Menurut prinsip Alkitab,sekalian manusia sudah berbuat dosa. Tidak peduli engkau orang Barat, engkau orang Timur, engkau orang muda, engkau bayi, engkau orang tua, laki-laki, perempuan, bangsa apa, suku apa, beragama apa, lapisan masyarakat yang  bagaimana, Tuhan berkata semua telah berdosa, dan mengurangi  kemuliaan Tuhan Allah.

Hari ini saya khusus masuk ke hal yang penting sekali,  perbandingan dosa dan anugerah. Alkitab dengan jelas memberi  tahu kepada kita, anugerah dikaruniakan kepada orang yang tidak  layak. Kalau layak itu disebut upah. Kalau saya bekerja 8 jam per hari, saya diberikan Rp 100.000, ini adalah uang imbalan, upah,  karena saya sudah bekerja mencucurkan keringat, mengeluarkan  tenaga untuk pekerjaan itu, maka seharusnya saya dibayar Rp  100.000 itu. Uang itu bukan pemberian, itu adalah gaji saya. Itu bukan belas kasihan, itu adalah kelayakan. Itu bukan anugerah, itu  hak saya memperoleh gaji / upah. Tetapi yang disebut anugerah,  justru berlawanan dengan konsep upah. Kalau upah diberikan  kepada yang layak, anugerah diberikan kepada yang tidak layak.  Anugerah diberikan kepada yang tidak bekerja. Anugerah diberikan  kepada yang tidak mempunyai jasa. Kalau kita berbicara anugerah  Tuhan, kita harus ingat: karena saya tidak layak, karena saya tidak bekerja apa-apa, saya tidak berjasa apa-apa, tetapi Tuhan rela memberikan kepada kita. Anugerah diberikan kepada orang yang tidak layak, karena kita tidak pernah bekerja apa-apa untuk menerima anugerah, kita tidak berjasa dan tidak mempunyai kualifikasi apa pun untuk diberikan anugerah.

Bagaimana dengan dosa? Dosa adalah sebaliknya anugerah. Dosa adalah kejahatan yang dilakukan kita dengan sadar atau tidak sadar. Dosa adalah kelemahan / kekurangan kita yang telah menodai kemuliaan Tuhan yang sudah diberikan Tuhan pada waktu kita dicipta. Dosa adalah ketidakadilan, kerusakan, kebobrokan, dan kesengajaan melawan semua hukum dan semua dalil yang kita tahu atau sengaja kita tidak mau tahu. Di dalam berbuat dosa, kita sudah mengerjakan kejahatan. Kita menerima anugerah, kita tidak bekerja apa-apa. Di dalam menerima anugerah diberikan cuma-cuma, diberikan kepada orang yang tidak ada sama sekali ada jasanya. Di dalam menerima hukuman dosa, itu adalah upah yang seharusnya diberikan kepada orang yang mengerjakan kejahatan.

Konsep ini kalau sudah jelas, baru kita mengerti mengapa Tuhan mau kita mengaku dosa, dan mengapa Tuhan mau kita memuliakan Tuhan, karena pada waktu kita menerima anugerah itu semata-semata kemurahan, belas kasihan dari Pencipta kepada manusia yang tidak layak. Hari ini kita khusus membicarakan dari manakah sumber dosa, mengapa dunia ini ada dosa. Dosa berasal dari sumber yang bagaimana? Ada orang berpendapat dunia ini ada kelemahan, ada  kekurangan, karena Tuhan telah menciptakan dunia yang tidak sempurna. Ini adalah kesimpulan filsafat-filsafat yang tidak mengerti Alkitab dan mereka mencela Tuhan, sehingga mereka mengatakan: Jikalau Tuhan adalah Tuhan Yang Mahakuasa,  mengapa Dia tidak membasmi dosa di dunia ini? Jikalau Tuhan adalah Tuhan yang sempurna, mengapa Dia tidak mencipta dunia yang sempurna? Benarkah Tuhan itu sempurna? Benarkah dunia ini tidak sempurna? Jikalau Tuhan sempurna dan dunia tidak sempurna, bukankah berarti antara Tuhan yang Pencipta dan dunia yang dicipta ada gap yang terjadi? Saya harap kita bersama-sama memikirkan hal yang penting ini, yang selama ini engkau tidak  banyak pikirkan, sehingga seumur hidup engkau hidup dalam kesia-siaan karena hal-hal yang paling penting tidak engkau mengerti. Engkau cuma mau mengerti hari ini makan apa, hari ini cari pekerjaan apa, hari ini dollar berapa, saham yang saya beli naik berapa, hidup di dalam dunia ini di dalam kesenangan birahi dan seks. Biarlah itu dipikirkan oleh orang yang menuju kebinasaan, tetapi biarlah setiap orang mendengarkan khotbah ini, mempunyai niat mencari kebenaran, mencari Firman di dalam perkataan Tuhan, sehingga kita menjadi orang lebih bijak, hidup sesuai kehendak Tuhan.

