Di dalam sejarah sampai abad ke-19 dan 20, begitu banyak pengajaran yang salah, begitu banyak penyimpangan dan pengajaran yang sesat merongrong gereja. Sampai pada akhir abad 20, orang di dunia yang mempunyai ideologi-ideologi, sistem-sistem epistimologi yang rontok satu per satu membuktikan manusia tidak bisa mempunyai pegangan untuk pengertian kebenaran yang sejati, maka teologi Reformed membuktikan bahwa kita mempunyai dasar yang tidak tergoncangkan, yaitu Kitab Suci.

Semua aliran dalam Kristen juga memakai Kitab Suci, tetapi pengertian yang secara komprehensif, yang integratif, yang secara mendalam, yang jitu dan akurat, satu pun tidak terlihat melampaui dari Teologi Reformed. Itu sebab orang Reformed tidak perlu takut digeser, digoncangkan oleh pemikiran apapun, kecuali kita sendiri tidak mengerti dan kita tidak bertanggungjawab. Kecuali kita sendiri meragukan apa yang dimiliki itu tidak mutlak. Kalau Firman Tuhan itu mutlak dan tidak mungkin digoncangkan apapun di dalam sejarah, maka inilah yang membawa manusia menuju kepada kekekalan yang tidak perlu diragukan dan kita harus mempunyai kesadaran untuk memperkuat keyakinan kita terhadap sandaran Teologi Reformed. Sehingga ombak bagaimanapun kita tahu, Tuhan ada di dalam diri kita. Kita harus sadar yang menguasai segala sesuatu adalah Tuhan. Kita tidak perlu takut. Kita bukan membangunkan Tuhan, tetapi kita minta Tuhan membangunkan kita untuk pegang kita dalam penyertaan-Nya, Firman-Nya, kebenaran kekakalan-Nya dan hubungan kita dengan kebenaran, sehingga kita bisa berbicara dengan ketegasan luar biasa. Kita bisa menyampaikan Firman bagai seorang nahkoda yang tahu arah dan kita mempunyai kepastian, akhirnya seluruh dunia melihat kembali bahwa otoritas Tuhan ada di dalam Firman dan Firman itu dimengerti oleh orang yang sungguh-sungguh memegang firman.

Rathwinter tahun 1979 diudang berceramah di sekolah teologi di Hongkong. Dia mengatakan manusia abad 20 sudah kehilangan arah dan mereka tidak tahu siapa yang harus memimpin mereka. Manusia abad ke-20 perlu pemimpin yang ada otoritas, tetapi mereka melihat pimpinan gereja tidak ada kesadaran otoritas itu. Mereka menemukan di dalam Pantekosta dan Kharismatik, ada orang tampil dengan ototitas sehingga mereka mengira kebenaran ada di pihak sana dan mereka mengikuti. Kalau kita selidiki, kenapa image of authority tidak ada di gereja yang mempunyai ajaran benar, tetapi orang yang mempunyai ajaran yang salah telah mencuri image of authority itu? Karena mementingkan akademik dan akademik mengadopsi suatu kebiasan memandang semua aliran sama rata, sehingga mempunyai semangat merelatifkan yang mutlak dan orang di luar itu memutlakkan yang relatif. Di situ image of authority hilang. Bedanya saya dengan pendeta-pendeta Protestan yang lain adalah saya berkhotbah dalam setiap kalimat penuh otoritas. Di zaman ini, orang mendengar khotbah saya dan dibandingkan kebaktian Kharismatik, mereka melihat keduanya memiliki otoritas lalu mereka meragukan yang mana yang benar. Tetapi pendeta-pendeta Protestan termasuk pendeta-pendeta Reformed sendiri tidak memiliki kepastian untuk mempunyai semangat kemutlakan, apalagi terbiasa dengan akademik relatif yang menghargai semua aliran, bahkan tidak mau memberitahu pendirian dia sendiri itu apa. Ini bukan pendeta tetapi penipu, termasuk profesor-profesor dalam sekolah teologi yang tahu dan mengajar begitu banyak.

Tanya dia: “what is your faith?”. Dia akan menjawab: “Ini dunia akademik, harus menghargai satu sama lain.” Ini penipu. Dia bukan mengabarkan iman, dia mengabarkan pengetahuan yang melawan iman. Ini musuh kekristenan. Kalau engkau tanya Rasul Paulus, “percaya Yesus bangkit tidak?” Apakah Rasul Paulus mengatakan “menurut Karl Barth… menurut ini.. menurut itu… dan sebagainya, lalu silakan memilih sendiri?” Rasul Paulus pasti mengatakan “saya percaya Yesus bangkit dan aku mengetahui apa yang aku percaya. Jika engkau baca surat yang aku tulis, engkau tahu betapa dalam aku mengerti”. Tuhan berkata carilah Aku, sekarang banyak pendeta, mahasiswa sekolah teologi, carinya gelar, supaya orang tahu dia sudah S1 S2 S3. Itu penyakit minder pendeta. Kalau tidak ke luar negeri, sepertinya tidak bisa menjadi hamba Tuhan dengan baik. Rasul Petrus sekolah di luar negeri mana? Bukan berarti Indonesia sudah cukup, banyak kacaunya juga. Kalau ke luar negeri mungkin lebih baik. Tetapi kalau lulus dari luar negeri tidak kembali ke prinsip Alkitab, itu antroposentrik. Otoritas dari mana? Diberikan kepada siapa? Kebenaran firman yang tidak berubah itu menjadi dasar otoritas.

Banyak orang pinter sudah S3, masih ikut aliran Kharismatik yang tidak bertanggungjawab. Karena apa? Di bidang dia sudah S3 tetapi di bidang rohani dia tetap buta. Tetapi pemimpin-pemimpin yang tidak mengetahui Alkitab sebenarnya, mereka berani berteriak-teriak hanya berdasar pengetahuan sedikit tetapi berdiri dengan otoritas seperti Tuhan. Itu mengerikan. Sedangkan kita tidak sadar di dalam diri kita sudah ada pusaka paling besar, tetapi kita tidak menghargai, kita minder. Tuhan mengatakan carilah Aku, berarti hanya menyenangkan Aku. Tidak ada yang lain membuat engkau berhasil. Keberhasilan lahiriah, keberhasilan fenomenal, itu hanya keberhasilan sementara. Keberhasilan yang sungguh-sungguh harus menanam dan harus mempunyai bobot aspek yang tidak kelihatan, seperti fondasi rumah lebih dari aspek kelihatan rumah di atasnya. Kami di Jakarta sedang membangun gereja (Gereja Reformed Millenium, gereja GRII Pusat), semua kaget…karena besar…tinggi, tetapi mereka tidak tahu yang di bawah (fondasi) begitu banyak pilar berjumlah 2600, semua dari beton dengan masing-masing sebesar 15 meter. Di atas itu cuma 40% dari besar di bawah. Semua melihat yang di atas. Sekarang banyak orang Kristen Cuma melihat yang di atas. Pendeta yang khotbahnya bagus, wajahnya menarik, jasnya bagus, tetapi berapa mereka tanam modal membuat fondasi? Tahun 2007 ini saya sudah berkhotbah 50 tahun. Bulan 1 tanggal 9 tahun 1957 saya menyerahkan diri kepada Tuhan. Tetapi khotbah saya belum habis, pendengar saya yang pertama adalah dari gereja ini adalah Merry Go. Kemarin dia ada di sini, sekarang kembali ke Singapore. Dia pendengar pertama saya. Orang yang dengar 50 tahun lalu yang ikut kebaktian saya, tetap ada menerima ada sesuatu yang baru dalam khotbah saya.

