Yoh. 8 : 46  – 59

Di pasal ini, perdebatan antara  Yesus  dan  orang Yahudi  terus  memuncak. Karena  diantara mereka terdapat  benturan  konsep,  sehingga  saat  Yesus  ingin  memberi  pengertian,  mereka  tak  mau  mendengar,  bahkan  mengatai  Yesus: kerasukan  setan.  Tapi  Yesus  tak marah, tak  balas  dengan mengejak atau  menghina, hanya  berkata: “Aku tidak   dirasuk setan.  Aku  menghargai  BapaKu”  “Siapa  Kau?”  “Aku  adalah  sang  Pemberi  hidup.  Maka barangsiapa  menuruti  FirmanKu  (bukan  hanya  mendengar  FirmanKu. Karena  orang  yang mendengar  belum  tentu  mendengarkan.  Orang yang  mendengarkan  juga  belum  tentu  mengerti.  Orang  yang  mengerti  belum  tentu  mau mengimani  dan  orang  yang  mengimani  belum tentu  mau menjalankan) dia tak akan mati sampai selamanya”  “gila!  Musa,  Abraham  dan  semua nabi sudah  mati. Siapa  Kau berani  berkata seperti itu?”  Padahal Yesus sedang  memberitahu  mereka tentang perbedaan P.L dan P.B.: Taurat menvonis dosa.  Dan  upah  dosa  adalah  maut.  Tapi  Aku datang  membawa  injil,  memberimu  hidup kekal yang  melampaui  Taurat.  The  Old  Testament  condemn  you,  but The  New Testament will  release  you.  In  The  Old Testament,  you will die,  but  in  The  New Testament,  you will get the  eternal life. Tapi bangsa Yahudi menganggap diri mengerti  Taurat  dan  jadi  sombong. Kesombongan  agama  sering kali  membuat  orang beragama  jadi  jauh  lebih  bobrok  dari  orang  yang tak  punya  agama.  Maka  saya  tegaskan  lagi, jika  kau  hanya  berbangga,  karena  kau  adalah  orang Kristen  Reformed,  kau  lebih  buruk  dari  non  Kristen  bahkan  Ateis.

Sejarah  membuktikan,  orang  yang  paling  berani  berbuat  dosa,  membunuh, membakar  tempat  ibadah,  meledakkan bom bunuh diri….  bukan  orang  yang tak  punya  agama.  Melainkan  orang  beragama yang  melakukannya demi nama Allah.  Ingat akan apa  yang  pernah  alm.  Gusdur  katakan:  “aku  tak peduli  jihad atau jahit, karena sesungguhnya, ada  banyak  orang  yang  salah  mengerti,  yang mempermainkan  iman,  agama  dan  melakukan  dosa  besar”?  Bahkan  saat  salah sebuah  sekolah  teologi  dibakar,  ada  yang  kepalanya  dibacok, dia  menghimbau orang  Islam  buka pintu  untuk  orang  Kristen  yang  teraniaya  —  sangat  mengharukan.

Karena  kebesaran  jiwanya  itulah,  dia  dihormati oleh  orang  beragama  Budha,  Kristen, Katholik,  Hindu, dan puluhan juta orang NU. Sehingga saat  dia meninggal dunia, puluhan ribu orang melayat.  A  great man is not manipulating the religion to  do the evil things. Mengapa  orang  Yahudi  ingin  membunuh  Yesus?  Karena  mereka  arogan,  maka  waktu mereka  mendengar Yesus berkata: “barangsiapa menuruti firmanKu, dia  tak  akan  mati” mereka  marah: kurang ajar! Siapa  Kau? Tahukah Kau,  Abraham,  Musa, Yesaya, Hosea, Zefanya, Maleakhi….; semua  nabi  sudah  mati.  Apa  Kau  tak  akan  mati, bahkan  bisa  memberi  hidup kekal  pada  orang yang  menaati  firmanMu? GR  betul Kau!”  Jawab  Yesus:  “jika  kamu adalah  keturunan  Abraham,  kamu  pasti  datang  padaKu.  Karena  Abraham begitu  merindukanKu,  ingin  melihat  hariKu.  Dia  telah  melihatnya dan  bersukacita”  “ini  lebih  gila  lagi!  Mana  mungkin  Abraham  pernah melihatMu?”.  Mereka tak  dapat  mengerti  kata-kata  Yesus Kristus,  karena  bagi  mereka,  semua statemen  Yesus  tak masuk akal;  bagai kata-kata orang  yang  tak waras,  lalu menuding  Dia  kerasukan setan  —  penghinaan  besar.  Kalau mereka  tak  dapat  menerima  pemikiranNya,  mengapa  harus  menuding  Dia kerasukan setan?  Karena  manusia  memang  sering membiasakan  mulutnya berbicara sesuka hatinya.

