu memperhatikan aspek ketulusan hati, hati yang murni, serta dengan kecerdasan dan bijaksana yang dari Tuhan. Anak adalah pribadi yang penting. Ada beberapa alasan yang penting untuk itu.
1. Tuhan Yesus Pernah Menjadi Anak
Inkarnasi adalah momen yang sangat penting. Inkarnasi adalah campur tangan Allah Pencipta masuk ke dalam alam yang dicipta. Inkarnasi merupakan kehadiran Allah di tengah umat yang dicipta menurut peta dan teladan-Nya. Karena Allah sendiri datang sebagai manusia, bukan mendadak dalam wujud manusia dewasa, melainkan melalui proses menjadi seorang anak bayi yang bertumbuh, maka Dia sangat mengindahkan masa kanak-kanak.

Allah sendiri mengambil proses menjadi seorang anak. Ini merupakan bukti bahwa proses anak-anak bukan proses yang sengaja boleh dilewati atau diabaikan begitu saja. Jikalau Allah sendiri datang ke dunia menjadi anak, dan beberapa tahun hidup sebagai anak-anak, siapakah yang boleh menghina masa kanak-kanak? Ini hal penting yang pertama. Kita harus menghargai setiap bayi, setiap anak, karena Allah pun pernah datang ke dunia sebagai anak-anak.

2. Kualifikasi Kerajaan Surga
Anak penting karena Kristus pernah mengatakan, “Yang di dalam surga adalah seperti mereka (anak-anak).” (parafrase dari Matius 19:14) Anak-anak telah diberikan suatu kualifikasi sebagai orang-orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Jika engkau tidak kembali seperti kanak-kanak, maka engkau juga tidak akan berbagian di dalam Kerajaan Surga. Pernyataan ini keluar dari otoritas tertinggi, yaitu Pencipta alam semesta dan Pencipta manusia itu sendiri. Oleh karena itu, tidak ada hak bagi siapapun untuk mempermainkan anak-anak. Barangsiapa mempermainkan anak-anak kecil, maka dia sedang mempermainkan seluruh umat manusia. Barangsiapa menghina anak-anak, ia sedang menghina harkat dan hidup semua umat manusia. Barangsiapa menghargai anak dan memperlakukan anak dengan baik, ia sedang memelihara kelestarian dan memberikan kontribusi bagi pembangunan seluruh umat manusia.

3. Tuntutan Pendidikan yang Benar
Anak penting, karena Alkitab memberikan perintah untuk mendidik anak-anak dari sejak kecil dengan kebenaran, maka seumur hidup ia tidak akan menyeleweng (Amsal 29:17). Seorang yang membangun tanpa membangun fondasi yang kuat di dalam tanah, maka ia adalah seorang yang tidak bijak ketika membangun apapun di atas tanah. Masa kanak-kanak adalah fondasi untuk pribadi, karakter, hidup untuk pembangunan masa depannya. Di masa kanak-kanak, kita sedang menginvestasikan suatu tenaga, kekuatan, pemikiran, pendidikan, jerih payah, di mana sebenarnya kita sedang menanamkan modal yang paling bernilai, karena seumur hidup kita akan menuai kesuksesan, karena benih-benih yang kita tanam akan menghasilkan buah-buah di masa yang akan datang. Ini adalah perintah Allah, di mana kita harus mendidik anak-anak dari sejak dia masih kecil.

Anak-anak penting sekali diperhatikan, karena sejarah membuktikan bahwa banyak orang-orang yang agung di dalam sejarah gereja Tuhan, mulai dari Bapa-bapa Gereja hingga sekarang, mereka telah mendapatkan pendidikan dan pengertian kebenaran sejak mereka anak-anak. Bahkan jika kita menelusuri Alkitab, kita juga bisa melihat contoh-contoh dalam Alkitab baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru tentang hal ini. Saya tidak tahu pada usia berapa Musa dikembalikan ke istana, tetapi Alkitab mencatat bahwa sekalipun Musa ditemukan dan dimiliki oleh Putri Firaun, tetapi pendidikan Musa di masa kecil (kanak-kanak)nya ada di tangan ibunya sendiri, yang saat itu menjadi inang susu baginya. Dan kita melihat pada usia 40 tahun ia tetap tidak melupakan apa yang diajarkan oleh ibunya kepadanya. Ajaran iman di masa kecil membuat Musa tidak tertarik kepada dewa-dewa Mesir dan pengaruh-pengaruh dari iman orang Mesir. Dia tetap menjaga iman kepercayaan kepada Tuhan yang Esa, yang berbeda dari dewa-dewa Mesir. Ini adalah hasil didikan seorang ibu yang menanam benih yang benar di saat Musa kecil sekali. Sejak usia 7 tahun Hosea telah menjadi takut kepada Tuhan. Daud juga sejak kecil takut kepada Tuhan. Nabi Obaja juga sudah sejak kecil mengenal Tuhan. Timotius juga sejak kecil mengerti Alkitab. Jadi baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mencatat adanya orang-orang yang agung, yang sejak kecil takut kepada Tuhan, mengenal Tuhan dan mengerti firman Tuhan.

