Nats : Yoh.  10 : 11 – 42

Yoh.10  adalah  pasal yang penting sekali, yang membahas  akan  interpersonal relationship ; hubungan  antar pribadi.  Ada lima  perumpamaan  penting  yang  Alkitab pakai  untuk  melukiskan  relasi  gereja dan Kristus: 1.  Kepala dan tubuh. 2. Fondasi dan bangunan.  3.  Suami dan isteri.  4. Pokok dan carang.  5.  Gembala dan domba. Diantaranya, ada  hubungan yang non organik: fondasi dan bangunan.  Ada hubungan yang  organik:  kepala dan tubuh.  Ada  hubungan interpersonal:  suami-isteri, gembala-domba. Kelima perumpamaan itu  mengajar  kita  untuk taat pada  perintah  Allah.  Di  Yoh.10,  Yesus  menjanjikan:  tanganNya  adalah  tempat  perlindungan  kita,  tak  ada  yang  dapat merebut  kita dari tanganNya dan tangan Bapa.  Karena Dia  dan Bapa satu adanya (ay.30).

Dia juga menegaskan:  Aku  berkuasa menyerahkan nyawaKu  dan mengambilnya  kembali  secara inisiatif  dan aktif  —  statemen yang tidak  kita  temui  di  bagian  lain  di  Alkitab kita dan    kitab agama  manapun di sejarah.  Karena  memang, selain Dia  tak ada  manusia yang  berkuasa  atas  nyawanya  sendiri.  Bukankah  Yesus Kristus  juga  ditangkap, dibunuh  —  pasif? Tidak!  Dia  menyerahkan nyawa  secara  aktif;  inisiatif.  Karena  Dia  adalah  Penghulu  hidup.  Keyakinan  itulah  yang  ada di  dalam  diri  orang-orang  Kristen  abad ke-1,  membuat  mereka menghadapi  penganiayaan  karena  iman  terhadap Yesus  dengan  berani  dan  gigih.  Josephus, sejarahwan Yahudi  ternama  yang  non  Kristen menuliskan:  1.  Yesus,  orang Nazaret  itu  telah ditangkap  dan  dibunuh. Tapi  pengikutNya  percaya:  Dia  adalah  Allah,  Dia bangkit  dari kematian dan  menyembahNya.  2.  aku tak  habis  pikir, mengapa puluhan tahun setelah Yesus mati, ada  banyak orang Romawi yang  percaya  Dia.  + th.68,  kaisar Nero  ingin  sekali  memugar  kota  Roma  yang  sudah  tertinggal, kumuh dan  miskin  itu  jadi  kota  modern dan menamainya: Neropolis (arti:  kota).  Dia  mengundang  para  arsitek  untuk merancang  Colosseum, gedung administrasi,  alun-alun,  istana….  lengkap  dengan  maketnya. Lalu membakar  kota Roma  yang  kumuh  dan  mengambing-hitamkan  orang Kristen  yang diajarkan  untuk  “mencinta musuh. Berdoalah  buat  orang yang menganiaya”.  Ulah Nero itu  membuat  semua  orang  di Roma membenci orang  Kristen.  Dan  Nero  mengira,  rencananya  berjalan mulus.  Tapi  menurut legenda, saat Petrus  meninggalkan kota Roma  yang  situasinya  mencekam,  dia  berpapasan  dengan  Tuhan Yesus dan tanyanya:  “quo vadis  (bahasa Latin,  artinya:  Tuhan  mau ke mana)?”  “ke kota Roma untuk  mati  kedua kali”  (tidak  benar.  Karena Yesus  hanya  mati  satu  kali. Tapi cerita itu memang  sangat  menyentuh  hati)  Mendengar  itu,  Petrus  berlutut: “kalau begitu,  biar aku saja yang ke  sana”.  Saat itu,  ada  banyak  orang Kristen  yang dibakar hidup-hidup,  dimangsa  oleh singa…. Petrus berseru: “dengarlah,  hai  penduduk  kota  Roma, bukan orang  Kristen,  tapi  Nero  yang  membakar kota  ini”.  Merekapun  tersentak :  apa  yang  dia  katakan  benar,  orang Kristen  penuh  kasih,  cinta  damai….  sementara  Nero,  pernah  membunuh ibunya, isterinya. Maka  puluhan ribu  orang  beranjak  mencari  Nero,   dia  lari ke istana ,  mereka  menyusul, dan  diapun  bunuh diri. Petrus  ditangkap  dan  divonis mati, karena  dia  berani  menuduh kaisar di hadapan  khalayak ramai.  Tanya Petrus: “hukuman mati apa  akan  kalian jalankan  padaku?” “disalibkan”  “bolehkah aku memohon satu perkara:  jangan salibkan aku sama  seperti  Tuhanku,    salibkanlah   aku  dengan  posisi terbalik: kepala dibawah.  Karena  aku tak layak  mati dengan  cara yang  sama seperti  Tuhanku”. 3. Saat  orang-orang  Kristen  berhadapan  dengan singa-singa yang sengaja dibuat lapar berhari-hari.  Saya  menyaksikan  satu  hal  yang  aneh:  mereka bukan lari, malah memuji Yesus. Mereka  menghadapi  “kematian”  bagai  pulang sorga. Legenda  lain:  setelah  Nero membakar  orang  Kristen,  malam  harinya  dia  mendatangi  arena  pembantaian dan kaget sekali,  melihat  wajah dari jasad di sana  tersenyum,  diapun berseru  bagai  orang  kerasukan  setan:  why do you smile?  Itulah keajaiban di sejarah, yang belum pernah terjadi di masa  sebelum  Yesus,  juga  tak  pernah  ada di  agama  lain.  Karena  hanya  orang Kristen  yang berpegang  pada  janji  Tuhan,  meski  mengalami penderitaan besar;  iman  mereka  diuji  dapat  tetap  tersenyum.