Jadi  sebenarnya,  bukan  karena  Yesus mengatakan  sesuatu  yang  salah,  melainkan karena  otak  mereka  begitu  bebal,  menganggap kata-kataNya tak masuk akal. Tak masuk akalnya  siapa?  Akalku.  Dan tak  pernah  sadar,  kalau  akalnya  keras bagai  batu,  mana  mungkin menerima konsep  yang  berbeda?  Maka  jangan selalu  beranggapan,  semua pendapat  yang berbeda  dengan  pendapatmu  pasti  salah.  Belum tentu!  Banyak orang menyatakan pendapat benar,  tapi  ditolak  oleh  orang-orang sezamannya.  Copernicus  menemukan  kebenaran  Heliocentric bukan  Geocentric;  bukan  matahari  yang mengelilingi  bumi,  bumilah  yang  mengelilingi  matahari.  Orang mengecam dia:  ilmuwan  gila,  penentang gereja  dan  kebenaran  Alkitab,  lalu menghukum  mati dia!  Mengapa gereja  beserta  pimpinannya  melakukan  inkuisisi,  bahkan menganiaya  orang  yang  berbeda  pendapat dengan  begitu  kejam?  Membuat  seorang  Ateis  menuliskan di  bukunya:  mari  kita tinggalkan  gereja.  Karena  agama  Kristen  adalah  perintang  bagi  kemajuan  manusia,  mereka  menganiaya  ilmuwan  yang  benar,  melawan  kebenaran  sejati.

Dua  tahun silam, Katholik minta  maaf pada  seluruh  dunia  akan kesalahan yang mereka perbuat  terhadap  Galileo,  Copernicus,  Kepler. Masalahnya,  mengapa  harus menunggu  tiga  setengah  abad  baru  sadar  dan minta maaf?  Karena  rasa konfiden yang  kaku:  aku  tak  akan dan tak  mungkin  salah,  membuat  dia  mungkin  berbuat salah  terhadap  orang  yang  sebenarnya tidak   salah.  Tentu  tidak  semua  hal  seperti  itu. Tapi  khusus  di dalam  interpretasi  kebenaran,  tak  boleh dibelenggu oleh kekolotan agama.  “Kau kerasukan setan.  Karena  kataMu,  Kau  dapat  membuat  seorang  tak  akan  mati  untuk selamanya.  Siapa  yang  dapat  menerima statemenMu  ini?  Sebab  Abraham,  Musa, Yesaya  mati….  semua  nabi  sudah  mati. Siapa Kau,  berani-beraninya Kau menganggap diri lebih dari  mereka? Apalagi kataMu, leluhur kami: Abraham ingin  bertemu  denganMu.  Dan  setelah bertemuKu, dia penuh dengan  sukacita.  Ini  lebih gila  lagi!” “jika  kamu  adalah  keturunan  Abraham,  pasti  kamu  datang  kepadaKu.  Tapi kamu  tidak .  Itu membuktikan,  kamu  bukan keturunan  Abraham”  “Apa  kataMu,  Abraham bukan  bapa  kami?”  Yesus  terpaksa  mengatakan:  “bapamu  bukan  Abraham  tapi  setan”.  Jadi,  mereka  mengatai Yesus  kerasukan setan,  Yesus mengatai mereka  anak setan.  Apa  karena  Yesus dikatai  lalu  balas  mengatai mereka?  Bukan!  Dia memaparkan  fakta:  setan  adalah  pembohong dan  mereka,  juga  mengatakan  hal  yang  tidak  benar. Tapi  mereka  tak  menyadarinya, malah  mengira  Yesus  menghina  mereka.  Maka  mereka menggunakan  logika  yang  terakhir  untuk membantah  Yesus  habis-habisan:  “Kau  pernah bertemu  Abraham?  Berapa  usiaMu,  belum  lima  puluh tahun,  bukan?”.  Padahal,  usia  Yesus  baru tiga puluh sekian tahun,  mengapa  mereka mengira  Dia  sudah  berusia lima puluh tahun?  Karena  Dia  bekerja  berat.  Maka  kalau  seorang berkata  padamu:  “wah, umurmu  baru  dua puluh  lima tahun ya”  “tidak, usiaku empat puluh tahun” itu  artinya,  kau  telah bermalas-malasan  lima  belas tahun.  