Tema  khotbah  hari  ini:  Yesus, Gembala  yang agung.  Tapi  saya ingin  memulainya  dengan membahas  krisis  hidup  manusia.  Karena  tak ada seorang  manusia  yang  tak  pernah  mengalami krisis  di  dalam  hidupnya.  Bahkan  ada kalanya  harus  menghadapi  krisis  yang  sangat  berat, jauh  lebih  berat  dari kemampuan  dia menanggung, bahkan  tak  mungkin kabur diri  darinya. Itu  sebab, ada  sebagian  orang  yang  karena  tak  sanggup menanggulangi krisis  hidupnya    bunuh  diri,  gila, mengeraskan hati  jadi  orang  jahat atau  mengeluh: “Tuhan,  apa salahku,  hingga  Kau  memberiku kesulitan yang begitu besar dalam hidupku?” Memang,  sifat  orang  berdosa  adalah:  hanya  mau menggunakan  kebebasan  sesuka  hatinya,  tapi  tak mau menanggung resikonya.  Maka  orang  yang berjudi  hanya  mau  mendapatkan  banyak  uang, tak  mau dijebloskan ke penjara.  Orang  yang berselingkuh,  hanya  mau  menikmati  kenikmatan seks,  tak  mau  rumah tangganya hancur.  Mengapa begitu?  Karena  waktu  berbuat  dosa,  dia  mengira, dirinya  punya  otoritas penuh  atas kebebasannya.  Tapi  saat  harus  menanggung  resiko,  dia  kabur.  Maka  dunia  memerlukan  pendidikan  Kristen, mendidik  orang  bertanggungjawab,  punya  hati-nurani,  takut pada Tuhan,  mengasihi  kebenaran dan  keadilan,  meneladani  hidup  Yesus Kristus; Anak Allah  di  dunia.  Yang  mencintai  kebenaran dan membenci  kejahatan,  maka  Allah  Bapa  mengurapi Dia  dengan  minyak sukacita.  Begitu juga  orang  yang  cinta  kebenaran  dan  membenci  ketidakbenaran,  seumur hidupnya  akan  diurapi  dengan minyak sukacita.  Krisis-krisis  apa  yang  manusia  alami  dalam hidupnya?

  1. Kekurangan :  Orang  yang  kurang  uang  tak punya rasa aman,  orang  yang  kurang  teman  merasa  kesepian,  orang  yang  kurang bahagia  merasa  hidupnya kering.
  2. Letih-lesu : Orang  yang  terus menerus   melakukan  pekerjaan rutin akan  merasa  letih-lesu.  Maka seorang  isteri, suami,  guru,  murid  bisa  saja  merasa  letih-lesu, tak punya gairah hidup.
  3. Risau dan stress : Setiap orang  pernah  mengalami  masa, dimana dia harus mengerjakan  pekerjaan  yang  sangat  berat,  menanggung  tanggungjawab  yang  amat  berat, yang  membuat  dia  merasa  sangat  tertekan dan  timbullah  rasa stress bahkan  frustrasi.
  4. Tertidur :  Berbahagialah orang  yang  setiap  saat  terjaga,  peka  akan  kesulitan  yang  mengincarnya.  Tapi ada  sebagian  orang  yang  mudah  tertidur,  tak sadar  akan  bahaya  besar  yang  sedang mengancamnya.  Itu sebab,  mobil  yang fasilitasnya  sangat  canggihpun  tetap  bisa mengalami kecelakaan.  Kalau  si  pengemudi  tertidur.  Maka  seorang  pengemudi  harus  selalu terjaga dan peka,  barulah dia  dapat  mengantisipasi  segala  kemungkinan  yang  terjadi secara  mendadak.  Saya  pernah  mengunjungi  seorang  remaja  yang  berusia  17 tahun, parasnya ganteng,  postur tubuhnya  bagus.  Dia  baru  saja  mengalami  kecelakaan  fatal,  mengakibatkan  kakinya mengalami patah  tujuh belas.  Bahkan tiga  hari  kemudian  harus  diamputasi.  Mengapa dia  mengalami  kecelakaan  yang  begitu  parah?  Dia tertidur  pada  saat mengendarai motor  Harrly  Davidson.  Tapi sesungguhnya,  orang  yang tertidur  secara  rohani  lebih  berbahaya  dari mereka  yang  tertidur  secara  jasmani.  Samson  gagal,  karena  dia tertidur di pengkuan  seorang pelacur.  Banyak  orang  yang  membenamkan diri, asyik  bermain saham,  menikmati  hidup,  tak  siap menghadapi  kesulitan  besar  yang  sedang mengincarnya.  Maka  Tuhan  berkali-kali mengingatkan  kita:  “Aku  tak  mau anak-anakKu  tertidur”  “Aku  akan  membangunkan  mereka”.