Karena apa? Karena saya tidak berkhotbah dengan cara psikologi massa, sehingga membawa orang seperti dibius, tetapi berani bertanggungjawab setiap kalimat yang dikatakan berdasarkan pengertian kebenaran, sehingga itu mengikuti pertumbuhan manusia dan itu tidak akan digeser, karena itu Firman Tuhan. Firman Tuhan mempunyai substansi yang nilainya tidak mungkin digeser atau dilampaui apa pun, karena itu dari Tuhan Allah, sehingga dalam Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru boleh terus dalam perjalanan sejarah dan memimpin manusia dalam kebenaran, meskipun penulisnya seperti Petrus, Yohanes hanya nelayan saja. Tetapi engkau selidiki apa yang menjadi bobot di dalam firman Tuhan yang diberikan kepada Yohanes jauh lebih tinggi dari Plato, Aristoteles, Socrates dalam mempengaruhi dunia. Di mana pengertian lebih sungguh-sungguh tentang Logos?

Yohanes atau Stoik? Yohanes. Karena yang disampaikan Yohanes adalah Firman. Karena Firman begitu penting, maka Teologi Reformed dengan berdasar Sola Scriptura itu sudah betul. Tetapi kita melihat sekarang gereja-gereja khotbahnya main-main. Jangan takut khotbahmu tidak di dengar. Ada orang takut khotbahnya tidak didengar, lalu membuat lelucon lebih banyak dalam khotbah. Makin banyak lelucon, kamu akan makin jadi lelucon. Berkhotbahlah dengan otoritas, dengan kuasa, dengan keyakinan dengan pengertian firman, inilah semangat Reformed. Mengapa orang yang tidak berotoritas berani berdiri di mimbar? Mengapa kita mempunyai otoritas dengan Firman, tidak berani dengan berotoritas? Salah satu sebab karena makin banyak belajar, makin menutupi gairah dan semangat perjuangan dari visi. Bukan belajar tidak baik, saya sendiri terus belajar. Tetapi api dari visi tidak boleh disaingi dan tidak boleh diganti dengan yang lain. Seorang rektor yang saya kenal sejak kecil, dia anak pendeta, baik sekali. Segala sesuatu kalau dia berani kerjakan, mamanya selalu berkata “jangan”. Berani ibu bisanya berkata “jangan”. Pengajar hanya bisa menyelesaikan masalah sendiri dan tidak melihat anak menyelesaikan masalah sendiri. Ini pendidikan salah. Banyak ibu tidak bisa tahan melihat anak nakal. Tetapi kenakalan itu lumrah. Tetapi karena mengganggu dia marah. Engkau menyelesaikan dirimu, bukan menyelesaikan masalah dia. Akibatnya anak kecil tidak bisa membedakan mana hal besar dan hal kecil. Apalagi hal kecil marahnya besar, hal besar marahnya kecil. Anak tidak bisa membedakan apa boleh tidak boleh, semua mengikuti emosi mamanya, itu pendidikan salah. Akibatnya pada waktu dia besar, tidak berani kerja ini itu, karena takut salah. Akibatnya tidak bisa berkembang.

Orang Pentakosta dan Kharismatik justru tidak sekolah Teologi, berani berkhotbah dan dikagumi. Misalnya, penafsiran kitab Wahyu. Kita tidak terlalu berani menafsirkan, karena begitu sulit. Dan buku Wahyu ada lebih 1300 macam penafsiran, maka semakin banyak belajar makin tidak sembarangan mengajar. Tetapi kalau cuma 1 buku yang dipelajari dan dia hafal lalu dikhotbahkan, orang menyangka dia ahli kitab Wahyu. Dia berani karena modalnya cuma 1 buku, tetapi makin belajar makin relatif, makin tidak ada pegangan. Itu sebab otoritas menjadi hilang. Kita melihat di Barat, Kristen hanya mengaku salah satu dari sekian banyak aliran di dalam Pluralisme, sehingga orang Kristen yang pintar itu makin lemah. Menyebut Allah Maha Kuasa untuk sembuhkan sakit-penyakit hanya untuk kepentingan kita sendiri. Tetapi bagi agama lain, menyebut Allah Maha Kuasa dan rela untuk mati. Ini kekristenan sudah dihancurkan oleh khotbah yang tidak beres. Khotbah yang Tuhan penuh cinta kasih, engkau kira bisa mendapatkan pendengar lebih banyak? Homeletik seperti ini homeletik sampah! Pendeta Amerika bikin lelucon dahulu, setelah semua tertawa lalu dia berkhotbah. Kalau itu sudah dijadikan patokan, lalu seorang Teolog Inggris mengatakan “saya tidak tahu, darimana contoh di Alkitab di mulai lelucon supaya orang bisa senang mendengar. Tidak ada! Dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru, khotbah itu Firman yang disampaikan sungguh-sungguh. Orang senang atau tidak senang orang akhirnya tersentuh hatinya.” Sekarang banyak pendeta badut yang banyak orang menjadi senang, sehingga gereja banyak orang menonton, bukan banyak orang beriman. Kuasa Firman tidak dipentingkan, khotbah sependek mungkin. Ada pendeta yang hari Senin tidak mau masuk kerja. Pendeta yang rajin tidak habis-habis pekerjaannya; tetapi pendeta yang malas, tidak malas membicarakan dirinya sendiri. Orang yang tidak ada waktu, masih meluangkan waktu mengerjakan pekerjaan; orang yang kebanyakan waktu mengatakan saya tidak ada waktu tetapi memakai waktu. Kita perlu bertobat. Reformasi adalah satu-satunya periode di mana manusia dengan segenap hati, jiwa, pikiran untuk memuliakan Tuhan dengan pengertian Sola Scriptura, Sola Fide, Sola Gratia, Sola Christus, Soli Deo Gloria. Sebelum Reformasi ada gerakan mengubah dunia dan setelah Reformasi ada gerakan yang juga mengubah dunia.