Kita fokus kepada dua pertanyaan besar: Pertanyaan pertama, Apakah Allah itu Allah yang ada dan Allah yang sempurna? Pertanyaan ke dunia: apakah dunia ini memang dunia yang tidak sempurna? Kita berkata bahwa dunia ini banyak kelemahan, dunia ini banyak cacatnya, sehingga kita mengetahui dunia ini tidak sempurna. Kalau dunia ini sempurna, kita tidak mengeluh, kita tidak menangis, kita tidak patah hati, kita tidak sakit, kita tidak masuk rumah sakit, kita tidak mengalami kebutaan, tidak mengalami putus asa. Justru dunia ini kurang baik, dunia ini kurang sempurna, dunia ini tidak memuaskan kita, sehingga ada yang putus asa, ada yang gila, ada yang lemah syaraf, ada yang bunuh diri dengan loncat ke dalam laut, gantung dengan tali, atau minum obat keras. Setiap tahun orang yang kecewa, orang yang bunuh diri, makin banyak. Negara Jepang adalah salah satu negara maju, tetapi tingkat bunuh diri di Jepang lebih banyak daripada orang-orang bunuh diri di India, Kamboja, Philipina. Jepang lebih tinggi teknologi, lebih tinggi ekonomi, lebih banyak uang, tetapi lebih banyak orang merasa hidup tidak berarti. Kita harus mengaku, kita harus menerima fakta bahwa dunia ini tidak sempurna.

Kalau Tuhan sempurna, mengapa Tuhan tidak menciptakan dunia yang sempurna? Jikalau Tuhan menciptakan dunia yang sempurna, kita hidup dalam kesempurnaan itu, kita tidak perlu susah, tidak perlu menangis, tidak perlu putus asa, tidak perlu gantung diri, tidak perlu menjadi orang gila, tidak perlu merasa hidup tidak berarti. Mengapa Tuhan yang sempurna tidak mencipta dunia yang sempurna? Mengapa Tuhan membiarkan begitu banyak kesusahan terjadi di dunia ini? Pada waktu kesengsaraan dan penderitaan diterima oleh manusia, saat itu Tuhan tidurkah? Atau saat itu Tuhan bertepuk tangan mensyukuri orang yang menderita. Mengapa Tuhan membiarkan pendeta mati tertabrak mobil? Mengapa Tuhan membiarkan rumah orang Kristen dibakar oleh orang yang bukan Kristen? Mengapa Tuhan membiarkan gereja dibakar, pendeta dianiaya dan orang Kristen diperkosa? Mengapa Tuhan membiarkan orang-orang baik yang sungguh-sungguh bekerja cari makan tetapi kurang makan? Mengapa Tuhan membiarkan orang-orang jahat makin lama makin kaya. Mengapa Tuhan membiarkan orang-orang yang tidak bersalah apa-apa melahirkan anak-anak yang cacat? Mengapa Tuhan membiarkan orang yang tidak bersalah akhirnya mati konyol? Mengapa hal-hal ini terjadi? Jikalau Engkau Tuhan Yang Mahakuasa, tolong dengarkan dunia ini, tolong bereskan kesusahan dunia ini. Tolong ciptakan lingkungan atau suasana atau segala sesuatu yang lebih baik. Bukankah Engkau Mahakuasa, tetapi Engkau melihat sendiri Tzunami terjadi, gempa bumi terjadi, wabah Ebola, SARS, kanker, AIDS melanda di seluruh muka bumi. Mengapa Tuhan, Engkau tidak campur tangan? Pemikiran tersebut diperalat oleh orang Atheis, lalu mereka menemukan senjata yang sangat tajam untuk menusuk Tuhan.  Konklusi mereka pertama: Kalau Tuhan Mahakuasa pasti hati-Nya tidak baik. Sehingga meskipun Tuhan Mahakuasa, hati-Nya tidak baik, Dia membiarkan dunia ini penuh dengan penderitaan, maka saya tidak percaya Tuhan. Konklusi kedua: Tuhan itu Mahabaik, tetapi Dia yang begitu baik Dia tidak mampu membereskan kesulitan, Dia sendiri kecewa, Dia sendiri terbatas, Dia sendiri susah, maka Tuhan yang Mahabaik adalah Tuhan yang tidak Mahakuasa. Dia tidak berkuasa, tidak bisa menyelamatkan saya, saya tidak perlu Tuhan yang tidak Mahakuasa.