  5. Bayang-bayang  maut :  Orang-orang  yang psikisnya  tidak  kuat, meski  belum  mati  tapi hidupnya  selalu  dihantui  oleh  kegelapan dan  maut.  Maka  Alkitab  terus menerus mengumandangkan berita:  “Jangan  takut;  do not  be affraid”  “beriman saja, jangan  takut” karena dimana ada iman, di situ  tak  ada  rasa  takut.  Iman memberi  kita kekuatan, pengharapan dan jaminan. Apa itu iman?  Faith is  the invisible hands of God  hold the  visible hands of man,  to go through all  kinds of difficulties and  afflictions,  amin?  Mengapa  GRII begitu  diberkati  Tuhan,  saya  juga tak  tahu.  Sebenarnya,  saya  merasa  diri  tak  layak,  hanya  tahu  berdoa,  taat  padaNya, mengatakan apa  yang  harus  saya  katakan  dengan  penuh tanggungjawab;  menjalankan  tugas  yang  Tuhan percayakan  pada  saya  dengan  patuh.  Maka selama  lima puluh tiga  tahun  setengah  tahun menjadi  hamba Tuhan,  saya  selalu  memelihara satu perkara:  bukan  melayani  dengan  berkhayal,  dengan  menipu  orang,  melainkan  mengikut Tuhan  dengan  jujur dan mau  sungguh-sungguh taat  padaNya.  Meski  mungkin  dibenci,  diumpat, difitnah….  orang,  yang  penting  adalah  mencari-tahu:  what is  Your will, Lord?  Give me Your  grace, Your thruth,  Your guindance, Your  principle.  And  let me  do  Your will whole heartedly.
  6. Musuh :  Tak  ada satu  orang  yang mungkin  disenangi oleh semua orang  di  dunia.  Pendapat  berbeda  saja  bisa  mengundang  permusuhan.  Ingat,  rasa dendam di  hati  musuh  punya kekuatan destruktif  yang menakutkan. Kita juga  sulit  mengetahui  kapan  dan  rencana  apa  yang  musuh  susun  untuk  menghancurkan  kita. Saat dia  menghancurkan  kita, meski  kita  punya  seribu  orang  teman  yang  berminat  membantu juga  belum  tentu  bisa,  membuat  kita  hanya  bisa menangis.  Itu sebab,  sebisa  mungkin  tak bermusuhan  dengan  siapapun; berdamailah  dengan  semua  orang  —  ajaran  surat  Roma.
  7. Kekeringan :  Dapat  membuat  seorang  lumpuh,  pesimis,  menyendiri,  tak punya gairah  hidup  dan semangat  juang.  Bahkan  ada  yang  sampai menderita  sakit jiwa atau bunuh  diri.  Karena kekeringan bagai mesin  mobil  yang  tak  diisi  oli.
