Nats : Yesaya 9:5-6

“Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api. Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”

Natal adalah tanda dari Allah agar manusia berhenti mencari Allah dengan usaha sendiri. Segala usaha manusia melalui agama adalah sia-sia. Maka dalam pandangan Allah tidak ada seorangpun yang mencari Allah (Roma 3:11), oleh karena itu Allah sendiri yang datang mencari manusia. Allah datang ke dalam dunia yang berdosa. Ini suatu paradoks yang tidak bisa dimengerti oleh manusia secara rasional. Kedatangan Allah dalam dunia adalah berdasarkan bijaksana Allah sendiri. Soren Aabye Kiekegaard (1813-1855) mengatakan bahwa Kristus merupakan paradoks yang ajaib dalam sejarah. Kristus menimbulkan suatu konsep kontroversial bagi manusia. Untuk mengerti-Nya hanya bisa melalui iman kepada Allah. Siapakah yang bisa percaya bahwa Juruselamat manusia adalah seorang bayi kecil, yang lemah lembut, hina, bahkan seakan tidak mempunyai hak azasi manusia?

Kita dilahirkan di tempat tidur yang baik dan telah disiapkan oleh orang tua di rumah atau di rumah sakit. Namun ketika Anak Allah datang ke dalam dunia, dilahirkan di dalam palungan kandang binatang. Secara rasional manusia tidak dapat mengerti hal ini. Namun dalam 1 Korintus 1:25 mengatakan, “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.” Bagaimana mencari Allah yang berkuasa? Bagaimana mendapatkan Allah yang bijaksana? Alkitab menyatakan justru Allah memilih jalan yang tampaknya bodoh, tidak bijaksana dan tidak mempunyai kuasa untuk menyatakan kemuliaan dan rencana-Nya yang kekal. Orang Majus dan para gembala menjadi orang-orang pertama yang beriman paradoks. Mereka datang kepada Sang Kristus kecil; mereka bersembah sujud kepada seorang Bayi.

Bagaimana mungkin ini terjadi? Sekarang banyak orang yang mau melihat dulu Tuhan mencurahkan berkat, melakukan mujizat, menyatakan kuasa penyembuhan, baru mau berbakti kepada-Nya. Seorang Bayi di palungan tidak menyatakan kuasa, mujizat dan berkat, demikian juga Yesus yang mati di kayu salib. Perhatikan beda rahim anak dara (virgin’s womb) dan kubur yang kosong (empty tomb). Seharusnya rahim seorang anak dara tidak terisi (mengandung), dan seharusnya kubur terisi. Namun Injil menyatakan kemuliaan Allah dengan hal yang sebaliknya. Kubur menjadi kosong dan rahim anak dara terisi. Keduanya terjadi karena kuasa Allah. Inilah tanda kekristenan yang tidak ada dalam agama lainnya. Injil hanya berada di dalam Kristus dan Kristus adalah yang diisikan oleh Allah di dalam rahim anak dara Maria. Inilah keajaiban dan kuasa Allah yang terbesar, tidak ada keajaiban lain yang dapat melampauinya. Tidak ada kuasa lebih besar daripada kuasa yang dikerjakan Allah dalam diri Yesus Kristus. Kelahiran Kristus merupakan interverensi Allah di dalam sejarah umat manusia. Sejarah manusia yang kacau, ruwet dan tidak beres,tetapi Allah berkenan datang ke dalamnya. Allah tidak hanya menciptakan dunia ini tetapi juga berkenan datang mengunjungi dunia ciptaan-Nya.