Sebelum Reformasi ada gerakan Renaissance, yang mempunyai semangat untuk mengembalikan keunggulan yang pernah dicapai manusia di zaman Yunani dan Romawi. Mereka menganggap manusia tadinya hebat, unggul, sukses, tetapi setelah Kristen datang, menutupi kreativitas manusia dan membuat kebudayaan mundur, maka mereka mengembalikan potensi manusia yang pernah terbukti mencapai keunggulan luar biasa. Renaissance berarti melahirkan kembali semangat baru yang pernah di zaman kuno muncul. Kalau engkau melihat ukiran dan seni tinggi sekali yang pernah dicapai orang Athena, adanya semangat, gerakan, anatomi, seluruh aspek tubuh manusia begitu indah, sehingga hampir lebih indah dari orang hidup, tetapi setelah Kristen datang, ukirannya menjadi berbeda. Matanya menatap ke atas, bagian tangannya proporsinya salah, tetapi ingin mengutarakan dua hal: kesucian dan beribadah kepada Tuhan. Maka orang-orang Italia Utara ingin mengembalikan kehormatan dan kejayaan potensi manusia yang pernah diungkapkan pada zaman dulu. Inti gerakan ini adalah:

  • Manusia adalah titik pusat alam semesta, maka Allah mulai digeser. Gereja tidak penting lagi. Butir ini menjadikan manusia antroprosentris. Kharismatik juga termasuk antroprosentris, asal beriman Tuhan pasti sembuhkan. Kalau demikian Tuhan harus takluk pada manusia. Kalau begitu orang Kharismatik tidak bisa mati, asal iman jadi sembuh, sampai tua karena iman jadi sembuh berarti tidak mungkin mati. Kenapa seumur hidup tidak mau mengerti? Akhirnya saat mau mati baru mengerti Tuhan tidak sembuhkan?
  • Rasio adalah alat untuk mengerti kebenaran. Hal ini belum menonjol terlalu hebat, baru pada zaman rasionalisme hal ini menjadi mutlak. Manusia menggunakan rasio untuk mengukur segala sesuatu. Akhirnya ilmiah merajalela, maka agama, iman, semua dikelas-duakan karena tidak ilmiah. Rasio menjadi tahta seolah mengganti segala sesuatu.
  • Yunani dan Romawi menjadi teladan, sehingga tidak seperti Kristen yang mengagungkan Kristus. Renaissance membawa kuasa manusia yang disebut demokrasi. Hal ini terjadi mulai Athena. Waktu pemerintah Amerika mendirikan United States of America, mereka memilih bangunan model apa di ibukota mereka, mereka tidak mau memakai bentuk Inggris, Perancis, namun memilih bentuk Yunani. Karena Yunani yang memulai demokrasi, maka untuk Amerika negara demokrasi maka memakai tiga bentuk Yunani. Kekristenan tidak ada bangunan yang terlalu penting, kecuali Gothic. Keindahan arsitektur Yunani tidak terlawan, tidak pernah digugurkan.
  • Bumi adalah sasaran terakhir hidup, sehingga tidak perlu bicara tentang surga, tentang Tuhan. Lukisan yang paling mewakili Renaissance adalah lukisan Monalisa. Itu lukisan yang luar biasa, mencapai optimistik luar biasa. Tetapi di dalam lukisan Monalisa tidak ada malaikat, surga, unsur kekristenan, semua yang paling penting dalam kesucian ibadah hilang, yang ada cuma satu: self confidence human achievement. Optimisme manusia yang luar biasa. Da Vinci mengatakan seni bukan imitasi alam, seni adalah gerakan action dari spirit. Dia pernah membedah lebih dari 30 kali membedah mayat. Saat itu tidak boleh membedah mayat, kalau pemerintah tahu dia akan dihukum karena tubuh manusia begitu hormat setelah mati dikuburkan. Dia demi mau melukis bagaimana hebatnya tubuh manusia, dia sampai membedah mayat. Karena dia ketakutan ketahuan maka dia membedah mayat di kuburan. Ada kuburan yang masuk ke dalam tanah, ada ruangan di sana dia membedah mayat. Kalau engkau melihat ukiran Itali, Hindu, Tiongkok semua lain cara melukisnya. Tetapi harus diakui yang paling mengerti anatomi adalah orang Yunani kuno dan Renaissance.

Kita sudah mengetahui keempat hal yang menjadi dasar Renaissance, maka orang-orang yang mengikuti Renaissance adalah orang-orang yang tidak perlu Tuhan lagi, tidak perlu Kitab Suci lagi, tidak perlu gereja lagi, tidak perlu surga lagi, asal hidup dunia kaya dan sukses itu sudah cukup. Orang-orang di Italia yang mengikuti Renaissace mereka terjepit dalam Tradisi Gereja yang terlalu kuno sehingga mereka ingin mengekpresikan sesuatu ide baru yang kreatif dan Iman dalam hati mereka. Saya percaya Leonardo Da Vinci masih Kristen. Pada waktu dia melukis Yesus dan murid-murid dalam the last supper itu ekspresi kerohanian luar biasa.

Dan Brown yang menulis Da Vinci Code sampai sekarang belum ditangkap, dia mengatakan Yohanes yang tidak ada jenggotnya itu adalah Maria Magdalena. Da Vinci kalau berani membuang Yohanes lalu menggantikan dengan seorang perempuan ke dalam the last supper dia akan dipenjara. Dan Da Vinci bukan orang yang sama sekali tidak beriman. Waktu dia melukis Yesus dengan sedih “hari ini ada seorang dari antara kamu ada orang yang menjual Aku”, ekspresi muka itu hampir tidak ada di dalam sejarah dan 12 murid yang masing-masing ekspresi “apakah saya, Tuhan?”, Leonardo Da Vinci telah menangkap moment tersebut dengan cermat untuk dilukis. Saya percaya tetap ada iman Kristen di dalamnya, namun mereka sudah bosan dengan banyak tradisi yang salah sehingga mereka cenderung terbuka pintu untuk gerakan yang baru. Dengan demikian Renaissance mencapai kesimpulan orang Kristen harus memilih: tetap ikut tradisi gereja atau arus yang menuju sekular. Akhirnya banyak orang pintar luar biasa yang tidak bisa diraih oleh gereja. Yang paling pintar nyanyi bosan nyanyi di gereja lalu nyanyi di opera house dengan honor lebih besar. Orang pintar yang dikekang oleh gereja akhirnya mereka lebih suka freelance. Di zaman Renaissance banyak orang genius yang lepas dari gereja. Sekarang ini khotbah-khotbah di zaman Renaissance tidak ada orang yang mengingat, tetapi pelukis-pelukis Renaissace makin tinggi nilainya menjadi rebutan museum dengan harga bermiliar-milar rupiah. Orang yang genius, orang yang mempunyai jiwa seni tinggi tidak mau diikat oleh gereja. Itu sebab Gereja Katolik mulai kompromi dengan orang genius. Michael Angelo membuat patung Yesus dengan alat kelamin, Gereja Katolik tidak bisa berbuat banyak untuk melarangnya. Zaman itu arus humanisme sedang merajalela. Pada saat arus dunia berkembang dan merajalela akhirnya gereja menjadi kompromi.