Karena  cara  Allah dan cara  manusia menghitung  memang  berbeda:  1.  setiap tahun baru, manusia  bersyukur  pada  Tuhan,  karena  Dia  menambahkan  satu tahun untuknya.  Tapi  di mata  Tuhan  justru  terbalik:  waktu kerjamu berkurang  satu tahun lagi.  Karena setiap  kali kau mengganti kalender baru, hidupmu  lebih  dekat kuburan satu  tahun.  2.  Manusia  memandang  setiap  pagi sebagai  hari yang  baru  baginya.  Tapi  Tuhan menghitung  hari  dari  saat  matahari terbenam,  maka tertulis di Alkitab:  datang  malam dan pagi.  Itu  adalah  satu  hari  yang  baru.  Mengajar kita, setelah  mengalami ujian, penderitaan,  menderita  bagi  Tuhan,  barulah  kita  berhak  menikmati  terbitnya  matahari.  3.  manusia menjadikan  hari  Senin sebagai  awal  dari satu minggu.  Tuhan justru mengawali satu minggu  dari  hari  Minggu, dengan  ke  gereja,   berjumpa  dengan  Tuhan  untuk  memulai satu minggu  yang  baru.  Karena  di mata  Tuhan,  umur  kita  bukan  bertambah  melainkan berkurang,  maka  kita  harus  melayani  Tuhan dengan baik sampai akhir hidup kita.

Kata  mereka  pada  Yesus:  “umurMu  belum sampai  lima puluh tahun.  Padahal,  Yesus  baru berumur tiga puluh  sekain  tahun ,  tapi tampangNya seperti  sudah  berumur lima puluh  tahun.  Itu  artinya, Dia  giat  bekerja,  dalam  tiga  setengah  tahun  itu, Dia  melakukan  pekerjaan  yang orang lain lakukan dalam  waktu  +  dua  puluh tahun.  Maka  Dia  kelihatan  lebih  tua  dari  usiaNya.  UsiaMu  belum  sampai  usia  lima puluh tahun,  mengapa  kataMu,  Kau  pernah  bertemu  Abraham?  Kalau  kau memanggil  seorang perempuan  yang  berumur  tiga puluh  tahun dengan sebutan  “encim,  umurmu  lima puluh  tahun ya?”  tentu kau  akan  ditamparnya  sambil  katanya: apa sangkamu  aku sudah setua itu?  Tapi kalau  kau  mengatakan  pada  seorang  yang  sudah berumur lima puluh tahun:  kau  mirip anak  yang berumur delapan belas tahun,  tentu  hatinya berbunga-bunga.  Yesus  baru  berumur tiga puluh  sekian tahun  sudah  dikatai  lima puluh tahun adalah  satu  penghinaan,  bukan?  Tapi  Dia tak marah.  Karena  sukacitaNya  tak  terganggu  oleh penilaian, vonis  orang  terhadap  diriNya.  Omongan, penilaian  orang  tak  dapat  mengubah  fakta,  maka kita tak  perlu  takut  dikeritik,  dimarahi,  dikutuk  orang.  Ingat kata  orang Korea:  “before a man curse you, the curse is on  his  lip; kutukan itu terlebih dulu  melekat di bibirnya, baru  terlontar  dari  mulutnya.  Jadi,  kalau  kau memang  patut dikutuk, ya terimalah.  Tapi kalau kau  memang  tak patut  dikutuk, kutukan    akan kembali  dua kali lipat  padanya.  Sdr. Suhendro dari  GKY  pernah  bersaksi, waktu  saya berkhotbah,  datang  seorang  tukang sihir  yang  membenci kekristenan, duduk di baris  paling  belakang,  mengeluarkan ilmu sihirnya,  ingin menjatuhkan  saya.  Biasanya,  sihirnya sangat  manjur. Tapi  hari itu,  diapun  merasa  heran,  waktu  sihirnya sudah hampir mengena  wajah  saya,  mendadak  pecah.  