Demikian juga di dalam sejarah, kita melihat orang-orang agung. Salah satunya adalah penafsir Alkitab yang agung yaitu Matthew Henry. Ia bertobat di usia 11 tahun. Seorang misionari wanita yang luar biasa, yang melayani ke Afrika, Marie Schlasser, mengenal Tuhan di usia 9 tahun. Juga Charles Spurgeon, yang dijuluki Prince of the Preacher, mengatakan, “Ajarlah anak dengan baik, karena di usia 5 tahun, seorang anak sudah mungkin mengalami kelahiran baru.” Semua ini adalah catatan sejarah yang membuktikan bahwa masa kanak-kanak itu menentukan seluruh hidup mereka. Jika pada masa kanak-kanak itu kita memberikan pendidikan iman dengan serius dan benar, maka kita tidak salah memberikan investasi, karena kita telah menanamkan kebenaran kepada mereka. Inilah kekayaan yang akan diterima oleh bangsa, yang untuk sementara belum dilihat oleh banyak orang yang selama ini hanya berorientasi kepada uang dan keduniawian. Hanya orang-orang yang mempunyai mata rohani yang jelas yang bisa melihat dengan tepat bagaimana investasi di masa kanak-kanak secara benar merupakan investasi yang sangat bernilai. Kita telah melihat beberapa aspek di dalam pentingnya pendidikan anak ini. Ketiga aspek di atas mengharuskan kita tiba pada kesimpulan bahwa masa kanak-kanak itu begitu penting. Selain tiga hal di atas, ada beberapa hal yang saya ingin utarakan untuk memberikan rangsang pikir bagi Saudara.

1. Anak itu Cermin Umat Manusia
Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa anak adalah cermin umat manusia ? Anak adalah cermin dari setiap kita. Anak merupakan hati nurani umat manusia. Anak-anak itu masih jujur dan polos. Anak-anak mencerminkan kerusakan, kebobrokan dan kenakalan orang dewasa. Barangsiapa yang sering bermain dengan anak-anak, hatinya akan menjadi lebih baik. Orang yang terus bermain dengan orang dan dengan uang, hatinya akan menjadi lebih buruk. Orang yang bermain-main di tengah anak-anak bagaikan orang yang sedang bermain di tengah malaikat yang tidak bersayap.

Ketika seorang ayah kedatangan tamu yang tidak diharapkan, ia berkata kepada anaknya untuk mengatakan kepada tamu itu bahwa ia tidak ada. Maka anak itu keluar dan berkata kepada tamu itu, “Ayah bilang, ayah sedang tidak ada di rumah.” Maka ayah itu marah sekali kepada anak itu. Anak yang jujur justru dimarahi oleh orangtua yang pembohong. Inilah cermin umat manusia. Anak ini sedang menjadi cermin untuk menunjukkan kebobrokan umat manusia. Ia telah menjadi hati nurani manusia. Setiap kali kita melihat seorang anak, kita akan melihat dia sebagai cermin bagi manusia, dan memberitahukan kepada manusia bahwa manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Maka seorang anak merangsang kita untuk kembali kepada yang baik, yang jujur, yang murni, dan mengingatkan kepada kita bahwa kita tidak seharusnya hidup sekotor ini.

