Nats : Efesus 2:3-7

  • ayat 3; Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
  • ayat 4; Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,
  • ayat 5; telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita–oleh kasih karunia kamu diselamatkan-
  • ayat 6; dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga
  • ayat 7; supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.

Jika kita memandang dari pandangan Tuhan, haruslah kita tahu, siapakah diri kita. Kita adalah orang yang mengikuti arus dunia ini, mengikuti kebiasaan orang-orang yang belum bertobat, sehingga dari hidup kita, kita tidak memancarkan sifat dan peta teladan Tuhan. Jika kita menyandang nama Kristen, tetapi kita tidak betul-betul mengutamakan Tuhan, kita akan melalui hidup yang sama dengan orang dunia: kita mengikuti segala adat dan tata cara hidup orang duniawi, bahkan kita mengira diri kita bebas. Padahal Alkitab mengatakan, kita bukan bebas, melainkan dikuasai oleh roh jahat di angkasa, dan sekarang menguasai anak-anak durhaka. Karena di balik kebebasan mereka terdapat dia yang menyetir. Manusia tidak mungkin bebas lagi. Manusia memakai kebebasan dirinya untuk melakukan segala sesuatu menurut kemauan dirinya sendiri, itu adalah fenomena yang palsu. Karena pada waktu kau memakai kebebasanmu untuk berbuat jahat, kebebasan itu sendiri sudah dicemari oleh iblis, sudah tidak netral lagi. Karena kebebasan yang netral hanya ada sebelum Adam berbuat dosa.

Menurut Agustinus, sebelum Adam berbuat dosa, dia hanya mempunyai dua kemungkinan: dia mungkin berdosa, dia mungkin juga tidak berdosa. Pada waktu Tuhan memberikan netralitas kebebasan kepadanya, maka dia mempunyai kemungkinan pose non pigare dan kemungkinan pose pigare. Disini dimaksudkan bahwa dia masih dalam keadaan netral. Tetapi orang yang netral selalu kehilangan kenetralannya, pada waktu dia mulai menerima pengaruh dari dia yang sudah memihak pada suatu kutub. Sebab itu, pada waktu setan datang dan berkata kepada Adam dan Hawa, mereka memakai kebebasannya di bawah pengaruh atau gangguan iblis, mereka menggunakan kebebasan, setelah mereka menerima sodoran atau tawaran setan.

Allah adalah Allah yang adil, Dia berkata, Aku memberikan buah-buah dari semua pohon yang ada untuk kau makan, hanya buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat, janganlah kau memakannya. Perintah ini diberikan bukan untuk mengganggu kebebasan manusia, melainkan untuk memberikan jaminan, supaya manusia terus menerus berada di dalam kebajikan. Firman dan kebebasan diberikan kepada manusia, tapi setan meniru cara Tuhan Allah, untuk berkata-kata kepada manusia sehingga manusia mempunyai dua pilihan. Bedanya, apa yang Tuhan beritakan adalah sesuatu yang berdasarkan kejujuran, tapi apa yang dikatakan oleh iblis tidak didasarkan atas kejujuran. Di dalam kitab Yeremia dituliskan, Tuhanmu tidak pernah mempunyai suatu niat yang jahat. Dia hanya mempunyai niat yang baik terhadapmu. Dia memberikan nasehat dan firman kepadamu. Sebab itu, ketika tawaran iblis mulai mengganggu Adam, sepertinya Adam masih bisa menggunakan kebebasannya untuk berbuat jahat atau baik, taat kepada Tuhan atau iblis, taat kepada Tuhan dan firman-Nya atau taat kepada diri dan keinginannya. Sayang, pengaruh ketidak-jujuran dari perkataan iblis sudah membuatnya tidak mungkin netral lagi. Maka sejak hari Adam mengikuti iblis, melakukan pemberontakan terhadap Tuhan sampai sekarang, kebebasan manusia sudah tidak netral lagi: tidak ada kebebasan yang netral, tidak ada kebebasan yang sesungguhnya.

Kecuali Kristus memberikan kemerdekaan yang sejati, tidak pernah ada kebebasan yang sejati. Itulah sebabnya, di Yoh. 8:36 Yesus Kristus berkata, jikalau Anak Manusia memerdekakan kamu, haruslah kau sungguh-sungguh dimerdekakan. Iblis tidak pernah gagal memberikan penawaran yang hanya menguntungkan dirimu dan merugikan dirinya, tapi iblis selalu menang. Dia selalu menginjak-injak kebebasan dan harkat manusia, yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Kecuali manusia menaklukan diri ke bawah pimpinan Tuhan, taat kepada Roh Kudus, kalau tidak, janganlah manusia mengira dirinya cukup pandai, cukup bisa menjaga diri, cukup berkemampuan mempertahankan apa yang kita miliki. Karena itu adalah mimpi dan penipuan diri.