Maka  dia  mencoba lagi  dengan  kuasa yang  lebih  besar. Kali ini,  bukan saja tak  mengena,  malah bagai  ada tangan  besar yang  menangkis,  membuat  kuasanya berbalik menghantam dirinya, dia  jatuh. Diapun mengaku, orang Kristen memang  berbeda,  apalagi  yang melayani  Tuhan,  seperti  Stephen Tong,  bukan  saja  tak  bisa  dijatuhkan  oleh  ilmu sihir,  malah  berbalik. Bukan karena  saya berkuasa,  melainkan  kuasa  Tuhan  menyertai  kita, amin?  Maka  Yesus mengatakan  statemen,   you little group, do not be  afraid  pada  orang  Kristen  zaman  itu  yang minoritas,  yang  dianiaya  oleh:  1.  orang Yahudi,  yang  berbeda  pendapat  agama  dengan mereka.  2. Orang  Romawi,  yang tak  mau  memberi kekecualian  pada  orang Kristen  seperti  yang mereka  berikan  pada  orang Yahudi.  Dimana orang Yahudi  diizinkan  untuk  tetap memanggil  Allah  sebagai  Tuhan;  tak  memanggil  Kaisar sebagai  Tuhan.  Jadi,  bukan  pemerintah  Bei Jing yang  mengawali  policy  satu  negara  dua  system terhadap  Hong Kong,  mengizinkan  Hong Kong menjual  buku  yang  mencaci-maki Komunis,  membentuk Partai  Demokrasi yang tak  sepaham dengan  pusat.  Melainkan  kerajaan  Romawi. Karena  mereka  menemui,  di  wilayah jajahan  mereka,  hanya  orang Yahudi  yang  bersikeras,  meski dibunuh,  darahnya disiramkan ke mezbah,  mereka  tetap tak  mau memanggil Kaisar sebagai Tuhan.  Tentu  mereka juga  tak  mungkin membunuh  seluruh bangsa itu. Karena takut  dituding oleh  seluruh  dunia  melakukan  genocide.  Maka  mereka  membebaskan  orang Yahudi  dari peraturan  memanggil kaisar sebagai  Tuhan.  Tapi tiga, empat puluh tahun  kemudian,  diantara orang  Yahudi  muncul  satu  kelompok orang yang  memanggil  Yesus,  yang  di mata  mereka  adalah manusia yang berdarah-daging itu sebagai  Tuhan.  Tak sama  dengan  Yahwe;  Allah  yang  di sorga,  yang  orang Yahudi  percaya  sebagai  Tuhan; Lord, Adonai,  Yehovah adalah  Tuhan  yang tak nampak.  Maka  orang  Romawi  menganggap  apa  yang orang Kristen  lakukan  itu  sebagai  sejenis  pemberontakan.  Itu sebab  Pilatus  bertanya  pada Yesus:  “apakah  Kau raja orang Yahudi?”  “ya” —pemberontak.  Dan  tambahNya:“tapi  KerajaanKu  bukan  di  dunia”.  Maka  Pilatus  stop,  tidak menanyakan  lebih  lanjut:  apakah  Kau  Anak  Allah?  —  soal  agama.  Karena  dia  tak  mau  tahu soal  agama,  hanya  mau  tahu,  apakah  Dia  Raja  orang Yahudi?  Sebab  bila  orang Yahudi  punya  raja,  itu menandakan  mereka  memberontak  pada Kaisar  dan harus  ditumpas.  Maka  jawaban  Yesus  begitu  teliti:  I am the King of Judah, but I am  not  establishing  My Kingdom on this earth.  Itu sebab,  policy  satu  negara  dua  sistem  tak  mereka berlakukan  pada diri  orang  Israel  yang memanggil  Yesus  sebagai  Tuhan.  Mengapa? Karena  orang  Romawi  tak  bisa  menerima  orang menyebut  Yesus  yang  bagi  mereka  adalah manusia  itu  sebagai  Tuhan.  Maka  penganiayaan  berlaku  atas  diri  orang Yahudi  Nasrani;  orang Yahudi yang  percaya Yesus.  Kata  orang  Yahudi  pada  Yesus Kristus: “umurMu  belum  lima puluh tahun,  mana  mungkin  Kau  pernah  bertemu  dengan Abraham?”  Sama halnya kalau  saya  mengatakan padamu:  dulu,  saya pernah  bertemu  dan  ngopi  dengan  Kongfuzu  di  Starbucks.  