Di gereja di mana saja, pertama-tama banyak yang dibaptis, akhirnya sebagian melarikan diri. Karena apa? Kecewa kepada Tuhan. Mengapa dulunya Kristen sekarang tidak. Mengapa dulunya waktu kecil sekolah minggu setelah dewasa meninggalkan  kekristenan. Mengapa dulu melayani Tuhan sekarang tidak. Mereka kecewa kepada Tuhan. Saya pernah bertemu dengan seseorang di Airport Jakarta. Dia mengatakan sekarang tidak lagi ke gereja, saya kecewa. Saya bertanya: kecewa dengan siapa? Tetapi dia tidak mau menjawab.  Saya bertanya: apakah engkau kecewa sama sayakah? Dia bilang: tidak, dengan Pak Stephen Tong saya tidak pernah kecewa. Saya bertanya: engkau kecewa dengan pendetamu sendirikah? Dia bilang: tidak. Saya bertanya: Lalu engkau kecewa dengan siapa?  Dia berkata: saya kecewa dengan Tuhan pada Tuhan yang saya percayai. Doaku tidak didengar, penyakit istriku tidak disembuhkan, kesulitan keluargaku tidak dibereskan, semua ekonomi merosot dalam usahaku tidak dikembalikan, aku kecewa kepada Tuhan.  Pada waktu itu ada suara panggilan (last call) untuk cepat masuk ke pesawat, saya berkata: saya akan doakan engkau. Dia berkata: tidak usah doakan saya, saya kecewa pada Tuhan. Di atas pesawat terbang dalam perjalanan, saya terus pikirkan kalimat dia… “saya kecewa kepada Tuhan maka saya sekarang tidak  lagi ke gereja. Tidak usah doakan saya, karena saya kecewa kepada Tuhan”.  Benarkah manusia berhak kecewa kepada Tuhan. Adakah manusia kecewa kepada Tuhan? Banyak.

Mengapa manusia kecewa kepada Tuhan? Karena mereka mengenal Tuhan secara salah, melalui janji yang salah, melalui khotbah yang salah, melalui “hamba tuhan” yang salah. Mereka terlalu cepat menjajikan hal-hal yang bukan firman Tuhan, mereka mengkhotbahkan hal-hal yang bukan perkataan dari Tuhan, sehingga pendengar mereka mendapatkan kesan bahwa Tuhan itu begitu murah, begitu berkuasa, begitu ajaib. Asal ikut Dia, percaya Dia, semua beres. Asal berdoa dalam nama Yesus, pasti semua persoalan beres. Mereka menggebu-gebu, mereka bersungguh-sungguh, begitu berapi-api kepada Tuhan yang konsepnya salah. Dan akhirnya Tuhan tidak akan melakukan sesuatu hanya karena engkau kira Dia harus lakukan. Tuhan tidak akan berkompromi hanya karena ada pendeta-pendeta yang khotbahnya ngawur.   Tuhan mau kita mengenal Dia melalui jalur yang benar, dengan  pengertian firman yang sejati, dan dengan konsep yang murni sehingga seumur hidup kita tidak perlu kecewa. Kita tidak pernah perlu kecewa kepada Tuhan, karena sebenarnya tidak ada hal yang  perlu kita kecewa kepada Tuhan. Waktu engkau kecewa, engkau  mengeluh, engkau menangis, setelah itu engkau tetap harus bernafas untuk mengeluh lagi, nafas itu tetap diberikan oleh Tuhan. Engkau menangis, engkau tarik nafas untuk menangis lagi, engkau tetap  diberikan oksigen oleh Tuhan. Engkau memukul dadamu, engkau begitu sedih, selesai itu engkau tidur, waktu itu engkau perlu diberikan kekuatan untuk istirahat dari Tuhan. Tidak ada satu hal yang perlu kita kecewa kepada Tuhan. Kita kecewa kepada Tuhan karena kita salah mengerti siapa Tuhan yang sejati. Salah mengerti apa janji Tuhan yang sejati. Salah mengerti apa firman Tuhan yang sejati. Itu sebab Alkitab berkata:mereka yang sudah mengajar, mereka akan menerima hukuman yang lebih berat. Saya tahu ada banyak pendeta yang tidak senang KKR ini, meskipun kita berusaha membawa lebih banyak orang datang, mereka tidak mau. Mereka berkata Stephen Tong sesat, KKR ini tidak ada kesembuhan, tidak ada mujizat… tidak perlu datang. Saya berkata kepada saudara: Saudara beriman kepada Tuhan bukan karena mujizat, bukan karena kesembuhan, tetapi karena mendengarkan firman.