  8. Merasa kurang  diperhatikan, kurang dicinta;  selalu  diabaikan,  kurang  mendapat  anugerah.  Seorang  mahasiswa sekolah  teologia  mengeluh pada  saya:  “Pak,  mengapa  banyak  orang  di  sekolah ini tak mengerti saya? Kalau terus begini,  mungkin  saya  ingin  berhenti sekolah”.  Mendengar  itu, saya  bukan  menjawab:  “jangan” tapi:  “silahkan berhenti saja”  “ternyata  bapak  juga sama:  saya  minta  dimengerti,  tapi  bapak; rektor  sekolah ini  malah  membuat  saya  semakin  merasa  tak  dimengerti”  “kau dipanggil  untuk mengerti  orang  bukan  dimengerti  orang.  Jadi,  stop  untuk  minta diperhatikan,  dimengerti,  tapi mulailah  mengerti  orang lain”.  Kongfuzu mengajarkan:  jun zi qiu zhu ji, xiao ren qiu zhu  ren;  gentleman  selalu  menuntut  diri,  orang  kerdil  terus   menuntut  ini  –  menuntut itu.  Saya  tak  tahu,  sejak kemarin  bangun jam 4  subuh  sampai  sekarang  tidur  berapa  jam.  Karena kemarin,  saya meng-conduct  musik yang sulit sekali, mengganti  benda pajangan  di Galeri.  Malam  hari,  setelah mengajak pemusik tamu  makan bubur,  kembali  ke sini  untuk  memastikan  semuanya.  Dan tadi,  pagi-pagi  sekali  sudah  ke sini.  Mengapa  saya harus  mengerjakan  semua  itu,  bukankah  saya  ini  pemimpin,  bisa  menyuruh  orang  untuk mengerjakan  ini  –  itu?  Karena  saya  mengerjakan segala  perkara dengan  satu  motivasi:  to make the Kingdom of God, the children of God, the sermon better.  Orang  yang  selalu  ingin  dilayani, dihormati, dijunjung tinggi,  tak mau mengampuni  orang lain, tak mau  mengerti  orang lain, dia  tak punya  hak  jadi  pemimpin.  Demand from you yourself more than demand from others,  it cause you qualify  to be a leader.  Seluruh  dunia kekurangan  pemimpin  yang  bisa  dijadikan teladan. Inilah  malapetaka terbesar  di  akhir  abad  ke-20 dan awal abad ke-21. Presiden-presiden yang  terpilih  lewat jalur  demokrasi, dua tahun  kemudian,  para  pemilihnya  mulai  menyesal: mengapa  kami  memilih dia.  Itulah  yang  saya katakan  menjelang  Obama  terpilih:  “kalau  dia  yang  terpilih ,  anugerah  umum  Allah  akan  Dia  tarik  kembali:  Amerika  akan  bobrok  baik  dari segi  hukum,  masyarakat, ekonomi…  Karena pemimpinnya  hanya  pintar berpidato,  tak  tentu punya  bijaksana  dan  teladan  yang  baik. Berdoalah, agar umat  manusia  punya  hari  depan yang  baik.  Untuk  itu,  harus  ada  pemimpin  yang dapat  dijadikan panutan  dalam  hal menyangkal  diri,  bekerja  tanpa  mengenal  lelah,  selalu  ingin menjadi  berkat  bagi  orang lain.
  9. Tertimpa  musibah  besar,  yang  menghabiskan  seluruh  tabungan  yang  kau  simpan  selama  bertahun-tahun  guna  masa pensiunmu atau yang  membuat kau cacat seumur hidup.  Krisis-krisis  membuat  kita  tak  dapat  hidup  dengan  tenang dan stabil.  Siapa  yang  dapat memelihara dan memberi  jaminan  bagi  hidup kita?  Mungkin  ada  orang  yang  mengeluarkan  banyak  uang  untuk  membeli asuransi.  Tapi sebenarnya,  asuransi  tak  mungkin  mendatangkan bahagia.  Waktu  saya  kecil,  mendengar DR. Andrew Gih  berkhotbah  tentang  life  insurance;  bao sheng,  katanya:  zui hou bao ni yi  ding si;  akhirnya kau dijamin  pasti  mati.  Karena memang  tak ada  yang  kekal  di  dunia,  hanya Tuhan  saja  yang  kekal.  