Surat Galatia :

5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,

5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Ketika Roh Kudus bekerja dalam diri seseorang dan mengubah sifatnya, maka hal yang pertama dipancarkan adalah sifat Ilahi itu sendiri. Tidak mungkin seseorang yang sudah dipenuhi Roh Kudus tidak memiliki Kasih. Jangan percaya kepada orang yang mengaku diri dipenuhi Roh Kudus, tetapi selalu berselisih dengan orang lain. Seseorang yang ramah dan baik hanya di dalam gereja, belum memastikan bahwa kerohaniannya baik. Bagaimanakah orang yang dipenuhi Roh Kudus hidup dan menanggapi orang-orang yang lebih muda, hina dan lebih miskin dari dirinya? Adakah Kasih, jika kita menghadapi orang yang lebih kaya dan sikap rendah hati dan ramah dalam menghadapi orang yang lebih rendah dan miskin? Kasih tidak memandang lapisan masyarakat dan tidak memandang untung rugi dalam berelasi dengan orang lain, sebab Kasih adalah sifat Ilahi.

  1. Kasih, Istilah Kasih merupakan kata yang paling penting dan mendasar. Sifat Ilahi akan memancar dari seseorang yang taat kepada Roh Kudus. Allah itu kasih adanya. Allah mengasihi mereka yang tidak patut dikasihi. Yesus berfirman, “Jikalau engkau hanya mencintai mereka yang cinta kepadamu, apa bedanya engkau dengan anak-anak kafir?” (Lukas 6:32-36). Allah yang mewahyukan Alkitab adalah Kasih. Jika ada agama yang mengajarkan agar kita berbuat baik kepada mereka yang baik serta kepada mereka yang kurang baik, maka agama itu cukup agung. Tetapi Yesus Kristus mengatakan, “Cintailah musuhmu.”  Ketika seorang percaya tidak lagi membenci dan membalas musuhnya yang melanggar hak azasinya, serta bisa mengasihi musuhnya, maka itu merupakan kekuatan yang asalnya dari Roh Kudus. Buah Roh Kudus yang pertama dinyatakan melalui Kasih. Kasih yang bukan hanya teori dan perkataan belaka, tetapi nyata dalam tindakan. Obyek Kasih tidak terbatas kepada yang patut dikasihi saja, tetapi juga kepada yang tidak layak dikasihi. Kita sebenarnya menghargai mereka yang selalu mempunyai Cinta Kasih yang keluar dari hati mereka tanpa memandang bulu. Janganlah hanya mencintai orang yang kaya. Jika ada Cinta Kasih dalam hati kita, hendaklah itu bukan menjadi satu modal untuk mencari keuntungan.
  2. Sukacita, Sukacita berbeda dengan bersenang-senang. Alkitab sering memakai istilah sukacita, tetapi bukan bersenang-senang. Senang-senang hanya kesenangan yang menempel dari luar, tetapi suka cita berasal dari hati yang memancar keluar. Senang-senang bisa dibeli dengan uang atau kegiatan jasmaniah, tetapi sukacita adalah gerakan Roh Kudus kepada roh kita. Ketika kita taat kepada Roh Kudus, kita menikmati satu sifat Roh Kudus yang alamiah. Pada waktu rohani kita dilatih oleh Roh, kita mendapatkan latihan secara alamiah. Hidup yang diisi dengan bersenang-senang saja, tidak akan pernah memberikan sukacita yang sejati. Waktu kita memiliki sukacita, segala jerih payah terlupakan. Seorang ibu yang baru melahirkan anaknya, melupakan segala kesusahan yang pernah dideritanya selama sembilan bulan mengandung. Pada waktu hidup kita dikoreksi dan diperbaharui oleh Tuhan, kita merasa tidak enak dan tidak bebas. Tetapi disiplin Tuhan mengakibatkan kita mengalami sukacita yang sungguh-sungguh. Yang penting adalah ketaatan.