2. Masa Kanak-kanak Merupakan Masa Pembentukan
Bukan hanya demikian, anak-anak ini menjadi penting sekali, karena ia mempunyai potensi bisa menjadi baik atau menjadi buruk. Oleh karena itu, kita perlu baik-baik menangani sebelum ia nanti menjadi terbentuk secara salah. Di SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara), seminari di mana saya pernah mengajar, di sana ada seekor ayam yang kakinya patah satu. Karena ia hanya memiliki satu kaki, maka ia harus berjalan dengan cara meloncat-loncat. Ia memiliki 12 ekor anak ayam kecil. Satu kali, ketika sedang membuat jalan dengan semen, dan semen itu belum kering, ayam itu meloncat ke jalan itu, maka timbullah cap kaki ayam. Kami mengusir ayam-ayam itu. Ternyata ada satu ekor yang sempat meninggalkan jejak di semen itu, dan jejak itu tetap ada sampai 20 tahun kemudian. Cap ini hanya bisa terjadi ketika semen itu masih belum kering. Jika ayam itu menginjaknya setelah semen itu kering, maka tidak akan ada jejak yang ditinggalkan. Demikian juga, anak-anak sebelum “kering” perlu diberi cap yang benar. Jika ia diberi cap “salib” maka nanti seumur hidup ia akan membawa cap itu di dalam hidupnya. Tetapi jika diberi cap hal-hal yang kotor, maka ia akan mempunyai bekas yang kotor, yang akan terbawa sepanjang hidupnya.

Apakah kita percaya bahwa anak itu murni putih bersih ketika dilahirkan ? Tidak ! Ajaran ini bukan ajaran Kristen. Ini ajaran pendidik sekuler atau ajaran agama lain. Ini bukan ajaran Alkitab. Ajaran ini muncul dalam pikiran seorang filsuf pendidikan Inggris yang bernama John Locke. Pemikiran “kertas putih” ini diberi julukan tabula rasa. Istilah ini dari bahasa Latin yang berarti “lempengan putih.” (yang dimaksud dengan lempengan di sini adalah lempengan tanah liat di masa kuno, yang dipakai untuk menulis sesuatu berita. Dalam bahasa Inggris disebut white-tablet). Dalam pemikiran ini, dimengerti bahwa anak itu murni, netral, dan bersih. Tergantung mutlak apa yang kita mau tuliskan di dalamnya, dan dengan demikianlah anak itu akan kita bentuk atau pengaruhi. Orang Kristen tidak percaya seperti itu. Orang Kristen tahu bahwa dosa Adam telah turun mencemari semua manusia. Dengan demikian, seorang anak kecil, sekecil bayi yang baru lahir sekalipun juga perlu diselamatkan.

Apakah ini dimengerti bahwa anak bayi sudah berdosa, padahal dia belum sempat berbuat dosa, belum sempat melakukan kejahatan, belum sempat berbuat hal-hal yang melawan Tuhan ? Apakah kalau begitu lahir, bayi ini mati, ia akan masuk neraka ? Ataukah akan masuk surga ? Begitu banyak orang berbeda pendapat di dalam hal ini, dan banyak orang Kristen sendiri belum memiliki pemikiran yang tuntas dan mempunyai doktrin yang benar, sehingga ketika kita menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang krusial, iman mereka menjadi goncang. Ada kasus, terjadi situasi genting di mana dokter tidak bisa menyelamatkan ibu dan anak sekaligus. Kalau menyelamatkan ibunya, anaknya akan meninggal, dan kalau menyelamatkan anaknya, ibunya akan meninggal. Yang mana yang harus kita pilih ? Saya yakin banyak orang tergoncang imannya ketika berhadapan hal seperti ini, karena kita tidak cukup dibekali untuk mengerti prinsip-prinsip keselamatan.

Dalam kasus seperti ini, prinsip Roma Katolik berbeda dengan Protestan. Gereja Roma Katolik akan mengatakan, kita perlu menyelamatkan anaknya, karena ibunya sudah dibaptiskan, sementara anaknya belum. Maka ibunya sudah diselamatkan dan anaknya belum, sehingga anaknya perlu diselamatkan. Gereja Protestan mengatakan, kita perlu menyelamatkan ibunya, karena anak itu akan masuk surga, karena belum berbuat dosa, sementara ibunya masih memiliki tanggung jawab karena ada suami dan anak-anak yang lain. Keputusan ini sangat dipengaruhi oleh doktrin yang kita pegang. Doktrin sangat penting.