Kalau seluruh dunia maunya Kharismatik dan gereja Reformed terus menyusut lalu bagimana? Ikut arus saja? Kemarin ada kalimat yang mengatakan “tidak peduli teologi apapun yang penting diselamatkan”. Ini semua sudah terjadi di dalam sejarah. Kalau begitu dalam dua/tiga generasi gereja akan hancur, karena tidak bisa memilihara yang benar. Renaissance membawa manusia ke dalam keempat point di atas dan akan membawa manusia kepada humanis, yang memperjuangkan hak manusia dan menggali potensi manusia. Humanis sampai abad 16 ada orang yang penting yaitu Erasmus dan Martin Luther. Bedanya adalah bagaimana mereka memberi tempat bagi Tuhan. Erasmus tidak terlalu memberikan tempat bagi Tuhan. Humanis yang diwakili oleh Erasmus mengatakan bahwa kita ada kemauan bebas (free will), tetapi Martin Luther menjawab memang kita memang ada keinginan (will), tetapi kita tidak mempunyai kemauan yang bebas sungguh-sungguh, kita mempunyai kemauan terkurung, bukan kemauan yang bebas. Kalau orang kafir yang masuk gereja, masuk sekolah teologi bisa lulus, sampai jadi pendeta pikirannya tetap kafir. Lalu di atas mimbar meracuni kekristenan. Maka tua-tua penting, dalam sistem Reformed, tua-tua mengawasi pendeta. Tua-tua harus berani mengatakan kalau firman yang diberitakan sudah menyeleweng.

Reformed adalah semangat untuk kembali ke Alkitab yang tidak boleh ditawarkan. Dalam sistem Reformed, pendeta mengajar dan tua-tua sama-sama memelihara dan melestarikan ajaran rasul-rasul dengan setia, sehingga begitu mimbar menjadi menyeleweng di situ ada yang menegur dan mengembalikan ajaran yang benar. Di Indonesia banyak yang asal umurnya tua menjadi tua-tua, asal kaya menjadi majelis, padahal mereka tidak mengerti teologi. Mereka berpendapat Teologi urusan pendeta, sedangkan mereka dari pengusaha, pedagang diangkat jadi majelis sehingga tidak berani menegur pendeta yang salah. Mereka sendiri tidak beres sehingga tidak berani menegur pendeta. Menghormati firman Tuhan harus lebih tinggi daripada khotbah yang dikhotbahkan hamba Tuhan. Kalau hamba Tuhan berkhotbah tidak sesuai firman Tuhan, firman Tuhan harus lebih tinggi daripada yang dikhotbahkan hamba Tuhan. Jangan kira semua pendeta yang dikhotbahkan adalah firman Tuhan, itu menguraikan firman Tuhan. Menguraikan firman secara setia kita salut, yang tidak setia kita bongkar. Jadi gereja bisa kembali ke asalnya, yaitu Tubuh Kristus yang setia pada Kristus. Ini tidak bisa ditawar. Keseriusan ini harus kita pegang betul-betul. Majelis harus belajar baik-baik teologi yang benar, kalau ada pendeta yang salah, mari dibicarakan kesalahannya agar tidak diulangi lagi. Ini supaya gereja dipelihara baik-baik. Sistem Chapel di mana Paus kalau mati, semua kardinal dikumpulkan untuk memilih Paus yang baru. Setiap hari ribuan orang masuk ke Chapel, di mana atapnya ada lukisan Michaelangelo yang dilukis selama 2 tahun 8 bulan, waktunya banyak disita untuk melukis di mana Tuhan menciptakan alam semesta, Adam jatuh, sampai Nuh, Yusuf ada di atas sana. Lalu dibelakangnya ada lukisan Kristus datang menghakimi seluruh dunia. Seni yang tinggi mengutarakan keindahan ciptaan Allah. Setelah Renaissance selesai, maka tinggal dua macam orang: mementingkan manusia tetapi berdasarkan pengertian Tuhan kepada manusia, yang takut kepada Tuhan dan antroprosentris humanis, yang berjuang untuk manusia tetapi tidak takut kepada Tuhan. Calvin adalah humanis yang sepenuhnya takluk kepada Tuhan, sehingga dia berani melawan Katolik bukan karena tidak taat Tuhan, justru dia memperjuangkan manusia tidak boleh dibelenggu oleh ajaran Katolik yang salah. Maka Calvin adalah humanisme yang tunduk kepada firman Tuhan, maka disebut Humanisme Theosentris.

Martin Luther membedakan will daripada Erasmus dengan begini: satu kelereng kalau berada di suatu dataran, kalau engkau sentuh dia maka akan bergerak secara bebas ke kanan ke kiri ke depan. Tetapi pada waktu dia sampai di ujung, dari dataran tinggi dia jatuh ke dataran rendah, lalu setelah jatuh akan tetap begerak lagi. Cara bergeraknya sama dengan yang ketika di dataran sebelum jatuh. Bedanya kelereng itu tidak bisa kembali lagi ke tempat yang tinggi. Akibat gravitasi, kelereng itu turun. Di sini Martin Luther mengatakan kehendak bebas manusia yang jatuh dalam dosa tidak lagi bebas, karena sudah terikat oleh dosa. Kita tidak boleh menyangkal kejatuhan dalam dosa sudah terjadi, bagaimanapun manusia pintar, kita tetap dalam wilayah dosa. Erasmus mengatakan free will, Martin Luther mengatakan bounded free will. Augustinus mengatakan free will, tetapi dia mengatakan bahwa itu ada sebelum manusia jatuh dalam dosa, kecuali Anak Allah membebaskan belenggu dosa. Di surga mungkinkah kita berdosa lagi? Di surga kehendak manusia sudah disempurnakan sampai menjadi tidak bercacat-cela mencapai kehendak Allah yang kekal. Reformed mengerti bagaimana umat manusia, dengan status dosa sesuai Firman yang diturunkan Tuhan. Tidak ada satu pun pemikir yang paling hebat di seluruh dunia bisa mencapai seperti Alkitab. Karena tidak mungkin manusia bisa menjelaskan diri sendiri dengan otak yang berdosa.