Jadi,  mungkinkah  kita punya hidup  yang  mampu melewati  semua  krisis-krisis  hidup?  Jawabnya di  Mzm. 23, Gembala  yang  agung.  Mengapa  Mzm.23? Karena  Mzm.23 memaparkan  semua  krisis  hidup  manusia,  dan  dibereskan  oleh sang Gembala yang  agung: Ay.1,  Ia menyelesaikan kekuranganku.  Ay.2, Ia  mengakhri  segala  letih lesuku.  Ay.3, Ia  membangunkan  aku  yang  tertidur.  Ay.4, Ia  menyingkirkan  bayang-bayang maut  yang menakutkanku.  Ay.5, Ia mengakhiri  permusuhanku,  kekeringanku  dengan mengurapiku  dari  atas.  Ay.6, Ia  memberi kebajikan dan kemurahan,  membuatku  tak  lagi merasa  kurang  dicintai, kurang dimengerti.  Dan  aku akan diam di rumah Tuhan yang tak mungkin goyah atau roboh, karena gempa bumi dan….  Saya  akan  mengakhiri  khotbah  ini  dengan memaparkan  beberapa  hal  penting  yang  terdapat  di  Mzm.23.  ay.1-3,  Tuhan  dilukiskan  sebagai “Dia”:  Dia membaringkan aku…  Ia membimbing  aku…  Ia menyegarkan jiwaku, Ia menuntun aku…. tapi  di ay.4-6,  Tuhan  dilukiskan  sebagai  “Engkau”:  Engkau besertaku…,  Engkau  menyediakan hidangan…,  Engkau mengurapi  kepalaku….  Mengapa  berubah  dari  Ia  menjadi Engkau?  God is not He, God is the greatest  Thou.  Martin Buber, di awal abad ke-20,  menulis  satu buku tipis ;  tak sampai  seratus halaman, yang menggemparkan dunia  filsafat  dan  teologi:  I and  thou.  Perhatikan:  waktu  kau  belum  mengenal seorang,  selalu  menyebutnya dengan  sebutan: dia, dia…  Kapan kau mengubah sebutan  “dia”  jadi “kau”?  saat  terjadi  turning point  dalam  hidupmu:  jatuh  cinta  dengannya.  Pada  umumnya,  saat  kau  jatuh  cinta  pada  seorang  wanita,  kau  tak  berani mengungkapkan  cintamu,  bukan? Mengapa?  Karena  takut  ditolak.  Itulah   yang  membuat  kau gila: siang  –  malam  terus  memikirkan: dia,  sepertinya  tanpa dia,  kau  tak  bisa  hidup  –  susah  sekali.  Lalu  kau  coba  mengutarakan  kesusahanmu pada sahabat karibmu.  Tak tahunya, dia  juga naksir wanita itu.  Maka  kau  coba  mengutarakan  kesusahanmu  pada  orang  lain   dan  orang  itu mendorongmu  untuk  mengutarakan  cintamu  padanya. Maka  kau  coba  memberanikan diri,  mengungkap isi  hatimu.  Ternyata  ditolak  mentah-mentah.  Serasa  ingin  bunuh diri, tapi takut.  Maka  hidupmu  mulai  berubah,  jadi pendiam, pesimis, rendah  diri.  Dan  setiap  kali  menyebut  dia  yang  pernah  menolak  cintamu  merasa terhina dan jadi benci padanya.  Setelah  lewat  satu saat,  mungkin  kau malah  berbalik, mempermainkan  cinta  perempuan.  Mengapa?  Karena  tak  punya  “dia”  yang  kau  inginkan.  Sampai  suatu  hari, saat kau  menemukan  seorang  wanita,  yang  menanggapi  pengutaraan  cintamu: “ok, saya  mau bawa hal ini  dalam  doa”  “puji Tuhan”  tapi  waktu  dia  mau  denganmu,  kau  malah ragu:  benar  atau  tidak  sih?  Jadi,  manusia  memang  repot:  diberi  –  salah, tak  diberi  –  juga  salah.  Tapi  setelah  semua pengalaman  itu,  hidupmu  kembali  normal,  sampai  akhirnya  bertemu  dengan  seorang  wanita  yang bisa kau ajak ngopi, saat saling berpandang-pandangan  itulah  mengalami  hubungan:  I and  thou. Dan sejak itu, saat kau bertemu dengannya,  tak  lagi  mau ditemani  oleh  siapapun, hanya  ingin berduaan  saja  dengannya.  