Tentu  kau  akan berpikir:  Kongfuzu  adalah  orang  yang  hidup  dua  ribu lima ratus  tahun  silam, mana  mungkin  pak  Tong  pernah  ngopi  bersamanya?  Apalagi  Yesus Kristus  menambahkan  satu  kalimat,  yang  hanya muncul  satu kali di  Kitab Suci  dan  hanya diucapkan  oleh  Dia,  Firman  yang  menjadi daging:  “verily, verily I tell you, before Abraham  was  (past tense)  I am (eternal present tense,  yang tak  akan  berubah  sampai  selamanya)”.  Istilah  “I  am”  di bahasa Ibrani  juga  mengacu  pada  “Aku  adalah  Aku,  yang  ada  pada  diriKu  dari  kekal sampai  kekal”.  Saat  kita  menyelaraskan statemen ini  dengan  statemen  sebelumnya:  barangsiapa mentaati  perintahKu, dia  tak  mati  sampai selamanya.  Barulah kita mengerti,  ternyata  Yesus sedang  memproklamirkan  diri:  I am  the eternal  One,  Who  grant you the  eternal life.  Because I  am  the eternal existence, so I give you  the  existence, which make you be  with  Me for  ever. Satu  kebenaran  yang  begitu  dalam  dan  begitu sulit,  tapi  klop  satu  dengan  yang  lain.  Tapi sayang, mereka  tak  mau mengerti,  bukan  tak  bisa mengerti.  Karena  barangsiapa  rindu  untuk mengerti,  Tuhan  akan  memampukan dia  mendapatkan pengertian  yang  lebih  dari apa yang dia  dapat  mengerti.  Tapi  jika  seorang  tak  mau  tahu,   Tuhan  akan  membiarkanmu  tak  tahu sampai mati, bahkan sampai  selamanya.  Ay. 58 ini juga klop  dengan  satu ayat  di P.L.:  yong zai de shang di;  Allah  yang  dari  dulu sampai  selama-lamanya  ada.  Dan satu ayat di  P.B.:  Ibr.13:8.  P.L.  menyatakan  Allah  itu  kekal,  P.B.  menyatakan  Kristus  itu  kekal.  Kekal  berarti itu  tak  perlu  dan  tak  pernah  perlu  berubah;  Dia  terus  sama.  Saya  sangat  senang  akan  satu  ungkapan bahasa  Indonesia:  “mari  kita mengabadikan diri” — diambil foto dan dikenang secara  abadi,  tak  akan  membuatmu  jadi  tua  atau  keriput;  terus   sama.  Tapi  orang  yang sesungguhnya,  tetap  akan  jadi  tua.  Mengapa?  Karena  kita  adalah  manusia  yang  hidup  di  dalam proses.  Sementara  Yesus Kristus,  Allah,  tak berubah  dari  kekal  sampai  kekal.  Maka  waktu  Musa  bertanya:  “Tuhan,  orang Israel  pasti  akan bertanya  padaku,  siapa  yang  mengutus  kau menemui Firaun  dan  mengatakan:  keluarkan  bangsa  Israel  dari  tanah Mesir?  Maka  tell me  your name,  please”  Adakah  Allah  menjawab:  “tak perlu tanya”? Tidak! jawabNya: “tell them, I  am who I am”  Aku  adalah  Dia,  yang  ada  pada diriKu sendiri dari kekal  sampai kekal.  Yesus  mengakhiri pasal ini  dengan  statemen yang  hanya  Dia  katakan  satu  kali;  never again,  never repeated, never told by  other  person in the  history:  “dengan  sesungguhnya  Aku  berkata padamu, sebelum  ada  Abraham, Aku  sudah  ada”.  Mendengar  itu, seharusnya  orang Yahudi berlutut  padaNya,  mengaku Dia  adalah  Allah.  Tapi nyatanya,  mereka  mengambil batu  ingin melempari  Dia.  Karena  mereka  tak  dapat menerima  pengakuan  Yesus:  Aku  adalah  Allah yang  dari  kekal  sampai  kekal.  Bahkan  menurut mereka, Dia  sudah  melangkah begitu  jauh,  begitu kurang ajar, menyetarakan  diri  dengan  Allah yang  kekal.