Jika kita tidak berdoa demi nama Yesus Kristus, tidak mungkin kita mengalahkan setan dan doa kita tidak mungkin sampai kepada Allah. Allah menginginkan kita berdoa kepada-Nya, tetapi ada pencegah yang tidak disusun oleh Tuhan Allah, yaitu kuasa setan yang merintangi doa, menghambat doa. Tidak ada satu doa manusia yang didasarkan atas kuasa atau jasa agamanya bisa sampai kepada Tuhan. Di antara Allah dan manusia hanya terdapat satu-satunya Pengantara, yaitu Yesus Kristus, yang adalah Allah menjadi manusia, yang mati dan bangkit, yang sudah diberi nama di atas segala nama, nama yang melampaui semua pemerintah, semua penguasa, baik yang di bumi maupun yang di angkasa. Kalau kita sudah jelas akan hal ini, maka kita tahu bahwa roh yang bekerja di dalam hati orang-orang yang murtad, yang melawan Tuhan, yang berbuat dosa, bukanlah roh yang tertinggi, orang Kristen berani melawannya karena orang Kristen mempunyai Roh yang lebih tinggi dari pada roh jahat yang berada di angkasa. Sebab itu Ef. 2 paling sedikit memberikan empat nama bagi orang yang belum diselamatkan:

  1. Anak durhaka, anak yang melawan dan memberontak, yang tidak taat akan pimpinan Tuhan.
  2. Orang yang melampiaskan nafsu. Anak-anak nafsu berahi. Mereka mengikuti kemauan nafsunya sendiri.
  3. Orang yang berbuat sesuka hati, menurut kebebasan kemauannya sendiri.
  4. Anak-anak yang patut mendapat murka Tuhan.

Itulah keadaan kita sebelum diselamatkan.

Kapankah kau menjadi baik, sehingga kau bisa datang kepada Tuhan? Alkitab berkata, saat kita berada di dalam pelanggaran, saat kita masih cemar, saat kita berdosa, saat itulah Tuhan menyelamatkan kita. Bukan berdasarkan kemauan kita. Di I Yoh 4. Kalau kita bisa mencintai Tuhan, adalah karena Tuhan lebih dahulu mencintai kita.

Orang yang belum merasa dirinya berada di dalam belenggu dosa, bagaimana dia bisa menggunakan kebebasannya untuk keluar? Orang yang belum bertobat, dirinya berada di dalam murka Allah, bagaimana dia merasa perlu untuk minta berdamai dengan Allah? Orang yang belum sadar dirinya sedang melawan kehendak Allah, bagaimana dia bisa merasa perlu bertobat, meninggalkan segala kejahatan? Tidak mungkin!

Di sini kita melihat penggembalaan memang penting, tetapi penginjilan yang betul-betul menyatakan kuasa dan bijaksana Allah adalah lebih penting. Karena hal itu akan menggugah manusia untuk bangun, sadar dirinya berada dalam malapetaka, barulah dia bertanya, bolehkah saya terus menerus seperti ini? Tidak, saya tidak mau mati, saya mau hidup. Saat itu, barulah dia berkata, saya mau mengunakan kebebasan untuk memilih Tuhan Yesus.

Itu sebabnya, kalimat yang dipakai di sini begitu keras, kamu mati di dalam dosa. Tapi selanjutnya dikatakan, pada saat kamu mati di dalam dosa, Dia menghidupkan kamu kembali. Maksudnya di dalam hal kita diselamatkan atau diperanakan pula, kita sama sekali pasif adanya. Sampai kuasa Allah yang memperanakan kita itu beredar di dalam diri kita, kita dihidupkan, dibangkitkan kembali, barulah kita boleh mengatakan, Tuhan, saya bertobat, saya mau menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.

Tatkala Roh Kudus bekerja di dalam diri seseorang, dia akan mengerti standar Tuhan, menyadari kebobrokan dirinya, dan menyesali dosa-dosanya. Pertobatan adalah buah yang dihasilkan oleh pekerjaan Tuhan. Pertobatan adalah suatu pernyataan dirinya telah memiliki hidup baru. Tanpa mempunyai hidup baru, seseorang tidak mungkin mempunyai standar untuk menyesali kehidupannya yang lama. Kalau kau memiliki hidup baru artinya kau menyadari hidupmu begitu jauh dari kehendak Tuhan, hidupmu terlalu melarat, maka kau menangisinya. Orang yang lahir baru dari Roh Kudus, salah satu buahnya adalah mulai menyesali, menyadari dirinya adalah manusia ciptaan Tuhan, hanya saja sudah begitu jauh dari Tuhan. Maka dia minta pengampunan dari Tuhan dengan rendah hati, bahkan ketakutan dirinya tidak diterima oleh Tuhan. Orang yang ketakutan tidak diterima Tuhan, adalah orang yang sudah diterima oleh Tuhan. Orang yang ketakutan hidupnya dibuang oleh Tuhan, adalah orang yang sudah menerima hidup baru dari Tuhan. Ini paradoks. Justru orang yang tidak takut jatuh, gampang jatuh. Orang yang merasa dirinya cukup baik, justru jauh dari Tuhan. Orang yang merasa dirinya jauh dari Tuhan, sedang didekati oleh Tuhan. Ini adalah pengalaman rohani.