Suatu kali di Singapore Bible College ada mahasiswa membuat makalah / thesis yang di dalamnya memaki-maki Augustinus, akhirnya dia lulus. Bagi saya, belajar sampai mati pun tidak sampai 1% dari pemikiran Augustinus. Baru belajar teologi beberapa saat dia sudah berani kritik. Kemarin ada orang kritik Calvin, bahwa Calvin bunuh orang. Saya akan bawa engkau ke pengadilan kalau engkau mengatakan itu. Kalau engkau waktu itu berada di Geneva engkau pasti setuju Calvin, karena orang itu mengacaukan kekristenan Eropa mengatakan tidak ada Allah Tritunggal, melawan ajaran yang benar gereja, sehingga orang itu harus dibunuh dalam institusi Katolik, lalu melarikan diri ke Geneva. Di sana orang itu tetap melawan ajaran benar, daripada orang itu terus menerus menyesatkan ajaran yang benar maka Calvin setuju melaksanakan hukuman. Engkau kalau sudah benci Reformed lalu mencari-cari alasan. Bolehkah hukuman mati di dunia ini dihapuskan? Saya tidak setuju. Ini melaksanakan keadilan Allah. Ada orang yang memperkosa 50 perempuan, lalu dia dilepaskan sehingga dia mempunyai lagi kesempatan memperkosa perempuan lainnya. Ini kegilaan luar biasa. Semua gereja yang cepat berkembang, harus instropeksi terlebih dulu: sudah kompromi dalam hal apa? Engkau akan kelihatan cepat berkembang, menerima investasi dari setan, karena engkau sudah melonggarkan untuk menerima ajaran yang tidak beres.

Di dalam Teologi Reformed ditemukan banyak hal yang sebelumnya tidak diperhatikan. Orang-orang Kharismatik dan Pentakosta, seluruh gereja dari abad 1 hingga abad 19 akhir, kurang membicarakan doktrin Roh Kudus. Maka mereka melakukan dualisme, kalau terlalu banyak bicara Roh Kudus maka berarti doktrin lain tidak penting. Doktrin tidak penting, doktrin itu mati, hanya kuasa Roh Kudus yang hidup. Maka mereka menganggap abad 20 adalah abad Roh Kudus. Begitu nyata kuasa Roh Kudus abad 20, maka gereja mencela gereja-gereja Protestan tidak ada Roh Kudus. Lalu mereka menyerukan untuk adanya persatuan gereja, di mana persatuan itu di dalam wadah mereka yang hanya percaya mereka ada Roh Kudus, itu bukan persatuan!

Bersatu yang benar adalah di dalam Firman Tuhan, tetapi mereka bersatu untuk melawan gereja tradisional untuk bisa digeser dengan mendirikan gereja yang baru yang tidak perlu bertanggung-jawab dengan iman rasuli. Tahun 1901, hanya ada di satu orang di Topika yang menganggap untuk harus ada kebangunan yang sungguh-sungguh sejati, yaitu manifestasi Roh Kudus. Setelah itu arus ini dipindahkan ke Los Angeles di Jalan Asuza Street, mereka mengatakan iman rasuli / apostolic faith. Apostolic faith di sini bukan iman rasuli yang biasanya dibacakan di setiap kebaktian Minggu, tetapi mujizat kesembuhan, berbahasa lidah, mengusir setan. Mereka mengatakan bahwa doktrin tidak penting, kalau kamu sudah bisa bermujizat, berbahasa lidah, mengusir setan, maka kuasa Roh Kudus dinyatakan. Mereka melakukan reinterpretasi kekristenan. Mereka menuntut baptisan Roh Kudus, mujizat kesembuhan, berbahasa lidah, mengusir setan, maka mereka di mana-mana berusaha untuk membuktikan hal-hal tersebut untuk membuktikan adanya Roh Kudus di dalam mereka, maka Sola Christus — memuliakan Kristus tidak lagi fokus utama dalam kebaktian, pelayanan mereka. Pemahaman itu sudah bergeser bukan Kristus menjadi fokus utama, maka itu gereja bukan lagi gereja, hanya merek gerejanya saja.

Gereja Liberal mementingkan moral Kristus dan bukan ketuhanan Kristus. Sifat moral Kristus dijunjung tinggi, sehingga mengajarkan bagaimana cinta kasih, bagaimana hidup bijaksana, hidup berdamai dengan sesama, tetapi keselamatan Yesus Kristus yang darah-Nya menebus dosa manusia sudah hilang dari mimbar. Di tahun 1932, di mimbar suatu gereja Protestan ada sehelai kertas yang dibaca pendeta waktu naik mimbar, di mana tertulis: “Tolong sebutkan nama Yesus, karena sudah setahun kita sudah tidak mendengar nama Kristus dari mimbar”. Saya pernah masuk ke gereja tersebut di New York, yang dibicarakan perdamaian dunia, perjuangan melawan ketidakadilan; tetapi keselamatan, salib Kristus tidak ada. Saya mengamati dari tahun 1951 sampai sekarang perkembangan Pentakosta di Indonesia yang di mulai dari orang Belanda. Waktu itu ada Gerakan Pantekosta yang waktu menyaingi gereja-gereja Protestan. Gerakan Pantekosta waktu itu dianggap kekristenan dari orang-orang miskin, yang tidak punya uang ke rumah sakit, berdoa menangis minta kesembuhan Tuhan, akhirnya Tuhan berbelas kasihan dan waktu itu gereja Pantekosta di Indonesia dianggap aliran pinggiran. Tetapi orang yang kaya, berkedudukan masuknya di gereja-gereja Protestan. Gereja Pantekosta kesulitan berjuang yang tidak diakui aliran, tidak diakui di pemerintahan dan masyarakat. Tetapi gereja-gereja Prostestan banyak terdapat pejabat-pejabat yang diakui sah. Tetapi setelah Belanda keluar dari Indonesia, pejabat-pejabat Kristen tersebut tidak memiliki keistimewaan dan anak-anak mereka pelan-pelan tidak mempunyai iman sesungguhnya, lalu karena orang Pantekosta ngotot berdoa dan akhirnya mereka beriman dan juga keturunan mereka bertambah-tambah. Dari generasi ketiga dari Pantekosta banyak yang sekolah di perguruan tinggi banyak yang jadi dokter, insinyur, ada yang sukses dalam berdagang dari lapisan miskin menjadi kaya. Lalu mereka berusaha mencari hubungan baik dengan pemerintahan, bukan pemerintahan Belanda tetapi pemerintahan Indonesia, sehingga mereka memiliki hubungan makin erat dan makin kuat yang baik dengan pemerintahan.