Baru-baru  ini  terjadi  insiden,  ratusan  orang  mati  terinjak -injak .  Karena  memang  tubuh  manusia  tak  kuat  untuk  menahan  tindihan benda  yang  berat dan  keras, itu  membuat  semua  organ  di tubuhnya  jadi  gepeng, jantung  akan  pecah  dan  mati.  Apalagi  orang  yang  dilempari batu,  salah satu  hukuman  orang Yahudi  yang  paling  kejam  dan  menakutkan.  Kalaupun  tak mati,  dia  akan lumpuh  seumur hidup.  Maka  biasanya,  mereka akan  merajam  orang  dengan  batu  sampai  mati.  Hanya  satu kali,  setelah  Paulus  dilempari  batu,  sangka  mereka  dia sudah  mati, lalu menyeretnya ke luar kota.  Tapi  ternyata  dia  bangun  dan berjalan  masuk ke  kota  untuk  mengabarkan injil  lagi — mujizat besar, bukan?  Saat mereka  mau melempari Yesus  dengan  batu, kata  Alkitab,  Yesus  berlalu  dari  mereka.  Apa  maksudnya? Kalau belum  sampai  waktunya  untuk  mati,  jangan  mati konyol.  Saya  bersyukur pada  Tuhan,  karena  meski  saya  berkhotbah dengan  sangat  berani,  masih  Dia pelihara sampai hari  ini.  Kali ini ada  orang  datang  dari  Palopo  mengisahkan  kisah  di th.1966,  selesai  KKR  di  Ujung Pandang  yang  begitu  ramai  dikunjungi, saya  mengemukakan niat  untuk  mengadakan KKR  di Palopo” “jangan,  Palopo jauh sekali, 400 kilometer  dari  sini,  harus  ditempuh dua  hari  satu  malam. Mengapa  tak  menambah beberapa  malam  KKR di  Ujung Pandang  saja,  agar  lebih  banyak orang  mendengar  khotbahmu?”  “orang  di Palopo  juga  perlu  firman Tuhan”.  Ketua Majelis  gereja di  Ujung Pandang,  seorang  Kolonel,  berkata: “saya  tak  mengizinkan  kau  ke sana.  Karena  di  perjalanan  ke Palopo  terdapat  tentara pembelot  yang  sering keluar  membunuh  orang.  Khususnya  membunuh  hamba Tuhan,  orang Kristen”.  Maka saya  menulis surat  untuk  mama  saya:  “saya  ke  Palopo atas kamauan sendiri.  Maka  kalau sampai saya  mati,  jangan  salahkan  majelis di  Ujung  Pandang. Maka  akhirnya mereka membiarkan dia  pergi,  dengan  mengutus  seorang  polisi dan  seorang  CPM mengawal  saya  dengan  senapan,  dan  seorang  pendeta  yang  mengendarai mobil  Jeep menghantar  saya.  Mobil  harus  berjalan  di  bebatuan besar, bukan  jalan  aspal,   maka  jalannya lambat  sekali.  Kalau  tiba-tiba  ada  penjahat  muncul,  kami  tak  mungkin  lari.  Maka  saya berdoa,  menyerahkan  hidup  pada  Tuhan,  lalu  menikmati pemandangan  yang  luar biasa  indah.  Di sepanjang  jalan,  kami  tak  bertemu  dengan mobil. Jam 20.00, kami tiba di Makale, menginap  di sana.  Pagi  harinya,  kami  meneruskan perjalanan  ke  Palopo  +  lima jam.  Waktu  tiba di  kota  yang  dihuni ratusan ribu  orang,  barulah  kami  merasa  lega.  Saya  memimpin  KKR tujuh  malam,  membahas  tentang  Yesus Kristus  adalah satu-satunya  Juru selamat  di lapangan  terbuka. Saya  pernah  bertemu  dengan  seorang  tua  yang bertanya:  “kau  adalah  hamba Tuhan?”  “Ya” “sudah  50 tahun saya  tinggal  di  tempat  ini,  tak pernah  melihat  hamba Tuhan  Chinese.  Maka Saya bersyukur pada Tuhan, karena sebelum saya mati,  dapat  menyaksikan  seorang  muda  mengabarkan injil”.  