Sekitar 700 tahun sebelum Kristus lahir, nabi Yesaya yang digerakkan Roh Kudus menubuatkan kelahiran-Nya,”Seorang Bayi telah lahir untuk kita…” Bayi ini mempunyai nama yang mengherankan sekali: Ajaib (Wonderful), Penasehat Yang Agung (Counsellor), Allah Yang Berkuasa (The Mighty God), Bapa Kekal (The Everlasting Father), dan Putra Raja Damai (The Prince of Peace). Inilah yang dibutuhkan dunia, yang dicari-cari oleh agama, filsafat dan kebudayaan manusia. Beribu-ribu tahun manusia menunggu siapakah yang dapat memberikan perdamaian, nasihat yang terbaik, cara paling ajaib untuk melepaskan kita dari kebodohan, kuasa besar dan bijaksana yang kekal kepada umat manusia? Hanya Tuhan yang mampu memenuhi kebutuhan manusia akan hal-hal tersebut, melalui cara yang paradoks dengan konsep kemungkinan manusia yaitu melalui seorang bayi. Bayi yang tidak mempunyai senjata, lemah, menimbulkan ketidaktegaan untuk berbuat yang jahat atasnya. Bayi yang diberikan Allah kepada manusia bukan bayi biasa.

  1. Pertama, dikatakan Bayi ini Ajaib. Istilah “ajaib” dipakai pertama kali dalam Hakim-hakim 13:18. Ketika Manoah, ayah Simson menanyakan nama Malaikat Allah, yaitu Oknum Kedua dari Allah Tritunggal yang menyatakan diri kepadanya. Maka Malaikat Allah menjawab, “Mengapa engkau juga menanyakan nama-Ku?Bukankah nama itu ajaib?” Dia adalah keajaiban yang lebih besar daripada segala keajaiban dunia. Dan segala yang diperbuat oleh Kristus ajaib adanya.
  2. Kedua, Dia adalah Penasehat yang agung, yang memberikan segala nasihat dan bijaksana tak tertandingi, karena Dia adalah Allah, Sumber Bijaksana. Para filsuf berusaha mencari bijaksana, namun bijaksana yang sesungguhnya hanya ada dalam diri Allah sendiri. Hanya di dalam Kristus kita bisa memperoleh bijaksana. Sekarang Bijaksana itu datang ke dalam dunia sebagai seorang bayi.
  3. Ketiga, Allah yang berkuasa. Mungkinkah seorang bayi disebut Allah dan berkuasa seperti Allah? Meskipun manusia tidak dapat mengerti, tetapi inilah kebenaran. Allah menyatakan diri melalui cara yang sama sekali berbeda dari pemikiran manusia. Manusia menginginkan Juruselamat yang memiliki kuasa militer, kuasa politik yang besar. Tetapi Juruselamat itu datang melalui bayi yang lemah lembut. Pepatah Tionghoa mengatakan, “Orang yang sungguh-sungguh pandai, selalu nampak bodoh.” Orang yang mempunyai pengetahuan mendalam, tidak akan sembarangan mengutarakan pengetahuannya. Orang yang selalu menunjukkan dirinya pandai, sebenarnya orang bodoh. Ketika Allah menyatakan diri dan sifat-Nya dengan cara yang berbeda dari semua agama lain, Ia telah menyatakan bahwa kuasa terbesar dibatasi dalam diri seorang manusia; Firman telah menjadi manusia. Yang Mahakuasa telah menyatakan diri di dalam diri seorang Bayi yang seolah-olah tidak mempunyai kuasa apapun. Al Qur’an telah mencatat bahwa ketika orang Yahudi datang mengecam Maria dan menyatakan bahwa bayi yang dikandungnya haram, Maria menjawab, “Tanyakan sendiri kepada bayi ini jika Dia sudah lahir.” Sementara Alkitab tidak mencatat hal itu dan tidak menuliskan bahwa bayi itu menjawab, “Saya hasil naungan Roh Kudus atas ibu Saya, Maria.” Alkitab menyatakan Yesus tenang selama 12 tahun. Waktu Alkitab mencatat kalimat pertama yang keluar dari mulut Yesus, kalimat itu adalah kalimat terindah dan teragung dari seorang anak, “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Setelah itu Dia tenang kembali selama 18 tahun. Pada usia 30 tahun Dia keluar menyatakan kuasa Allah melalui penyembuhan, pembangkitan orang mati, penyataan mujizat yang tidak pernah dilakukan pendiri-pendiri agama lain, karena Dia adalah Allah Yang Mahakuasa.