Di sisi lain, gereja-gereja Prostestan tidak mengalami kemajuan karena tidak mengetahui Teologi Reformed, tidak mau mengabarkan Injil. Gereja Tionghwa di Indonesia termasuk GKA, dulu memiliki peran yang sangat penting. GKA satu diantara 6 sinode yang menjadi pendiri PGI. Gereja-gereja Tionghwa di Indonesia mendadak berkembang pesat karena peranan John Sung yang pernah datang ke Indonesia. John Sung memiliki jasa besar di Indonesia karena dia diundang gereja Tionghwa. Di mana John Sung mengadakan Kebangunan Rohani, langsung bagai api yang menjalar banyak orang, ke mana dia pergi ke suatu tempat di situ terjadi api Kebangunan Rohani. Kalau mengundang John Sung harus selama 7 hari, di mana setiap hari berkhotbah 3 kali. Kehadiran John Sung menjadi teka-teki bagi orang Reformed dari Belanda namun menjadi perkembangan luar biasa bagi gereja Tionghwa dan menjadi pengharapan baru bagi orang Pantekosta di Indonesia. Waktu itu banyak orang gereja Pantekosta yang semula cuma doa minta kesembuhan, ketika datang ke kebaktian gereja Tionghwa yang dipimpin John Sung, banyak yang sembuh. Di situ mereka bergabung dengan orang-orang Pantekosta ikut datang waktu KKR. John Sung menjadi kuasa untuk mengikat semua aliran gereja. Dia bukan Reformed, tetapi orang yang sangat cinta Tuhan. John Sung mempunyai penginjilan yang begitu berhasil dan gereja-gereja yang menerima John Sung bertumbuh dan gereja-gereja yang tidak menerima John Sung tidak bertumbuh. Setelah John Sung mati, Andrew Geeh datang dan yang menerimanya menjadi gereja yang maju dan GKI waktu itu ketinggalan. GKI waktu itu heran mengapa penginjil dari Tiongkok itu yang bukan Reformed tetapi mengapa berkuasa besar. Orang Belanda mengakui bahwa cerita atau perumpamaan yang dipakai John Sung begitu tepat dan menggugah pengertian manusia akan Firman Tuhan sehingga menjadi kekuatan bagi pendengarnya sehingga banyak orang yang mendengarnya bertobat. Itu yang tidak pernah ada dari orang-orang Belanda dalam ilmu-ilmu Hermeneutik. Yang lulusan Belanda tidak memiliki kekuatan seperti itu.

Saya melihat, di dalam Teologi Reformed ada kerangka, ada pengertian firman yang begitu indah, tetapi ada yang kurang satu hal: kuasa penginjilan. Itu sebabnya saya mengambil keputusan menamakan gerakan yang diperlukan oleh dunia adalah Gerakan Reformed Injili. Karena orang Injili kurang Teologi, orang Reformed kurang menginjili. Kalau dua kekuatan ini, Reformed dan Injili akan menjadi kekuatan luar biasa untuk seluruh dunia. Itu sebab saya menggarap di Indonesia, saya tidak punya banyak waktu. Yang tidak melayani untuk satu gereja. Saudara pernah mengikuti Kebaktian Kebangunan Rohani yang saya pimpin? Saya tidak pernah mengumumkan jadual kebaktian GRII kepada saudara. Kenapa Stephen Tong mendirikan GRII? Karena orang yang doktrin benar berhak mendirikan gereja dan orang Kristen yang sejati harus merestui, mendukung gereja yang didirikan di atas doktrin yang benar. Saya hidup bukan untuk GRII tetapi untuk seluruh kekristenan. Maka kalau saya mengadakan kebangunan rohani di suatu kota, saya mengundang semua orang Kristen dalam berbagai gereja untuk hadir, sesudah itu saya tidak mengumumkan GRII. Gerakan bersumber Firman untuk masuk ke semua gereja sehingga semua gereja kembali ke Firman. Teologi Reformed yang tidak menginjili itu mematikan, maka Reformed Injili menjadi daya yang menggabungkan kedua hal ini: Teologi Reformed dan Injili.

George Whitefield adalah orang yang secara doktrin Reformed dan secara semangat Injili. Dia seumur hidup berkhotbah sampai terakhir berkhotbah dihadapan 80.000 orang tanpa loud speaker dengan berteriak dan api penginjilan. Dia hidup lebih muda dari John Wesley, tetapi Whitefield memiliki doktrin Reformed. Whitefield menulis surat kepada John Wesley agar John Wesley lebih mengerti lagi tentang doktrin Predestinasi, namun ditolak John Wesley. Zaman sekarang ini, kita tidak peduli dengan Firman Tuhan, salah sedikit tidak apa-apa bahkan menyeleweng tidak apa-apa, yang penting persembahan banyak dan orang datang banyak. Kamu telah menjual kualitas dan menjual hak sebagai anak sulung. Sukses tidaknya jangan dilihat dari luar, tetapi bagaimana mengerti Firman dengan tuntas dan setia sampai mati untuk menjaga kebenaran Tuhan. Jangan lepaskan itu.

Gereja di dalam masa saya berada, saya berjaga dalam pengajaran. Mungkin 10 tahun lagi saya sudah tidak ada di dunia ini. Namun jangan sampai gereja menjadi salah pengajaran. Tiongkok memiliki banyak raksasa iman. John Sung tidak mendirikan gereja. Andrew Geeh mendirikan Kalam Kudus. Chao Che Kuang mendirikan Gereja Santapan Rohani. Watchmanee sebelum dia mati mendirikan gereja sudah memiliki cabang 1700. Kalau saya mati tahun ini, GRII punya 40 lebih cabang. Gereja Andrew Geeh sekarang sebagian sudah menjadi Kharismatik. Begitu juga Gereja Santapan Rohani di Taipei hampir 80% menjadi Kharismatik. Di dalam satu generasi saja, imannya sudah menjadi rusak, sudah tidak setia pada Alkitab. Gereja Watchmanee pada generasi kedua sudah tidak memelihara doktrin yang benar. Penerus Watchmanee tahun 1968-1969 mengajarkan bahwa Yesus dicipta oleh Allah Bapa. Pernyataan dia menghebohkan. Di Hongkong langsung pecah menjadi dua kubu yang bertarung, berperang sampai polisi masuk mengambil alih gereja. Pada tahun 1970, waktu itu saya berumur 29 tahun, saya mengadakan kebangunan rohani di Hongkong, selama 27 hari, saya mengadakan 65 kali khotbah, saat itu pemimpin besar Watchmanee datang ke kebaktian, waktu dia datang gedung sampai penuh sesak, dia naik di balkon paling tinggi mendengar khotbah saya. Hari itu dia mengambil keputusan untuk tidak lagi bersatu lagi dengan gereja yang mengajarkan Yesus dicipta Allah. Kita mesti memelihara kesetiaan dan kemurnian Firman, sehingga gereja boleh berada di dunia ini. Kalau di dunia ini ada orang betul-betul memelihara firman dengan setia maka Tuhan belum menghancurkan dunia ini. Seperti Tuhan berkata kepada Abraham jikalau ada 50 orang benar, maka Tuhan tidak akan membasmi Sodom Gomora. Akhirnya terjadi tawar menawar, kalau pun ada 10 orang setia maka Tuhan tidak akan membasmi Sodom Gomora. Kita berdoa untuk kesejahteraan dunia ini. Yesus pada waktu di kayu Salib, hanya ada satu muridnya yang memahami betapa dalamnya Kasih Allah akan dunia ini sehingga mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, dialah Yohanes yang menulisnya dalam Injil. Setelah tahun 1905, iman Rasuli / apostolic faith disalahartikan menjadi mujizat kesembuhan, berbahasa lidah, mengusir setan, sehingga seluruh gereja Pantekosta tidak lagi membacakan Pengakuan Iman Rasuli lagi, doktin dianggap tidak penting, doktrin itu mati / mematikan. Mereka menuntut Roh Kudus diartikan menuntut Karunia Lidah. Kristus sebagai pusat diganti dengan Roh Kudus sebagai pusat. Yang penting bagaimana Roh Kudus berkata-kata secara pribadi kepada seseorang itu yang penting, menggali Kitab Suci tidak penting. Kristus sebagai pusat digeser, firman Tuhan digeser dengan pengalaman subyektif, emosi dan pengalaman rohani. Doktrin yang obyektif diganti dengan pengalaman yang subyektif. Kitab Suci diganti dengan Tuhan berbicara dalam pribadi. Yeremia Rim pernah mengatakan bahwa S.Th. itu Sekolah Tanpa Hasil, D.Th. itu Doktor Tanpa Hasil, dia merasa dia lebih berhasil. Saya tetap mencintai orang Kharismatik, karena Reformed bukan satu denominasi, Reformed adalah suatu semangat, Reformed adalah suatu undangan yang mulia bagi seluruh dunia, bagi seluruh gereja dengan segenap hati. Martin Luther dan Calvin bukan mau mendirikan gereja, mereka tidak membuat doktrin baru, mereka hanya menjelaskan apa mereka percaya sesuai iman Rasuli yang diturunkan pada zaman Yesus Kristus dan Rasul sehingga mereka mengharap seluruh gereja kembali kepada Alkitab.