Iman datang dari pendengaran, itu sebab kalau engkau dengar dengan jelas, dengar dengan segenap hati, dengan tepat dan benar, seumur hidup engkau tidak perlu kecewa kepada Tuhan. Seorang pemuda datang kepada seorang pendeta di New York, dia marah-marah masuk ke ruang pendeta. “Saya marah, saya lawan Tuhan, saya tidak mau percaya kepada Tuhan”. Pendeta itu kaget  melihat seorang pemuda yang teriak-teriak memaki Tuhan. Pendeta  itu mengatakan “Engkau melawan  Tuhan yang mana?” Giliran pemuda itu bingung mendengar pertanyaan pendeta itu: Tuhan kok Tuhan yang mana. Saya melawan Tuhan, saya tidak setuju Tuhan, saya kecewa. Dia marah-marah kepada Tuhan. Pendeta itu tetap tenang dan berkata “kenapa engkau marah kepada Tuhan?” Pemuda itu menjawab “Karena Tuhan begini…Tuhan begitu…”. Pemuda itu berkata seperti meriam tidak habis-habis memaki Tuhan. Pendeta itu  tidak marah dan dia berdiri sambil berjabat tangan dan berkata: “Tuhan yang engkau katakan tadi, itu Tuhan yang sama juga saya lawan. Kita sama.” Pemuda itu makin bingung kenapa ada pendeta melawan Tuhan. Pendeta itu berkata: “Saya tidak setuju Tuhan seperti itu, sama seperti engkau tidak setuju Tuhan seperti itu. Tuhan seperti itu juga saya lawan.” Pemuda itu penasaran lalu yang benar bagaimana. Lalu pendeta mengajak duduk pemuda itu, lalu pendeta itu menjelaskan kepada pemuda itu dalam dua jam dan pemuda itu menangis, berlutut, minta pengampunan dari Tuhan. Saya digerakkan Tuhan khusus untuk membereskan hal ini. Kita membereskan konsep-konsep tentang Tuhan yang salah. Kalau Tuhan Mahakuasa mengapa dunia ini tidak baik. Kalau Tuhan Mahabaik, kenapa tidak memakai kuasa-Nya untuk membereskan dunia ini? Maka orang memberikan jawaban: Tuhan itu kalau baik, Dia kurang kuasa. Sehingga baik tetapi tidak mampu. Tuhan itu berkuasa, tetapi hati-Nya kurang baik, maka membiarkan dunia begitu banyak penderitaan.  Setelah kita menemukan kedua pertanyaan ini, saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lain yang tidak ditemukan kedua pertanyaan ini: apakah penderitaan itu tidak berarti? Apakah penderitaan tidak ada maknanya? Apakah penderitaan itu tidak bernilai? Apakah manusia yang tidak pernah menderita lebih baik dari manusia yang pernah menderita? Ini tidak pernah dipikirkan oleh pikiran yang sempit. Manusia yang dari kecil banyak penderitaan, waktu tua lebih bahagia. Manusia yang dari kecil terlalu disayang, over protection, dan semua yang diperlukan  dipenuhi, waktu tua sedikit sulit, sedikit sakit saja, dia sudah mengeluh. Itu sebab saya berkata kepada saudara, penderitaan-penderitaan ada nilainya. Penderitaan-penderitaan ada baiknya. Tuhan mengapa Engkau membiarkan dunia penuh dengan penderitaan, kesulitan, kemiskinan, kelemahan seperti ini? Alkitab menjawab ada baiknya penderitaan untuk menguji jiwamu, untuk membangun imanmu, untuk mengolah karaktermu. Orang yang tidak mempunyai daya tahan, karena dia tidak pernah mendapat kesempatan untuk mendapat kesulitan. Orang yang agung, orang yang lebih agung, orang yang paling agung, bedanya apa? Orang agung pernah menderita, orang yang lebih agung lebih banyak menderita, orang yang paling agung karena menderita paling banyak. Siapakah musikus terbesar dalam sejarah dengan semangat dan karya yang paling unggul? Ludwig van Beethoven. Karena apa? Karena dia dilahirkan, dia dibesarkan dalam kesulitan besar, sehingga lagu-lagu terindah yang pernah diciptakan oleh dia, justru tidak pernah dia dengar sendiri. Pada waktu dia membuat symphony ke 7,8,9 dia sendiri sudah tuli. Saya mau tanya, mengapa orang tuli bisa menulis lagu begitu agung dan begitu indah? Mengapa kita yang bertelinga tidak tuli, tidak bisa menulis lagu yang begitu baik? Begitu juga John Newton, dia akhirnya menjadi buta, tetapi setelah itu dia menulis lagu Paradise Lost. Setiap kalimat ditulis dengan sastra Inggris terbaik, dia telah menulis paling indah, paling panjang, karena apa? Karena dia buta. Maka jawaban untuk yang melawan Tuhan adalah: Tuhan bisa memakai orang buta untuk menulis syair yang baik. Tuhan bisa memakai orang tuli untuk menggubah musik terindah. Ini untuk membuktikan ke Mahakuasaan Tuhan. Penderitaan bukan tidak ada artinya, penderitaan bukan berarti Tuhan jahat, penderitaan bukan berarti Tuhan tidak berkuasa. Penderitaan justru membuktikan Tuhan mempunyai kekuatan untuk manusia yang menderita. Saya kadang-kadang tidak mengerti mengapa saya bisa bertahan lebih kuat dari banyak pendeta. Umur saya hampir 65  tahun, saya masih harus berkhotbah satu tahun 500 hingga 700 kali.  Saya harus naik pesawat terbang kira-kira 300 hingga 370 kali setiap tahunnya. Setiap hari harus ganti bantal, ganti kota, setiap hari angkat koper, mengejar bus, kalau perlu mencuci pakaian sendiri,  saya tidak boros uang, saya harus memakai uang semaksimal mungkin penggunaannya, memakai waktu sebaik mungkin. Kenapa saya harus bekerja lebih berat dari pendeta lain, mengapa saya lebih menderita dari orang lain. Selama 20 tahun saya mempunyai penyakit lever Hepatitis B, selama 20 tahun saya dipelihara Tuhan. Saya tidak mengurangi volume suara saya dalam berkhotbah, saya berkhotbah seperti orang umur 20 tahun. Apa sebab? Karena banyak orang mendoakan saya, karena anugerah Tuhan tidak melepas saya, karena sejak kecil dilatih Tuhan penderitaan-penderitaan yang banyak Umur 3 tahun papa saya meninggal, umur 9 saya pindah ke Indonesia, umur 14 tahun mulai bekerja dan tidak mengambil uang dari ibu. Saya terus mengalami kesulitan, penderitaan, kemiskinan yang tidak dimengerti orang lain, sehingga ini sudah dipersiapkan oleh Tuhan menjadi orang yang tangguh, tidak takut berjuang, tidak  takut miskin, tidak takut bahaya, tidak takut sakit dan tidak takut mati. Saya tidak mau menerima jawaban-jawaban dari orang Atheis: Allah tidak berkuasa, Allah tidak baik. Allah berkuasa mengapa membiarkan dunia menderita. Saya akan menjawab: Penderitaan itu indah. Tidak ada bangsa yang pernah menghasilkan pemikir paling besar tidak mengalami kesulitan. Bangsa yang terlalu enak justru menghasilkan orang yang malas. Daerah-daerah yang cukup makan, menghasilkan banyak orang yang tidak mau berpikir.