  4. Keempat, Bapa Yang Kekal atau Bapa Kekekalan. Siapakah yang boleh menjadi Bapa Yang Kekal? Kalau kita mengatakan Abraham adalah bapa kita, ia adalah bapa iman. Adam adalah bapa jasmaniah kita yang pertama. Pepatah Tionghoa lainnya mengajarkan, “Kalau kita minum, ingat akan sumbernya; kalau kita mengalami sukses, jangan lupakan jasa-jasa orang yang memberikan sumbangsih kepada kita.” Maka banyak orang Tionghoa menyembah orang tua atau leluhur yang sudah meninggal. Sebagai orang Kristen kita tidak boleh berbakti kepada orang yang sudah meninggal. Namun mengingat jasa-jasa mereka yang sudah meninggal adalah wajar. Kalau kita mengingat sumber jasmani kita yaitu Adam, dapatkah Adam kita sebut sebagai bapa kekal? Tidak! Adam hanyalah bapa pertama dari umatmanusia, namun bukan bapa kekal. Kristuslah yang disebut Bapa Yang Kekal. Berarti Dia mempunyai kekekalan dan bersifat Ilahi; karena Dia adalah Allah sendiri, Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal. Dia adalah Bapa Yang Kekal, Sumber Kekekalan yang mampu memberikan hidup kekal kepada manusia.
  5. Kelima, Putra Raja Damai. Rakyat Indonesia bersyukur bahwa sejak tahun 1949 tidak ada peperangan yang berarti di Indonesia. Tetapi orang Indonesia yang berusia lebih dari 50 tahun, mengalami betapa sulitnya peperangan itu. Kalau seumur hidup kita tidak mengalami peperangan, bersyukurlah kepada Tuhan. Peperangan itu sangat menakutkan, yang mengakibatkan banyak perempuan menjadi janda, membuat banyak orang frustasi, bahkan gila. Perang Dunia I mengakibatkan kematian sekitar 7 juta manusia, termasuk para pemuda/i. Perang Dunia II mengakibatkan kematian sekitar 38 juta manusia. Akibat peperangan banyak orang merasa hidupnya tidak berarti lagi. Banyak yang bertanya, “Di manakah perdamaian? Mungkinkah manusia mampu mencegah pecahnya Perang Dunia III?” Gorbachev sudah mengerti sedikit mengenai dosa. Ia pernah menyatakan, “Kami, orang Rusia, berdosa pada waktu kamu mengirim tentara ke Afganistan.” Suatu kalimat yang tidak mudah keluar dari mulut seorang pemimpin besar seperti Gorbachev. Jika manusia lebih menginsafi kesalahan sendiri dan mengakui dosa, seharusnya dunia lebih mudah mencapai perdamaian.

Tetapi inipun tetap merupakan satu tanda tanya besar. Seorang sekjen PBB pernah berkata, “Saya tidak melihat adanya pengharapan untuk mencapai perdamaian dunia, kecuali terjadi suatu kebangunan rohani yang besar di seluruh dunia.” Agama, seks, kekayaan, dan kuasa merupakan penyebab peperangan di dunia sepanjang sejarah sampai sekarang, tanpa henti. Mungkinkah ini diselesaikan sehingga terwujud perdamaian dalam dunia? Jawabnya, “Mungkin, hanya di dalam Kristus!” Bertobatlah dari kebanggaan beragama tanpa pertobatan. Bertobatlah dari dosa seks dan emosi yang tak dikendalikan Roh Kudus! Bertobatlah dari perebutan harta dan kuasa, yang membuatmu mengabaikan rencana Allah yang kekal! Bertobatlah dari ambisi pribadi yang tidak berkenan kepada Tuhan! Bertobatlah dan kembalilah kepada Bayi Natal, Yesus Kristus!

Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

 

Sumber : https://www.reocities.com/thisisreformed/artikel/natal01.pdf