Di Menado saya mengunjungi rumah seseorang yang rumahnya ada banyak pigora yang digambar sendiri pakai tangan. Di sana ada banyak gambar yang kemudian dia berkata bahwa ini semua adalah wahyu Tuhan kepada saya. Dia berkata sering mimpi lalu saya gambar. Ini semua untuk mengingat wahyu Tuhan kepada dia. Lalu dia bertanya bagaimana pendapat Stephen Tong? Saya berkata dirobek saja semuanya. Lho mengapa, bukankah itu berharga sekali. Kalau Tuhan berbicara kepadamu, maka kamu seperti Yohanes, Matius, Markus, Petrus dan penulis-penulis Alkitab lainnya, jadikan halaman baru minta LAI mencetak wahyu yang kamu terima. Itu bukan wahyu baru, sebab Tuhan tidak mewahyukan lagi. Lalu dia begitu sedih sekali karena begitu banyak. Saya berkata kepada dia, pelan-pelan anakmu tidak akan percaya kepada Alkitab tetapi kepada berhala ini. 50 tahun kemudian cucumu akan mengeramatkan berhala-berhala ini. Manusia sulit membuang hal-hal yang bernilai demikian. Tetapi bagi Augustinus berbeda, waktu tua dia berkata “kalau ada pengajaran saya yang tidak cocok dengan Alkitab, silakan kembali ke Alkitab. Ini harus dipegang oleh hamba-hamba Tuhan untuk kembali kepada Firman.”

Ada berbagai macam gereja, ada Pantekosta, Methodist, Anglican, kenapa harus ngotot Reformed yang paling benar, semua denominasi lain salah? Ini sama sekali salah pengertian! Reformed kembali ke seluruh Kitab Suci, Kitab Suci seluruhnya benar, maka seluruh denominasi harus kembali kepada Kitab Suci, itulah Reformed. Reformed jangan dianggap denominasi, Reformed milik setiap denominasi untuk kembali kepada Kitab Suci. Sistem Teologi ada berapa banyak? Pertama, sistem tradisi Katolik, seluruhnya menyeluruh dan integratif, dalam sistem tradisi Katolik yang dianggap sudah sempurna dan sudah cukup, tetapi jangan disamakan sistem tradisi dengan Kitab Suci. Kitab Suci harus mempunyai hak untuk menghakimi untuk semua sistem. Sistem Katolik memiliki ciri khas, tradisi konsili akan dilestarikan sampai akhir zaman, yang menganggap satu-satunya gereja yang kudus dan am, dan semua ajaran doktrinal yang keluar dari keputusan Paus tak mungkin salah sehingga otoritas Paus menyamakan diri dengan otoritas Alkitab, ini kesalahan yang fatal. Sampai konsili Vatikan II tidak ada perubahan dalam, ajaran Mariologi sebagai co-redemeer. Ini kita tidak bisa menerima. Adanya jasa dari orang kudus / suci yang bisa dibagi-bagikan kepada orang-orang yang memohon, ini kita tidak bisa menerimanya. Sistem Katolik masih menyembah kepada Maria, berdoa melalui Maria kepada Yesus, kemudian melalui Yesus kepada Tuhan Allah. Sistem Katolik masih melakukan pengakuan dosa dihadapan pastor, ini adalah berlawanan dengan Kitab Suci.

Kedua, sistem Lutheran, berawal dari Martin Luther, tetapi sayangnya orang-orang Lutheran kurang rendah hati menerima paham Reformed. Calvin menganggap Luther adalah guru dan bapaknya. Luther dalam keadaan marah kadangkala berbicara kasar, sehingga ada seorang murid Luther yang mencatat apa yang semua dibicarakan Luther (karena dulu tidak ada tape recorder), yaitu dalam The Table Talk Martin Luther. Calvin berbeda. Calvin mengamati tulisan Luther lalu terjadi beberapa koreksi sehingga menjadi beberapa tahun kemudian menjadi Institutes of the Christian Religion dan ini menjadi sistem ketiga, yaitu Sistem Reformed. Seorang Filsuf mencatat sejarah filsafat, ideologi dan isme sepanjang sejarah dan bukunya bernama Story of Philisophy pernah menjadi best seller di Amerika Serikat, mengatakan buku Institutes of the Christian Religion adalah satu diantara 10 buku penting yang mengubah seluruh dunia.