Anak yang baru lahir tidak berbuat dosa, tetapi dia tetap mengandung dosa sebagai keturunan Adam. Tetapi sejak sekitar 300 tahun yang lalu, Eropa mulai menolak adanya dosa asal. Itu sebabnya, John Locke dengan teori tabula rasa (white-tablet) ingin menyatakan bahwa anak dilahirkan putih berish tanpa cacat. Ini bukan ajaran Kristen. Sebagai pendidik, sebagai guru Kristen, kita sangat perlu memiliki pengertian yang ketat tentang kebenaran firman Tuhan. Tidak cukup kita sekadar membaca Alkitab lalu beranggapan kita cukup Alkitabiah dan tidak memerlukan pengertian doktrin yang akurat. Kita perlu mengerti iman Kristen sampai ke tulang sumsum, barulah kita bisa menjadi pendidik Kristen yang baik. Kalau tidak, kita tidak berbeda dengan pendidik-pendidik lain yang memiliki konsep yang duniawi dan bukan dari Alkitab.

Karena kita tahu bahwa anak itu perlu bertobat, berarti kita tahu bahwa anak itu mengandung dosa. Dengan berpikir seperti itu, kita harus menolak dan tidak menyangka anak itu bagaimana malaikat, sekalipun kita melihatnya seperti malaikat. Itu terjadi karena sifat dosa yang diturunkan dari Adam akan bertumbuh, akan bertunas, dan akhirnya berbuah dan masak. Itu akan menjadi suatu hidup yang menakutkan. Semua teroris sekarang, 40 tahun yang lalu adalah bayi yang kecil dan kelihatan seperti malaikat. Presiden-presiden dan penguasa-penguasa negara sekarang ini, beberapa puluh tahun lalu hanyalah bayi kecil yang kelihatan tak berdaya dan tanpa dosa. Jadi seorang anak bisa menjadi jahat luar biasa, tetapi juga bisa menjadi baik luar biasa. Mungkin ia bisa menjadi penghancur berjuta-juta manusia, tetapi juga bisa menjadi berkat bagi berjuta-juta manusia.

Seorang yang paling jahat di abad XX adalah Adolf Hitler. Ia menulis buku yang berjudul Mein Kampf (Perjuanganku). Di dalam buku ini, setiap huruf telah menelan lebih dari 50.000 manusia, karena Perang Dunia II telah menghabiskan nyawa sekitar 70 juta manusia, bukan 35 juta seperti dugaan selama ini. Berarti ia begitu jahat dengan ambisi yang begitu liar. Hal ini terjadi, karena ketika ia masih kanak-kanak, ia telah mempunyai konsep yang salah. Konsep salah itu terjadi karena ditanamkan melalui pendidikan dan lingkungan yang sekular. Tetapi jika kita sebagai guru-guru Kristen juga ikut membangun konsep yang salah, tentu dosa kita besar sekali, bukan ? Jika kita ingin menanamkan konsep yang benar kepada anak-anak didik kita, pertanyaan pertama adalah apakah konsep kita sendiri sudah benar atau belum. Apabila kita sebagai guru, sebagai pendeta, sebagai pendidik, memiliki konsep dan doktrin yang salah, maka pada saat kita mendidik, kita juga akan mendidik anak dengan konsep yang salah. Dan anak didik kita juga akan mendidik anak-anak didik mereka dengan konsep yang salah pula. Maka kesalahan ini menjadi kesalahan beruntun yang dimulai dari kesalahan guru yang mendidik dengan konsep yang salah. Anak-anak itu adalah keturunan orang yang berdosa. Anak-anak ini harus diselamatkan, sehingga mereka perlu diinjili. Mereka bukan tabula rasa. Maka anak-anak itu penting sekali.

3. Anak Dipengaruhi dan Mempengaruhi
Anak mempunyai sifat dipengaruhi dan mempengaruhi. Sifat ini merupakan sifat dasar manusia yang sangat penting. Ketika seseorang mempengaruhi seseorang, itu merupakan harta yang paling besar yang bisa diturunkan atau dibagikan kepada yang lain. Jikalau orangtua saudara menurunkan uang yang banyak kepada saudara, maka itu memang suatu harta yang banyak. Tetapi itu bukanlah hal yang terpenting. Saya mengatakan kepada anak-anak saya, “Niat perjuangan yang saya turunkan kepadamu, jauh lebih penting dan bernilai ketimbang berapapun banyaknya uang yang saya bisa turunkan kepadamu.” Saya katakan kepada mereka, bahwa janganlah mereka mengharapkan jika saya mati mereka akan mendapatkan satu rupiah dari saya. Itu bukan hal penting yang saya akan turunkan kepada mereka. Yang saya harapkan adalah setelah saya mati, mereka akan menurunkan dan meneruskan perjuangan saya. Saya menjadi yatim sejak usia 3 tahun. Ayah saya meninggal dan keluarga saya harus berjuang begitu keras. Tidak pernah saya mendapatkan dukungan dari orang kaya, ataupun menulis surat minta-minta dukungan uang. Saya tidak pernah minta dukungan satu rupiah pun dari Amerika atau luar negeri manapun. Mengapa ? Karena saya harus berjuang ; berjuang dengan iman Kristen yang sejati. Kalau semangat seperti ini turun ke anak-anak saya, maka mereka tidak akan pernah takut menjadi miskin. Mereka akan memiliki semangat perjuangan seperti saya. Inilah yang disebut sebagai daya pengaruh.