Penderitaan menjadi indah jikalau engkau mengerti cara Tuhan bekerja. Penderitaan menjadi keharusan jikalau engkau mengerti firman Tuhan. Tuhan Allah bekerja dalam segala sesuatu, termasuk tangisan, keluhan, kekecewaan, sakit hati, patah hati, miskin, semua dikerjakan untuk mendatangkan kebajikan oleh orang yang mencintai Tuhan. Bukan saja demikian, penderitaan itu ada bukan karena Allah tidak berkuasa dan bukan karena Allah tidak baik, tetapi karena dosa sudah melanda dunia. Dosa mengurangi kemuliaan Allah. Di sini ada sehelai kertas, yang bagus, tetapi kertas ini ketika robek, maka ada sebagian yang hilang. Maka engkau mengatakan kertas ini tidak utuh karena ada yang hilang, karena ada bagian yang hilang. Segala kekurangan, segala ketidakpuasan yang kita alami, itu harus kita bayar kepada Tuhan Allah. Justru karena kita menghutang kita, kita malah marah-marah kepada Tuhan. Justru kita menodai kesucian yang diberikan Tuhan, engkau mengatakan mengapa Engkau menciptakan saya yang kurang suci. Apakah Tuhan yang sempurna tidak mungkin menciptakan dunia yang sempurna?