Sistem keempat, sistem Radical Reformation. Pada zaman reformasi mereka tidak seberani Luther dan tidak berpikir mendalam seperti Calvin tetapi mempengaruhi di arus bawah, mereka selain ingin merobohkan sistem Katolik, mereka menanamkan pengalaman pribadi. Mereka mendirikan sistem teologi yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu penting tetapi mempengaruhi arus bawah, akhirnya menjadi bibit dari Pantekosta. Sistem kelima, sistem Anglican. Sistem ini berada di Inggris, di mana tradisi Inggris adalah perpanjangan Katolik. Katolik ingin kalau ingin menguasai seluruh dunia, menguasai pemerintahan di atas yang paling berkuasa di seluruh dunia, maka seluruh dunia harus berada di bawah wibawa kerajaan Kristus, dan kerajaan Kristus hanya diwakili Katolik Roma. Maka Paus harus menguasai semua raja dan semua raja harus menabiskan kerajaan di seluruh dunia. Tetapi saat itu sudah ada Islam, Budhisme, Shintoisme yang tentu tidak mau dikuasai kekristenan, tetapi karena perkembangan kolonialisme, maka kerajaan India harus takluk pada kekuatan kerajaan Inggris tetapi Inggris tidak bisa menguasai Tiongkok dan Thailand. Sampai abad 18, kerajaan Tiongkok minta supaya kedutaan seluruh dunia yang datang ketemu kaisar harus berlutut dengan kepala kena tanah sampai berbunyi 3 kali, sampai 9 kali baru bisa berdiri di hadapan Kaisar. Seorang duta besar Inggris menulis bahwa negara Inggris setinggi kerajaan Tiongkok, sama-sama harus saling menghormati, maka mulai hari ini kami tidak mau tunduk kepada kerajaan Tiongkok. Vatican maunya semua kerajaan berada di bawah dia dan ditahbiskan dia. Tetapi negara Kristen pertama yang berani memberontak Vatican dan tidak mau kembali ke Vatican sampai sekarang adalah Inggris. Ini karena kekuasaan Vatican makin lama makin kecil dan Inggris makin lama makin besar. Raja Inggris, Henry VIII mempunyai 6 istri. Suatu kali dia ingin menceraikan istrinya dan minta izin Paus dan dia marah. Maka sejak itu gereja Inggris tidak perlu patuh kepada Paus. Sehingga sistem Anglican dimulai dari reformasi yang tidak masuk akal karena pertikaian pribadi bukan karena doktrin. Saya bersykur kepada Tuhan, kalau Lady Diana tidak jadi menikah dengan Dody Al Fayed. Kalau jadi menikah, maka anak Diana akan mempunyai ayah tiri yang Islam, maka itu akan memalukan kekristenan yang luar biasa. Ini adalah investasi setan dari tidak sucinya pemimpin.

Sistem Anglican mempunyai motivasi tidak mulia, tetapi orang Anglican yang sungguh-sungguh mengerti teologi bukan tidak ada. Mereka suatu kali mengadakan suatu pertemuan, akhirnya terbentuklah Westiminster Confession, yang sebenarnya dengan sendirinya adalah Teologi Reformed. Orang Reformed di Anglican disebut Puritan. Ada orang Reformed di Perancis, di Belanda. Reformed telah menjelajah di seluruh tempat, Reformed mempunyai ajaran universal. Teologi Reformed bukan dimonopoli oleh GRII, tetapi Reformed bisa di gereja GKA, bisa di Anglican, bisa di Baptis, karena Reformed adalah universal faith. Saya bukan hanya untuk GRII, bukan hanya untuk Indonesia, maka saya ke Singapore, Kuala Lumpur, Amerika, pergi ke Philipina, pergi ke Taiwan dan Reformed diterima di seluruh dunia.

Sistem berikutnya adalah sistem bretheren, yang tidak berbeda dengan radical reformation dan sistem yang tidak berteologi dan kacau balau adalah sistem Kharismatik. Sekarang ini, yang paling lemah dan paling banyak hasilnya adalah sistem Kharismatik. Tetapi suatu saat kalau itu hancur langsung habis total, sedangkan Teologi Reformed yang meskipun secara kuantitas tidak banyak namun Teologi Reformed yang kokoh tidak mungkin dihancurkan karena memiliki dasar yang terlalu kuat. Orang yang cepat mau sukses dan mau cepat berkembang seperti Rick Warrent memiliki teologi yang lemah. Sedangkan orang Reformed yang ketika baca bukunya, bukunya tidak ada apa-apanya. Tetapi orang lain menganggap dia luar biasa dan dianggap sebagai idola. Rick Warrent terakhir berdebat dengan seorang Atheis, yang dimuat di Newsweek. Waktu saya baca perdebatan Rick Warrent dengan seorang Atheis di Newsweek, saya menggelengkan kepala. Dalam penutupnya, Rick Warrent mengatakan suatu kalimat, kalau anda percaya Allah dan berbuat baik, beriman kepada Dia, kalau mati baru sadar Allah tidak ada, tidak rugi. Kalau anda percaya kepada Allah, berbuat baik dan ketika bertemu Dia, nyata Dia ada, bukankah akan senang. Ini adalah cara apologetika yang sangat rendah. Cara ini pernah diusulkan oleh Blaised Pascal. Ini cara apologetika yang sudah saya buang karena apologetika ini sampah. Orang Tionghwa mengatakan itu relativ, kalau percaya ada maka jadi ada, kalau percaya tidak ada jadinya tidak ada.

Orang Atheis mau berdosa secara bebas tetapi tidak mau ada Allah yang menghakimi. Tuhan Allah tidak akan menjadi tidak ada hanya karena engkau percaya tidak ada. Tuhan Allah tidak akan menjadi ada hanya karena engkau percaya ada. Keberadaan Allah bukan akibat diskusi dan perdebatan tentang Dia ada atau tidak ada. Keberadaan Allah ada sebab (cause) yang mendorong kita berdiskusi Dia ada atau tidak. Seperti Abraham mendengar janji Allah yang tidak masuk akal, maka Sara mentertawakan dalam hati. Rasio selalu menertawakan Wahyu Allah. Secara legal dia berbuat dalam hati, itulah kelemahan hukum tetapi Tuhan Allah melihat hati.

Di dalam Alkitab, doktrin yang benar tidak berdoa ngotot seperti para nabi palsu pada saat berhadapan dengan Elia. Justru yang doanya ngotot adalah seperti para nabi palsu. Kalau diilustrasikan zaman sekarang, Elia waktu itu satu-satunya Reformed, tidak ada dukungan politik, musuhnya semuanya Kharismatik. Dalam 1Raja-raja 18:36, Elia berkata: “Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah…” Ini adalah Covenant, ini adalah Teologi Reformed, Elia tetap menjadi hambanya karena janji, Elia berani karena Allah yang berjanji secara sungguh-sungguh untuk menyatakan kepada bangsa Israel karena Dia adalah Allah. Kedua, “pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini.” Menyatakan kepada bangsa Israel bahwa Elia adalah hamba Tuhan. Dari sistem teologi yang banyak tersebut akhirnya akan melemahkan gereja, hanya sistem Reformed adalah satu-satunya yang paling kuat karena berakar pada Firman Tuhan dengan sesungguh-sungguhnya.

Seminar Teologi Reformed Sinode Gereja Kristen Abdiel (GKA) Di GKA Gloria Surabaya (Tanggal 2 – 4 Agustus 2007)

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.reocities.com/thisisreformedfaith/artikel/seminarreformedgka02.pdf