  3. Damai Sejahtera, Kita sudah dimeteraikan Roh Kudus menjadi anak-anak Allah. Itu sebabnya kita tidak perlu lagi merasa gelisah pada waktu menghadapi kesulitan. Damai sejahtera yang stabil tidak akan terpengaruh oleh kekuatiran. Terlalu mudah terkejut, gelisah, kuatir, cemas, takut dan merasa tidak ada jalan lain, menyatakan tidak adanya damai sejahtera dalam hati Anda. Ini merupakan tanda bahaya untuk manusia yang hidup dalam zaman modern. Hidup zaman ini adalah hidup yang makin lama makin tegang. Ada orang yang perlu suasana tenang untuk dapat berdoa. Kalau demikian, orang tidak bisa berdoa di tengah suasana perang. Seharusnya kita mampu berdoa, bukan hanya karena ketenangan di luar, tetapi ketenangan di dalam. Ada satu lukisan yang menggambarkan ketenangan Yesus Kristus khususnya pada waktu menghadapi pengadilan Pilatus. Pilatus dilukiskan sedang mendengarkan semua saksi yang menuduh Yesus Kristus. Mukanya miring, air mukanya dingin sekali. Ada kelompok orang yang memfitnah dan ada kelompok yang membela. Yang membela tampak tidak berdaya melihat gaya para saksi yang menuding Yesus. Yesus Kristus di tengah tetap sopan, suci dan anggun. Jubah yang dikenakan-Nya sampai ke lantai, mata-Nya menatap ke depan. Ia tidak terganggu oleh fitnahan, umpatan, ejekan dan ancaman kuasa Pilatus. Ia berdiri dengan tenang, menunjukkan bahwa kedamaian-Nya tidak dapat diambil oleh siapa pun. Itulah damai sejahtera yang sungguh-sungguh. Damai sejahtera ini bukan berarti hanya suka damai dengan siapa pun. Itu namanya bukan damai tetapi kompromi. Damai sejahtera yang sesungguhnya tidak dipengaruhi oleh ancaman dan kesulitan apa pun dari luar. Karena Kasih, maka kita tidak memiliki musuh. Yang paling melawan kita pun dapat kita kasihi. Orang demikian akan bebas dari segala belenggu emosi dan tidak mungkin menjadi gila, karena kasih, sukacita dan damai sejahtera yang ada di dalam hatinya.
  4. Kesabaran, Tidak mudah bagi orang yang suka serba cepat untuk bersabar. Cara orang Tionghoa menuliskan kata “sabar” adalah dengan lambang “pisau di atas jantung.”  Kesabaran berarti kemauan yang harus takluk kepada proses waktu. Waktu itu pelan, kemauan itu cepat. Manusia itu makhluk yang paradox. Pikiran manusia berkonflik karena mermpunyai daya pikir yang cepat sekali tetapi waktu tidak selalu berjalan secepat pikiran kita. Jika Anda sedang terburu-buru dalam perjalanan dan melihat lampu lalu lintas berwarna merah, Anda pasti jengkel. Hati Anda sudah berada di tempat tujuan, tetapi tubuh Anda masih di tengah perjalanan. Kesabaran menjadi konflik yang menjadikan kecepatan pikiran dengan proses waktu sepadan. Kesabaran di sini memiliki arti yang lebih dalam lagi, yaitu ketekunan yang melihat dengan pengharapan, sehingga bisa menerima sesuatu pada saat yang sulit. Orang yang tidak mempunyai pengharapan akan melawan atau menyerah pada keadaan. Tetapi orang yang mempunyai pengharapan menanti kehendak Tuhan digenapi. Itulah kesabaran. Dalam Alkitab, kesabaran selalu dikaitkan dengan penderitaan. “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus, yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Roma 5:5). Dalam penderitaan pun, Roh Kudus mencurahkan Cinta Kasih dari Tuhan Allah ke dalam hati manusia. Kesabaran mendatangkan pengharapan yang menghasilkan ketekunan, sebab kesabaran mengkaitkan diri dengan pengharapan yang kekal.