Alkitab mengatakan setelah dunia dicipta seluruhnya maka Allah mengatakan semua yang diciptakan itu baik. Pada hari pertama penciptaan Allah melihat ciptaan itu baik, pada hari kedua penciptaan Allah melihat ciptaan itu baik, pada hari ketiga penciptaan Allah melihat ciptaan itu baik, pada hari keempat penciptaan Allah melihat ciptaan itu baik, pada hari kelima penciptaan Allah melihat ciptaan itu baik, tetapi hari keenam setelah Adam dan Hawa dicipta, Allah melihat ciptaan-Nya sangat baik. Apa bedanya baik dan sangat baik? Sebabnya peta dan teladan Allah sudah ada di dalam diri manusia. Di dalam diri manusia ada sesuatu yang tidak ada pada ciptaan lain, yang membuat manusia lebih tinggi dari segala hewan adalah peta dan teladan Allah. Lalu kenapa Allah tidak mengatakan perfectly good (sempurna baik) tetapi mengatakan sangat baik? Lalu mengapa Allah yang sempurna tidak menciptakan dunia yang sempurna sama seperti Dia? Mungkinkah  Allah yang sempurna menciptakan dunia sesempurna Allah sendiri sehingga identik?  Pertanyaan yang timbul: Allah baik tetapi tidak Mahakuasa,  Allah Mahakuasa tetapi tidak Mahabaik, Allah yang Mahakuasa dan  Mahabaik tetapi tidak bisa menciptakan dunia yang sempurna.

Ini adalah pertanyaan dalam pergumulan saya, maka hari ini saya memberikan jawaban di Surabaya. Allah Mahabaik, Allah Mahakuasa dan Allah menciptakan dunia yang sangat baik. Allah tidak menciptakan dunia 100% sesempurna Dia. Apa sebab? Jawabannya ada 3 (tiga) hal, yang berasal dari seorang Jerman 300 tahun lalu, yaitu Leipnisch:

  1. Mengapa Allah yang sempurna tidak menciptakan dunia yang sempurna? Kalau Allah yang sempurna bisa menciptakan dunia sama sempurna seperti diri-Nya sendiri, sehingga yang dicipta sama dengan pencipta, bukankah berarti Allah mencipta Allah. Kalau demikian tidak  boleh! Yang dicipta bisa menjadi sangat baik tetapi tidak bisa menjadi sempurna baik.
  2. Jikalau Allah yang sempurna bisa menciptakan dunia sempurna seperti Dia, berarti Allah bisa sebagai Pencipta sekaligus yang dicipta. Ini tidak boleh! Karena Allah tidak mungkin yang dicipta, Allah hanya Pencipta. Maka yang dicipta tidak mungkin setara dengan Allah.
  3. Jika Allah yang sempurna mungkin mencipta Allah yang sempurna seperti Dia sendiri, bukankah berarti ada 2 Allah, yang satu pencipta yang satu ciptaan. Ini tidak boleh! Allah  adalah Allah yang Esa.