Apalagi  waktu  kau  mengatakan:  “sebenarnya, aku  sudah  dari  dulu  naksir  kamu”  “aku juga”  itulah  I  –  thou  relationship,  yang  membuat kau berani  membuka isi  hatimu yang  sedalam-dalamnya hanya  kepada dia; seorang.  Setelah  hubungan  kalian berdua  semakin akrab, baru memutuskan untuk menikah,  dan merasa nikmat  yang  luar biasa.  Tapi  tak lama  setelah  anak kalian lahir, kau  menemukan isterimu  berubah:  tak  lagi  memperhatikanmu,  terus   sibuk  dengan  anak,  membuatmu  merasa tersisih.  Karena  isteri,  setelah  melahirkan  anak, saat  dia  memandangi  bayinya  –  bayinya memandang  dia,  terjadilah  hubungan:  I  –  thou dengan  anak.  Itulah  juga  yang  membuat  dia seperti  berkata:  my husband, you are no more my  thou.  My thou is my baby  —  anak  berada  di posisi  pertama,  suami  digeser  ke  posisi  kedua.  Lama kelamaan membuat suami  merasa:  my thou  is not you, my thou should be another lady  —setan mulai bekerja.  Tapi  setelah  anak  bertumbuh  besar,  dia  mulai memperlihatkan pada mamanya: “aku lebih  patuh  pada  guruku  ketimbang  kau”.  Membuat  si  ibu  merasa,  dulu  aku  kehilangan  hubungan  I  –  thou dengan  suami, sekarang kehilangan hubungan  I  – thou  dengan  anak.  Apalagi  setelah  anak-anak  pacaran,  mereka  mulai  memandang  kalian  bagai “antik”  yang  bawel.  Jadi,  waktu  anak  masih kecil,  saat  dia  melihat  kau  keluar rumah  pasti menangis  dan  kau mengira,  dia  sayang  sekali denganmu.  Padahal  sesungguhnya,  dia  bukan menangis karena  sayang kau,  tapi  karena  kau tak membawanya  pergi.  Terlihat di sini,  manusia sering salah menginterpretasikan  hubungan  I  – thou.  Dan  faktanya,  setelah  anakmu  pacaran,  dia mengalihkan hubungan  I  –  thou  denganmu  itu  ke hubungan  I  –  thou  dengan  pacarnya.  Maka  kalau kau mengatakan  padanya: “aku tak setuju kau pacaran dengannya”,  dia  akan  memusuhimu  dan  melapor  pada pacarnya: “orang tuaku  itu  antik  dan bawel, dia  tak setuju kita  pacaran” “Kalau  begini, kita  kawin lari  aja”.  Susah  bukan? Anak yang tadinya punya hubungan I –  thou denganmu sekarang  memusuhimu. Suamimu  yang tadinya  punya hubungan  I  –  thou  denganmu, sudah  lama  kau  sisihkan.  Jadi,  semua  I thou relationship in  human society are false,  membuat  hidupmu kering.  Dan  setelah  anak-anak  menikah,  bahkan  ada  yang  tinggal di  luar negeri,  mereka  hanya menelpon  pada  saat  Natal:  “apa  kabarnya,  pa,  baik  nggak?”  jawaban yang dia harapkan:  baik-baik saja. Jadi, kalau kau menjawab: kurang baik, dia  mulai  berpikir:  celaka,  berapa  banyak  lagi dana yang harus ku keluarkan untuk dia berobat?  Maka kata Pribahasa Tionghoa: “jiu bing wu xiao  zi; orang tua  yang  terus  sakit-sakitan,  tak  ada anak yang  loyal; sayang  padanya”  —  benar adanya.  Tak heran  kalau kau baru sakit satu hari,  anakmu masih  menanyakan keadaanmu,  memijitmu.  Tapi kalau sudah sakit menahun,  dia  menantikan kepergianmu.  Jadi,  setelah  anak-anak dewasa,  merasa  tak  memerlukan  kehadiranmu,  sisa kau  dan  suami yang  sudah  sama-sama  keriput  coba  menyambung  kembali  hubungan  I  –  thou;  ingin honeymoon  lagi. Masalahnya,  sudah  no honey,  bagaimana  bisa  honeymoon? Tapi tak ada pilihan lain,  mulai menyesuaikan diri  lagi  dengannya,  tapi mendapati dia begitu bawel, bicaranya nggak  level…  Saat  hubungan  I  –  thou  kelihatannya  mulai  nyambung  lagi, salah seorang  meninggal dunia.  