  5. Kemurahan, Kemurahan bukan berarti jual murah. Anugerah Allah diberikan secara cuma-Cuma tetapi bukan berarti murahan. Waktu kita memikirkan kemurahan, janganlah berpikir tentang sesuatu yang tidak berharga. Kemurahan merupakan sesuatu yang berharga tinggi tetapi rela diberikan kepada orang lain. Kemurahan yang dianggap murah berarti sudah berubah dari konsep aslinya. Di New York ada seorang berkata, “Saya melayani sampai akhirnya pelayanan saya tidak dihargai sama sekali. Saya begitu mencintai rekan dan kolega, tetapi mereka akhirnya menghina saya seperti orang yang tidak berharga. Saya ajak mereka ke gereja, memberikan traktat, mengajak makan, mengirim buku. Namun akhirnya mereka tidak menghargai saya.”  Kemurahan dan jual murah berbeda. Kita perlu mengetahui bahwa Allah penuh dengan kemurahan, tetapi Allah itu tidak murah. Yesus Kristus berkata, “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.” (Matius 7:6). Pada saat kemurahan dan Cinta Kasih Anda diperalat untuk menghina anugerah Tuhan, seharusnya Anda berhenti melakukannya. Anugerah Tuhan dihina orang, mungkin karena orang Kristen mengobral Cinta Kasih Allah. Manusia mempunyai kecenderungan untuk menerima segala sesuatu secara gratis. Seringkali ada orang mempersembahkan uang recehan yang sudah kotor dan lusuh. Pengemis pun belum tentu mau menerima uang seperti itu, tetapi orang Kristen berani memberikannya kepada Tuhan! Mengapa tidak menyediakan uang yang lebih baik untuk dipersembahkan? Kalau memang tidak mampu memberikan persembahan, Tuhan pasti mengerti keadaan kita, tetapi janganlah kita menganggap anugerah Tuhan itu murahan. Buah Roh Kudus menghasilkan kemurahan bagi orang lain, mau mengerti orang lain, mengampuni orang lain dan memberikan anugerah kepada orang lain. Tetapi kemurahan kita jangan sampai dianggap rendah oleh orang lain, sehingga membuat mereka menghina Tuhan. Biarlah di mana pun berada, kita menjadi anak Tuhan yang menyalurkan anugerah dengan anggun dan berharga walaupun ini tidak mudah. Kalau kita menjunjung tinggi orang yang tidak percaya pada Tuhan serta menganggap mereka yang paling penting dengan tujuan agar mereka kembali kepada Tuhan, itu sama sekali tidak mendidik mereka untuk mengerti bahwa anugerah Tuhan penuh dengan harga yang tinggi. Banyak orang yang baru bertobat ingin membawa orang lain kepada Tuhan dan berbuat segala kebaikan. Orang yang demikian harus mengingat bahwa kemurahan diberikan hanya pada saat diperlukan, sehingga orang menghargai kemurahan itu.
  6. Kebaikan, Banyak orang yang berpendapat bahwa orang yang baik adalah orang yang berbuat baik kepada diri kita, sedangkan orang jahat adalah orang yang tidak baik kepada kita. Tetapi banyak orang yang menyetujui prinsip ini akhirnya terjerat pada kebaikan yang tidak bermotivasi baik. Bagaimana menilai suatu kebaikan? Apa patokan kita untuk mengukur kebaikan seseorang? Alkitab mengatakan bahwa kebaikan bukanlah diukur dari segi lahiriah dan bukan diukur dari perlakuan seseorang yang memberikan keuntungan kepada orang lain. Yang baik kepada kita, belum tentu orang baik, yang kurang baik kepada kita belum tentu orang jujur. Hati-hati dengan mereka yang selalu tersenyum. Hati-hati dengan orang yang terlalu baik. Kecuali mereka adalah orang yang telah diperanakkan Roh Kudus dan mempunyai buah Roh Kudus, maka kebaikan yang diberikan kepada kita membawa sesuatu cerita lain di belakangnya. Kebaikan sering digunakan untuk membungkus motivasi didalamnya. Orang Kristen harus bisa membedakannya dengan bijaksana, sehingga tidak gampang dipengaruhi oleh segala sesuatu yang kelihatannya memberi keuntungan kepada kita. Pepatah Perancis yang mengatakan bahwa “orang baik adalah orang egois yang mempunyai pikiran panjang.” Itu bukan buah Roh Kudus. Itu menghasilkan etika munafik. Kebaikan yang sejati adalah kebaikan yang tidak menghiraukan pamrih ataupun balasan. Kebaikan yang sejati mengalir dari motivasi yang suci, yang rela mengorbankan diri sendiri sehingga membangun orang lain. Kebaikan yang sejati adalah kebaikan yang digerakkan oleh Roh Kudus dan menjadi cermin sifat Tuhan sendiri.