Jawaban sebenarnya ada dalam Kitab Suci. Dalam hukum pertama dari 10 Hukum Allah, berkata Aku adalah Allahmu, diluar-Ku tidak ada Allah. Diluar-Ku di sini adalah ciptaan. Ciptaan bukan Allah, maka ciptaan tidak sama dengan Allah. Ciptaan itu bukan Allah, maka ciptaan bukan Pencipta. Ciptaan bukan Allah, maka Allah itu Esa. Ada buku berjudul “All truth is God truth“. Semua kebenaran yang bisa dikupas oleh filosuf, sastrawan, pujangga, ilmuwan, sebenarnya itu adalah yang diciptakan oleh Allah yang sudah diwahyukan Allah dalam Kitab Suci. Kita hanya menemukan, baru tahu, sebelum filsuf mengetahui Tuhan sudah memberitahu. Itu sebab yang dicipta tidak mungkin sama sempurna seperti Allah sendiri. Itu sebab yang dicipta paling tinggi disebut “sangat baik”  tetapi tidak mungkin “sangat baik”.Kita mengeluh karena ada bagian kekurangan. Bagian  kekurangan ini bukan karena Tuhan tidak menciptakan sempurna tetapi karena kita merobek-robek kemuliaan Tuhan, kita telah hutang kemuliaan Tuhan. Inilah namanya dosa. Pada waktu saya umur 13tahun, saya melihat suatu perangko Perancis. Seorang ibu menggendong anak, melihat ke langit lalu di bawah tertulis “Mengapa Allah memberikan peperangan kepada manusia.” Saya kaget, lalu membawa perangko itu pulang dan terus melihat, benarkah tulisan ini. Benarkah Allah yang memberikan peperangan, atau manusia yang memberikan perang? Yang perang manusia, yang dimaki-maki Tuhan Allah. Ini namanya kurang ajar! Alkitab berkata bahwa Allah telah menciptakan sangat baik,  tetapi dunia ini menjadi very bad (sangat jahat), dari mana ini?  Segala kejahatan, pencurian, perampokan, perkosaan, sejak ada  VCD/DVD film-film porno, homosex, lesbian, maka pemuda-pemudi sudah lebih cepat mengetahui sex, dan lebih berani  memperkosa berlipat ganda. Kemajuan teknologi telah membawa kemerosotan moral kepada generasi ini. Tuhan memberikan  bijaksana, kita menggunakan  teknologi untuk menyiarkan  pornografi. Kita menjadikan orang berdosa lalu berani memaki  Tuhan.

Sekarang kita masuk ke point yang penting, yaitu tentang  perbandingan anugerah dan dosa. Saya tadi berkata, dosa adalah  sesuatu kekurangan kemuliaan Allah setelah dicipta sangat baik dan manusia melanggar serta melawan Tuhan. Mari kita perhatikan  kalimat penting ini: Anugerah dari luar, dosa dari dalam. Anugerah dari surga, dosa dari nafsu diri. Dengan sumber berbeda ini, maka kita harus melihat status yang sama sekali bersifat kualitas sehingga kita mengetahui bahwa kita bertanggungjawab atas dosa kita. Itu sebab tidak agama yang lebih jelas dari ajaran Tuhan Yesus, jikalau engkau tidak menyangkal diri dan memikul salib maka engkau tidak layak mengikut Aku dan menjadi murid-Ku. Jawaban yang tuntas sudah dinyatakan oleh Tuhan Yesus: dirimu. Jangan mengaku dosa orang lain. Jangan mengaku dosa karena setan (setan zinah, setan judi keluarlah supaya saya suci). Yang berjudi bukan setan tetapi kamu sendiri, yang berzinah bukan setan tetapi kamu sendiri. Itu sebab Alkitab berkata jikalau kita mengakui dosa kita sendiri, maka Allah yang setia dan adil akan mengampuni segala dosa. Dosa dari diri, anugerah dari Allah. Itu sebab kalau menerima  anugerah itu bukan jasamu, tetapi kalau engkau berdosa itu karena  dirimu sendiri. Surat Yakobus adalah hamba Tuhan yang  menjelaskan bahwa sumber dosa adalah dari nafsu yang dibuahi.  Seperti sel telur dibuahi sel sperma menjadi janin, demikian nafsu  dibuahi menjadi janin dosa.  Saya tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala saya, tetapi saya berhak melarang burung membuat sarang di kepala saya.  Kalau nafsu sudah terbang menggoda, lalu engkau menerima dia,  berarti engkau rela dibuahi nafsu. Kalau dirimu yang seharusnya  kembali kepada diri Allah, tetapi engkau tidak mau kembali, engkau  menerima nafsu, maka akhirnya nafsu itu menjadi dosa.  Nafsu ingin punya uang tidak salah. Anak remaja ingin  menikah, tidak salah. Anak muda ingin mengetahui sex, tidak salah.  Kalau nafsu makan ada maka saya ke rumah makan. Kalau saya ada  nafsu sex maka saya perlu menikah. Kalau tidak ada nafsu, bagaimana bisa melahirkan anak. Itu tidak salah, tetapi nafsu yang  tidak dijalankan di jalur Tuhan, itu menjadi bibit dosa. Nafsu yang beres adalah hidup yang menikmati sex dengan istrimu dengan  pernikahan yang sah. Nafsu yang buruk adalah engkau menginginkan persetubuhan dengan wanita yang bukan milikmu  sebelum engkau nikah. Sehingga semua emosi dan nafsu yang baik,  kita bersyukur kepada Tuhan. Tetapi emosi dan nafsu yang buruk  akan berbuah dosa dalam diri kita sendiri. Engkau mengatakan engkau berdosa karena ada setan. Jikalau tidak ada setan maka tidak  ada menggoda saya berbuat dosa. Salah! Bukankah itu berarti  engkau berdosa karena setan, maka setan yang berdosa pasti karena  ada setannya setan. Setannya setan yang berbuat dosa pasti ada setannya setannya setan.