Yang  ditinggal  menangis  setengah  mati,  bukan karena  rasa  kehilangan,  melainkan  karena rasa  menyesali  hubungan  kalian  yang  kurang akrab.  Itulah  manusia,  selalu  hidup  dalam hubungan  I – thou yang  bermasalah.  Maka  kita  perlu  kembali  pada  the  eternal Thou. Baca  Mzm.23:  Engkau membaringkan aku.. ,  Engkau membangunkan aku.., Engkau  memimpin aku..,  Engkau  menyertai  aku  dengan tongkatMu  dan gadaMu.  Apa  fungsi  dari  tongkat dan  gada?  Gembala  di  Israel  selalu membawa  tongkat yang  panjang,  yang  bagian  ujungnya  melengkung.  Di  lukisan:  Yesus  adalah  Gembala  yang baik, kita  melihat  ada  tongkat gembala ada  di tanganNya.  Apakah  fungsi  dari  tongkat?  Saat domba berlari-lari  sesuka hatinya, gembala  akan menjulurkan  tongkat,  bagian yang  melengkung  dia lingkarkan  ke  leher domba dan menariknya  kembali. Tapi  pada waktu  domba  pergi terlalu  jauh,  dicengkram  oleh  srigala  atau  singa,  gembala akan  memakai  senjata  yang kedua: gada,  yang bentuknya bagai durian  itu  untuk  memukul srigala  atau singa,  membuatnya kesakitan, lalu  melepaskan domba yang  digigitnya  dan  lari,  gembalapun  membawa  pulang dombanya.  Jadi,  tak ada syair tentang  hidup manusia yang lebih indah dari Mzm.23,  my Lord is  my  great Shepherd,  who  take care  on and guide my whole  life. Mungkinkah  suamimu dapat memimpin  sepanjang  hidupmu?  Tidak.  Saat  dia tua,  sedikit terantuk saja  bisa terjatuh, mana  mungkin memimpinmu?  Jadi  how good is your husband,  he  will never be your  good shepherd. Bagaimanapun baiknya isterimu,  tak mungkin  bisa  terus menerus memeliharamu. Siapakah  the  eternal  Thou,  yang tak berubah dari kekal sampai kekal?  You are my eternal Thou, unchanging Thou, for ever Thou, consistent Thou.

Tuhan  sudah  mengasihimu  dengan  begitu setia,  permisi  tanya:  apakah kau  juga  mengasihi  Dia  dengan setia  atau  kau hanya  mau memperalat  Dia,  bagai  orang-orang Karismatik,  yang  terus  minta  kekayaan,  kelancaran,  yang  memberi satu juta  rupiah dan minta Dia  membalas  sepuluh juta?  Celakalah pendeta-pendeta yang  mengajar pengajaran  yang menyesatkan itu. Karena mereka  bukan  membawa orang datang  pada Gembala,  melainkan datang  pada  penjual lotre. Benny Hinn telah  bercerai, bahkan kata isterinya:  “no possible to be reconsiled  with him anymore for ever”.  Memang  dia kaya, lancar,  gerejanya  juga  kelihatan maju ,  ribuan  orang  mendengar  khotbahnya.  Tapi  kalau  hidupnya yang tak  beres  mengundang  puluhan  juta orang  di  dunia menghina kekristenan. Siapa yang menang:  Tuhan atau setan? Setan.  Ingat: setan  tak takut gereja  jadi besar,  dia  justru  memakai  jumlah jemaat  yang  banyak  untuk  membius pendetanya, mengira  diri    sukses  dan  tergoda  untuk  berbuat semaunya.  Sampai  setelah  hidupnya yang bobrok  mencoreng  kekristenan,  mengundang  jutaan orang  di muka bumi  menghina kekristenan,   dia  tak  dapat  berbuat  banyak. Kecuali  membiarkan  kekristenan terus  merosot,  karena  investasi  dari setan. Saya percaya, hanya mereka yang setia pada  Tuhan  akan  Dia  pelihara.  