Saya  sangat  terharu.  Saya bersyukur  pada  Tuhan,  karena  sekarang,  hamba-hamba  Tuhan  kita  yang  masih  muda juga  mengambil  semangat  memimpin  KKR  Regional  di lapangan  terbuka .  Dan  Tuhan  memakai  GRII,  di  tahun ini  saja,  sudah  menginjili  enam ratus  lima puluh dua ribu  orang  di KKR  Regional.  Tujuh malam itu,  saya  menyampaikan  Seri  Khotbah  Kristologi.  Di  hari  keenam,  seseorang bertanya:  “pak Tong,  sesudah  KKR anda  akan kembali  ke  Ujung Pandang?”  “ya”  “ada  orang yang  sudah  siap  membunuhmu.  Maka  jangan katakan  jam  berapa  bapak  akan  tinggalkan  tempat  ini.  Selesai KKR,  ada  yang  berbisik di  telinga  saya,  menganjurkan  saya  berangkat jam  04.00 pagi.  Maka  kami  berangkat jam  04.30,  hanya  dikawal oleh  seorang  tentara,  karena  yang seorang  bertugas di Palopo.  Sampai  +  jam 07.00 , kami  berada  di  tengah  pegunungan, diantara  Palopo dan Makale,  daerah  keluar-masuknya  para  tentara  pembelot,  pen  yang  ada di  tengah shock-baker  patah,  roda mobil bergeser ke  belakang, mengenai slebor dan tak bisa  jalan lagi.  Maka  saya  berdoa  menyerahkan  hidup  ke  dalam tangan   Tuhan.  Karena  daerah  itu  rawan,  maka saat mobil diperbaiki,  harus  tetap  ada  yang berjaga.  Saya  ikut  masuk ke kolong  mobil untuk menarik ban.  Tapi  mobil  baru  dua kilometer  dan  problem tadi timbul  lagi.  Padahal  perjalanan yang harus kami  tempuh masih tiga ratus delapan  puluh  kilometer.  Lalu  saya  berpikir, bagaimana  caranya agar mobil dapat tetap berjalan. Tiba -tiba  saya  melihat,  ada  orang  yang  menjemur pakaian  di atas  kawat.  Sayapun  ingin  membeli kawat itu  guna  mengikat roda mobil, agar  tak mundur  ke  belakang.  Awalnya dia tak  mau menjual,  akhirnya  dia buka  harga seratus kali lipat  harga kawat saat itu.  Kami  bayar  saja dan  memakainya  untuk  mengikat roda mobil,  meneruskan  perjalanan  kami.  Jam 23.00,  tiba di Pare-Pare,  istirahat.  Saat  bersyukur  pada  Tuhan,  karena mobil  tak  mengalami  gangguan  lagi.  Keesokan  harinya, pagi-pagi  sekali  kami  meneruskan perjalanan ke Ujung Pandang.

Sekarang, sewaktu pergi ke pegunungan di Brastagi,  Bandar Baru, di pedalaman Tapanuli, saya bertemu  orang-orang  lanjut usia  yang  bertanya:  “kau  dari  mana?”  “STEMI”  “apa itu STEMI?”  “Stephen  Tong…”  “oh,  waktu  berusia  20-an  tahun,  saya pernah mendengar  khotbahnya. Apa  sekarang  dia  masih  hidup?”  “masih”  “berapa  umurnya  sekarang?”  “70 tahun”  “masih  bisa  berjalan?” “Masih  berkhotbah  di  mana-mana  tempat:  New  York…”  “betul?”  “Ya”.  Saya  bersyukur  pada Tuhan,  karena  sudah  berumur 70 tahun,  tapi masih  diberi  anugerahNya  mengalami  banyak pengalaman melayani  Dia.  Yesus Kristus  hari  itu juga  tidak  mati.  Karena waktuNya belum  tiba. Kita  bersyukur  pada  Tuhan,  karena  pagi ini  kita bisa  menyelesaikan  pembahasan  Yoh.8.  Minggu  depan, kita lanjutkan dengan pembahasan Yoh.9.

(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

 

Sumber : https://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/jakarta/MRI1107.pdf