Seorang wanita yang melakukan suatu keajaiban dari “tidak punya rumah sampai ke Harvard” membuat kisah hidupnya menjadi cerita yang paling banyak dibaca di Amerika. Elisabeth Liz Murray, tumbuh dari kehidupan jalan yang keras sampai bisa lulus dari sebuah universitas terkenal dan menjadi pembicara internasional.

Kenangan-kenangan awal hidupnya tidaklah menyenangkan, orang tuanya menghabiskan uangnya untuk mengkonsumsi kokain dan heroin saat ia dan adiknya kelaparan: “Kita memakan es batu karena kita sangat lapar. Kita juga berbagi pasta gigi untuk makan malam.

Mencoba untuk bertahan hidup

Lahir di Bronx tanggal 23 September 1980, Liz melihat orang tuanya menghisap kokain setiap hari. “Kedua orang tuaku adalah hippie (semacam kultur di Amerika), Di awal tahun 1980-an dan ketika aku lahir, mereka menjadi pecandu narkoba,” ingatnya.

Ia berkata bahwa ia sangat mencintai mereka dan mereka sebenarnya juga mencintai dirinya, mereka sebenarnya orang yang berpendidikan tetapi tidak berdaya karena ketergantungan obat dan kemiskinan. Ia ingat ibunya mencuri uang ulang tahunnya, menjual televisi, bahkan kalkun yang diberikan gereja waktu hari Thanksgiving, untuk membeli kokain. Liz dijelek-jelekkan dan diganggu di sekolahnya karena bau dan tidak rapi dan kemudian ia pun keluar dari sekolah itu.

Mantra ibunya adalah “suatu hari hidup akan lebih baik“, dan kemudian ia akan menghabiskan waktu dengan muntah-muntah dan dirawat oleh putrinya, tangannya penuh dengan bekas jarum. Saat Liz berumur 15 tahun ibunya positif terkena HIV dan AIDS. Ia meninggal tidak lama setelahnya dan dikuburkan di peti mati sumbangan orang.

Saat ayah Liz tidak mampu lagi membayar biawa sewa kamar dan pindah ke gubuk, Liz tinggal di jalanan. Adiknya memiliki tempat di sofa seorang teman, namun Liz tidur di stasiun kereta atau di bangku taman.

Titik Balik 

Awalnya ia melihat dirinya sebagai seorang yang durhaka dan korban, tetapi kemudian ia mendapatkan pencerahan. “Seperti ibuku, aku selalu berkata, ”aku akan memperbaiki hidupku suatu hari.’ Dan kemudian itu menjadi semakin jelas ketika aku melihat ibuku meninggal tanpa memenuhi mimpinya, waktuku mungkin sekarang atau tidak sama sekali,” katanya.

Ia tidak memiliki tempat untuk hidup dan ia tidak datang ke sekolah secara teratur selama beberapa tahun, tetapi pada umur 17 ia menjadi murid yang cemerlang dan menyelesaikan sekolahnya hanya dua tahun. Ia bekerja dan mengambil kelas malam. Seorang gurunya melihat kecerdasannya dan mengajarkannya. Saat gurunya membawa 10 murid terpintarnya ke Harvard, Liz berdiri di luar universitas, ia yakin bahwa Harvard berada dalam jangkauannya. Dan kemudian ia mendengar bahwa New York Times memberikan beasiswa padanya.

Liz lulus di musim panas. Oprah Winfrey memberinya penghargaan chutzpah award dan ia bertemu Bill Clinton. Ia berbicara di berbagai event bersama Tony Blair, Mikhail Gorbachev dan Dalai Lama. Ia berbicara pada para remaja tentang menolak godaan obat-obatan dan geng. Dia juga mengingatkan mereka untuk tidak menggunakan kesengsaraan di masa remaja sebagai alasan untuk bertindak negatif.

Ayah Liz meninggal tahun 2006, juga karena AIDS. Salah satu kebaikan ayahnya adalah ia mendorong Liz untuk membaca – dan mencuri buku dari perpustakaan Liz tidak ingin penampilan dan gelar Harvardnya mengelabuhi semua orang: “Aku adalah salah satu dari orang-orang di jalan yang kamu jauhi itu” Katanya.

Kisahnya yang begitu inspiratif akhirnya menarik media untuk mempublikasikannya, termasuk ratu talk show dunia, Oprah Winfrey. Film televisi berdasar kisah nyatanya pun telah dibuat di tahun 2003 dengan judul “Homeless to Harvard”, yang berhasil mendapat nominasi Emmy Awards, serta sebuah penghargaan dari American Cinema Editors.

Sumber : https://www.lovevirtue.com/in/Figur-Inspiratif/liz-murray.html