Simak  statemen dari  pendetamu  ini:  seumur hidupnya mempersiapkan diri,   berjuang  untuk  menjadi seorang  yang  pemimpin  yang  dapat  memimpin zamannya  kembali  setia, jujur, cinta  dan  taat  pada Tuhan. Meski  dunia terus bergolak, kita  tetap tekun  menghimpun  orang-orang  yang cinta dan  setia pada Tuhan  untuk  memuliakan  Dia sampai Kristus datang kembali.  Di tengah-tengah kita ,  pasti  ada orang yang  sedang mengalami kekurangan, kekeringan, letih-lesu, tertidur,  berjalan  dalam  bayang-bayang  maut, dilanda  bencana  besar….  krisis-krisis hidup yang tersimpan di sini.  Ingat: Tuhan  sendiri  yang akan  menyelesaikan  semua  krisis  bagimu.  Membuat  kau  tak  lagi  menyebut Tuhan  dengan sebutan  “Dia”  tapi  sebutan  “Engkau”. Karena kau sadar,  Tuhan  adalah  the One I worship, I  adore, I give thanks to.  Eventhough  You have  given me all the difficulties: keletihan,  kekurangan,  bayang-bayang maut…,  karena  di  dunia,  memang  tak ada  orang  yang tak pernah mengalami  kesulitan,  ujian,  cobaan  dalam hidupnya. Tapi as a Reformed people, we believe,  that  God will take care and will  lead us to overcome all this,  through  our  faith and  our  obediance to Him, amin?  Hidup  saya lebih susah  dari banyak orang,  usia 3  tahun  sudah  jadi  piatu,  usia 15  tahun sudah  tak minta  satu  peser  dari  mama.  Bahkan seumur hidup  tak pernah  minta  bantuan  dari  orang kaya  atau  bea siswa dari luar  negeri.  Berani  hidup  dengan  tak  mengenal kompromi,  berjuang  dengan  gigih  sampai  kehendak  Tuhan  dalam  diriku  terwujud .  Apa  jadinya,  kalau  tak ada  orang  yang  mendukung?  Tak  masalah.  Seperti  sekarang,  Concert Hall menghadapi  kesulitan besar, karena setiap  kali  konser saya harus  nombok seratus sampai  seratus  lima puluh  juta.  Tapi  saya bertahan dengan gigih sambil  melihat  pimpinan  Tuhan. Konser kemarin malam,  dihadiri  paling  banyak  duta besar,  mereka kagum luar biasa: bagaimana  mungkin bisa  membangun Concert  Hall  yang  seindah  ini?  Seorang yang memelopori musik bermutu di dunia mengatakan  pada  saya:  “you have done a great  work.  It is one of the greatest Concert Hall in the  world. I come the first time here.  I appriciate  it  and I know, it is not easy” “do  you notice,  this is  the only self funded  Concert Hall and  Symphony  Orchestra in the world?”  Karena  semua konser  hall  di  dunia,  didanai  oleh pemerintah, bank,  konglomerat….  Kita tidak!  Maka di  buku  program  konser  kita  tidak  ada  iklan. Kita  mengerjakan  semuanya  dengan  berharap  pada Tuhan, sampai  Dia menggugah orang-orang yang menyadari  akan  kebutuhan  bangsa  ini dan  mau  bersehati  mewujudkan  rencanaNya  di  negara  ini  dengan  rasa syukur dan rela.  Theatre  besar di  Jakarta,  yang  memiliki 1400  tempat  duduk  menelan  dana Pemda DKI 1.7 trilyun. Sementara Concert Hall  kita  yang  berkapasitas 1227  tempat duduk,  hanya  menggunakan  tak sampai  seratus  milyar  (belum  termasuk  pipe organ).  Saya  percaya,  akustik  hall  kita  tak tentu kalah dengan  theatre  yang  menelan dana dua puluh  sekian  kali  lipat  dari  dana  yang kita  pakai. Semua  ini  dapat terjadi  hanya  karena  berkat  dan  anugerah  Tuhan  semata.

(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)

Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

 

Sumber : https://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/jakarta/MRI1102.pdf