Surat Yakobus berkata bahwa kita berdosa  karena digoda oleh nafsu diri, sehingga menjadi bibit yang membuahi dosa dalam diri kita. Nafsu membuahi diri, akhirnya dosa terjadi, langsung berkembang,  makin matang, akhirnya dosa membawa maut.  Dosa dari nafsu, anugerah dari Tuhan. Tidak ada orang yang  boleh berkata kepada Tuhan, mengapa mencipta saya yang berdosa.  Kalau Tuhan ingin menciptakan engkau yang tidak mungkin berdosa itu gampang. Dia menciptakan boneka atau patung atau  robot sudah cukup. Karena boneka, patung, robot tidak berbuat  dosa. Kalau engkau berkata, mengapa Tuhan menciptakan  kebebasan kepadaku, kalau saya tidak ada nafsu, kalau saya tidak  ada kekebasan saya tidak mungkin berdosa. Mengapa Engkau tidak  menciptakan saya yang tidak ada nafsu dan tidak ada dosa. Jikalau  manusia tidak ada kebebasan, maka manusia tidak akan mempunyai  moral, kalau manusia tidak mempunyai moral maka manusia tidak mungkin mempunyai nilai rohani.

Kebebasan ada pada diri manusia,  tetapi kembalikan kebebasan itu kepada Allah. Saya mempunyai  kebebasan, saya harus menaruh kebebasan di bawah kedaulatan  Tuhan. Saya punya hak pilih, namun saya harus meletakkan di  bawah kehendak Tuhan.  Yang disebut iman di mimbar, yang disebut penyerahan artinya  menyerahkan di bawah kehendak Tuhan. Dalam diri saya ada nafsu  yang tidak bisa dikendalikan, maka saya melawan diriku dan  menyerahkan diri saya kepada Allah. Di situlah jawabannya. Pada waktu Yesus di Getsemani, Yesus berkata “singkirkan cawan ini  dari Aku, namun bukan ini kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu yang  jadi.” Yesus menaruh diri-Nya  ke dalam diri-Nya Bapa. Lebih  gampang memberikan uang daripada menyerahkan diri. Lebih gampang mengatakan aku mencintai Allah daripada menaruh seluruh diri kepada Allah. Yesus menjadi teladan dan Juruselamat  kita dalam hal ini. Manusia yang tidak ada teladan, marilah  meneladani Kristus dalam penyerahan diri. Hari ini khotbah seperti  ini langka dan mungkin seumur hidup engkau tidak memikirkan  perbandingan antara dosa dan anugerah sejelas hari ini. Barangsiapa  hari ini tidak mengikuti nafsu diri namun menyerahkan ke dalam diri dan kehendak Allah engkau akan diselematkan. Tinggalkan hidup dosa dan menerima anugerah Yesus Kristus. Maukah  saudara?

 

Momen : KKR Surabaya 2004 Hari Ke-2

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

 

Sumber : https://www.oocities.org/thisisreformedfaith/artikel/pi_kkrsby2004.pdf