  7. Kesetiaan, Kesetiaan bukanlah ketaatan kepada sesuatu yang tidak ada dasarnya. Kesetiaan adalah suatu kesungguhan untuk tetap jujur dan terus menerus bertanggung jawab di hadapan kebenaran, berpegang pada kebenaran. Orang setia seperti ini adalah orang yang sangat tinggi wataknya. Selalu konsisten. Istilah faith, fide, iman, pistis memiliki arti yang sama, yaitu : kesetiaan kepada yang asli, atau kesetiaan kepada yang harus kita patuhi. Kesetiaan dimanifestasikan dengan melaksanakan apa yang sudah dijanjikan.
  8. Kelemahlembutan, Orang Jepang adalah orang yang paling lembut. Seharusnya mereka yang hidupnya paling harmonis. Tetapi banyak orang Jepang yang mati bunuh diri. Orang Jepang yang sakit jiwa juga banyak. Kelembutan hasil kebudayaan tidak dapat disejajarkan dengan buah Roh Kudus. Kalau Roh Kudus memimpin kita kepada sikap yang keras maka sikap keras kita pun tetap merupakan kelembutan. Kelembutan juga dapat dimaksudkan dengan hal lahiriah, tetapi bukan kompromi. Yesus lembut tetapi tidak lemah. Waktu kita berdosa, kita lemah tetapi tidak lembut. Hidup yang lembut berarti hidup yang taat, yang bisa diolah oleh Tuhan. Waktu kita bersedia taat kepada pimpinan Roh Kudus, itu berarti lembut. Lemah berarti tidak mempunyai kekuatan, tapi lembut berarti mempunyai kekuatan untuk menaklukkan diri kepada pimpinan Tuhan. Kelembutan berlawanan dengabn kelemahan. Pohon yang banyak berbuah, mempunyai carang yang turun. Pohon yang berbuah sedikit, mempunyai carang yang naik. Begitu banyak orang kelihatan bagus dan tinggi tetapi belum berbuah. Jika suatu ranting sudah berbuah, dengan sendirinya ranting itu akan menunduk.
  9. Penguasan diri, Satu oknum yang sudah menunggangi oknum lain itu memiliki bahaya yang sama seperti orang yang dirasuk oleh setan. Tetapi Alkitab tidak pernah memakai istilah merasuk, untuk Roh Kudus. Oknum Roh Kudus berada pada manusia dengan istilah pimpinan, gerakan, pencerahan, iluminasi, urapan atau pembersihan. Ketika seseorang dirasuk setan, ia akan kehilangan kejernihan pikiran, emosi stabil dan kemauan yang pasif. Tetapi penguasaan diri berarti Roh Kudus memimpin sehingga kita bisa digerakkan, dicerahkan dan diurapi-Nya. Ini berarti suatu hal yang paling tinggi. Bagaimana mencapai penguasaan diri? Dengan kuasa Roh Kudus, bukan kekuatan diri sendiri. Barangsiapa bisa menguasai diri, dia akan bisa menguasai dunia. Salah satu kekuatan paling besar adalah bisa mengendalikan kuda liar dalam hati kita dan memelihara diri untuk terus melakukan kehendak Tuhan.

Dari buahnya engkau mengenal pohonnya. Buah merupakan pengaliran alamiah dari sifat Ilahi,  Melalui manusia yang diciptakan. Buah Roh merupakan pernyataan teragung dan tertinggi Akan watak dan kebudayaan manusia, Buah Roh merupakan penggenapan keselamatan yang akan mencapai kesempurnaan yang mulia, Berbuah Roh merupakan kemungkinan terbesar Dalam hidup kita selama di dunia.

Amin.

 Sumber :
 
Nama Buku        : Hidup Kristen Yang Berbuah
Penulis               : Pdt. DR. Stephen Tong   
Penerbit            : Lembaga Reformed Injili Indonesia (LRII), 1992
Halaman            : 69 – 76

 

Diambil : https://www.facebook.com/notes/sola-scriptura/buah-roh-kudus-artikel-pdt-dr-stephen-tong/374012832647176