Ketika kita mati di dalam dosa, Tuhan menghidupkan kita kembali. Kalimat ini ditulis dua kali: menghidupkan kita bersama Kristus dan membangkitkan kita di dalam Kristus. Calvin mengatakan, only through Jesus Christ we can be resurrected, inilah satu-satunya jalur, wadah di mana kita memperoleh hidup. Karena Kristuslah satu-satunya yang mati dan bangkit pula, kuasa untuk mengalahkan kematian dan kunci untuk kebangkitan hanya ada pada Kristus. Di PL (Perjanjian Lama) terjadi beberapa kali orang mati dibangkitkan, tetapi kebangkitan-kebangkitan itu berkaitan dengan kebangkitan Yesus Kristus. Di PB juga terjadi kebangkitan-kebangkitan: Paulus membangkitkan Dorkas dan lain-lain, tapi untuk mengalahkan kematian, yaitu musuh kita yang terakhir, kita hanya bisa bersandar pada kebangkitan Kristus yang adalah buah sulung dari semua orang yang dibangkitkan. Semua orang yang dibangkitkan akan mati lagi, tetapi Kristus bangkit dan tidak mati lagi. Itulah sebabnya kita diberi kebangkitan rohani. Jiwa kita mati di dalam dosa, kita dibangkitkan bersama Kristus artinya kita dipulihkan dalam status hidup, di mana kita bangkit beserta Kristus.

Mengapa sudah mendapatkan hidup bersama dengan Kristus, masih perlu dibangkitkan lagi? Bukankah seolah-olah terdapat dua tahap? Status kita adalah status yang baru, yang hidup, lalu kita dibangkitkan pula beserta Kristus, artinya kita yang sudah memperoleh hidup baru boleh mengalami kuasa kebangkitan Kristus. Setelah kita dihidupkan kembali, artinya kita sudah memperoleh hidup baru, sudah diperanakkan pula, tapi itu masih tidak cukup. Kita perlu dipimpin untuk mengalami kuasa kebangkitan Kristus, sehingga kita mempunyai pengalaman bangkit bersama dengan Kristus. Dengan demikian, maka kuasa kebangkitan bekerja di dalam diri kita. Setiap kali kita berusaha, berperang untuk melawan dosa, dan kita bisa menang karena kita bersandar pada Tuhan, di saat seperti itulah kita mengalami kuasa kebangkitan. Setiap kali kita berjuang untuk melawan nafsu yang berada di dalam diri kita, dan kita menang, itulah saatnya kita sekali lagi mengalami kuasa kebangkitan Kristus. Kita dibangkitkan, mendapatkan hidup yang baru, mengalahkan kuasa kematian.

Kalimat terakhir di bagian ini mengatakan, kita diberi tempat di sorga. Terjemahan bahasa Indonesia kurang bagus, terjemahan yang lain adalah: and now, we are sitting in heaven together with Jesus Christ; sekarang kita duduk di sorga bersama Kristus (present tense). Ini menandakan kita berlainan dengan orang dunia. Di dalam keadaan yang sama, orang Kristen berbeda dengan orang yang bukan Kristen. Saat mengalami goncangan yang sama, orang Kristen dan orang non-Kristen itu berbeda. Saat mengalami ujian yang berat, orang Kristen dan orang non-Kristen lain adanya. Mengapa? Kita harus selalu ingat, kita mempunyai kedudukan di sorga, dan sekarang ini kita duduk bersama dengan Tuhan di sorga.

Di sini terdapat kalimat yang mengatakan, hal ini akan dinyatakan pada zaman-zaman yang akan datang. Apakah artinya? Suatu jaminan, apa yang kita peroleh di dalam kehidupan rohani kita sekarang ini akan terus menjadi saksi sampai akhir zaman. Even in the day of glorification; pada saat kita dipermuliakan, semua ini akan dinyatakan benar. Bukan hanya itu, zaman-zaman yang akan datang menyaksikan kita mempunyai hidup yang menang.

(Ringkasan kotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkotbah, W.H.)

Pengkhotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

 

Sumber : https://www.mriila.org/pustaka/eksposisi-efesus/firman-dan-kebebasan/