Sifat pengaruh ini bukanlah bersifat material, tetapi bersifat rohani. Pengaruh yang berjalan dari satu orang ke orang lain, itu merupakan harta yang sangat besar. Ini bukan harta material, tetapi harta spiritual. Apalagi ketika pengaruh itu merupakan pengaruh yang konstruktif, yang mempunyai nilai kekal, yang berbobot bijaksana, dan mempunyai strategi yang sesuai dengan rencana kekal Tuhan. Itulah pengaruh yang sangat bernilai.

Setiap orang dipengaruhi. Saudara dipengaruhi oleh orangtua, oleh teman, oleh tetangga, oleh pacar, oleh suami atau isteri, oleh lingkungan. Tetapi, jika pengaruh yang baik tidak saudara terima, sedangkan pengaruh yang buruk saudara terima, maka saudara “kurang pintar”. Jika saudara menerima pengaruh yang baik, dan menolak dan membuang pengaruh yang buruk, maka saudara adalah orang yang berbijaksana. Saudara juga mempengaruhi orang lain. Orang lain yang menerima pengaruh saudara akan meneruskannya kepada seluruh dunia. Jika seseorang menerima pengaruh yang buruk dari seseorang, lalu ia meneruskan kepada banyak orang yang lain, maka itu adalah pengaruh yang buruk dan berbahaya. Tetapi jika saudara memberikan pengaruh Kristen yang baik, lalu orang yang saudara pengaruhi mempengaruhi orang-orang lain juga dengan sifat Kristen yang baik, maka itulah pengaruh yang bernilai. Jika saudara mendidik dan mempengaruhi anak-anak saudara dengan iman kepercayaan Kristen yang baik, maka anak-anak itu akan memberikan pengaruh kepada berjuta-juta manusia.

Inilah pentingnya anak-anak, karena mereka mempunyai potensi untuk dipengaruhi dan mempengaruhi. Di dalam potensi ini, bagaimana saudara mempergunakan kekuatan, bijaksana dan pimpinan Tuhan untuk meneruskan pengaruh yang baik kepada anak-anak tersebut, sehingga dengan demikian, anak-anak tersebut akan menjadi aset nasional yang positif dan sangat besar adanya. Pemikiran anak sebagai aset nasional merupakan pemikiran yang sangat strategis. Sayang pemerintah kita belum banyak melihat hal ini. Kalau kita mengerti aset bangsa, maka yang pertama-tama adalah manusia, baru yang kedua adalah sumber alam. Kalau Indonesia memiliki manusia-manusia yang berbobot, bisa menjadi contoh teladan dalam kehidupan bagi seluruh dunia, maka itu menjadi aset nasional yang luar biasa. Mungkinkah hal itu ? Mungkin !

Saya memberikan pengaruh kepada saudara, saudara memberikan pengaruh kepada ribuan orang lain, maka beribu-ribu orang, bahkan berjuta-juta orang, akan menerima pengaruh iman Kristen yang baik. Saya sendiri menerima pengaruh dari hamba Tuhan yang lain. Dan hamba Tuhan itu menerima pengaruh dari hamba Tuhan sebelum-belumnya, sampai ke Bapa-bapa Gereja. Bapa Gereja menerima pengaruh dari Paulus, dan Paulus menerima dari Kristus. Maka pengaruh yang Kristus berikan secara terus-menerus berantai telah memberikan pengaruh kepada beratus juta manusia di dunia. Inilah pengaruh yang sangat bernilai bagi dunia.

 

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : Artikel utama pada Bulletin LOGOS edisi 1/2006 (https://www.salib.net/Forums/viewtopic/t=429/start=0/postdays=0/postorder=asc/highlight=.html)