Saat mereka  ingin  melempari Yesus dengan baru, Dia  berkata  dengan  tenang:  “Aku  sudah melakukan banyak  hal  yang  bajik.  Hal bajik mana  yang  menyebabkan  kalian  ingin  melempari  Aku  dengan  batu?”  jawaban mereka  sama sekali tak  logis:  “kami ingin  melempariMu  dengan batu,  bukan  karena  hal bajik  yang  Kau  lakukan….”  Jadi,  mereka  mengakui,  kebajikan  yang  Yesus  lakukan,  tapi  mengapa mereka ingin melempariNya dengan  batu?  Karena  mereka menganggap  Dia  menghujat  Allah.  Karena  Dia, manusia  biasa  tapi  berani  mempersamakan  diriNya  dengan  Allah.  Jadi,  keyakinan  manusia yang  didasarkan atas  pemahaman  yang  salah  tentang  firman  itu  membuat  mereka  jadi  congkak, sampai  berani  melawan  Tuhan.  Maka  saya berulang kali  mengatakan: agama  memang berbahaya. Kalau  orang  beragama  tak memahami ajaran  agamanya dengan  benar, dia  dapat  jadi beringas. Itu sebab, Yesus Kristus bukan dibunuh oleh  orang  Ateis  atau orang  jahat,  tapi  pemimpin  agama  yang  merasa  diri  paling  mengerti  Taurat,  diangkat  oleh  Tuhan  jadi  pemimpin  dan  guru agama bagi  kaumnya.  Merekalah  yang membunuh  Anak Allah  yang  Allah  utus.  Tentu hal itu membuat Allah Bapa di sorga sangat sedih. Karena  umatNya  menyeleweng  begitu  jauh, menjadikan agama sebagai kedok, guna menutupi  perbuatan  jahatnya.  Bahkan  berani  mengenakan  jubah  agama  dan  mengaku diri  “hamba  Allah”,  padahal bertindak sebagai musuh Allah. Itu sebab,  dua ratus lima  puluh  tahun  silam,  di Prancis  beredar  statemen:  banyak  dosa; kejahatan  yang mengerikan  tersimpan di  balik  jubah  pendeta. Tak jarang,  di  tempat  yang tak jauh dari  gereja Katholik  terdapat  rumah yatim-piatu.  Tempat untuk  menampung  anak-anak  dari  suster, pastor;  pemimpin  agama  yang  tidak  bertanggungjawab.  Tentu, bukan semua  pastor, suster  tidak  beres,  tapi yang  tidak  beres  juga tidak  terlalu  sedikit.  Dan  sesungguhnya,  di agama  apapun  terdapat  hal serupa.

Dulu,  saya  sangat  menghormati  para  biksu. Karena  Budha  adalah  agama  yang  paling  damai, maka  tak  banyak  peperangan  yang  terjadi  di  negara  Budhism.  Ada satu aliran  Budhisme  di  Tibet:  zang chuan fu jiao,  pemimpin  agama; orang  suci  mereka yang  tertinggi  disebut  Dalai Lama.  Waktu  saya  mendapatkan  satu patung yang  dituangi emas,  butan enam ratus  tahun silam;  +  masa Dinasti  Ming.  Yaitu patung  Lama  yang berbadan besar, merangkul dan berpandang-pandangan  dengan  wanita bertubuh  kecil  dan  bugil.  Saya  merasa  heran: apa  sih  yang dimaksudkan  oleh  si  pembuat patung  yang  satu ini,  bukankah  menurut  ajaran  Budha,  biksu  tak  diperbolehkan  menikah?  Dan waktu  saya balikkan  patung itu,  ternyata   alat kelamin  si Lama  masuk  ke  vagian  wanita  itu.  Saya  semakin  ingin  tahu,  karena  hal seperti ini pasti bukan  ajaran  Sakyamuni.  Apakah  setelah  agama  itu  tersebar  sampai  di  Tibet,  Lama diizinkan berhubungan  badan  dengan  wanita?  Setelah menyelidiki  baru  tahu,  ternyata  mereka menginginkan  pemimpin  agama  punya  kekuatan ekstra.  Caranya:  berhubungan  badan  dengan wanita  di bawah usia  20 tahun.  Karena  menurut kepercayaan  mereka,  saat air  mani  pria  menyatu  dengan  cairan di vagina  wanita  muda, tubuh  pria  jadi lebih  kuat; lebih jantan. Jadi ternyata, tak ada  pemimpin  agama  yang  benar-benar  suci.  Kecuali Yesus.  Karena  Allah  Bapa,  Allah  Anak,  Allah Roh Kudus  adalah  Allah  yang  suci.  Dan saat  Allah  Anak  yang  suci  jadi  manusia,  selama  tiga  puluh tiga  setengah  tahun hidupNya  mutlak suci;  tanpa  cacat.  Maka hanya  Dia;  satu-satunya pendiri  agama yang  berani  menantang:  “siapa diantara  kamu  yang  dapat  menunjukkan  dosaKu?”  Statemen  itu  tak  mungkin  keluar  dari mulut  Sakyamuni,  yang  sebelum  pergi  mencari kebenaran  sudah  menikah  dan  punya  anak.  Jadi,  semua  pendiri  agama  disebut  suci  bukan  karena mereka  tak  berdosa,  melainkan  karena  wajahnya  yang  angker  atau  tabu  membicarakan  hidupnya atau  memperkudus  dia.  Dan  yang disebut  tempat suci  adalah  tempat  yang  terasing, memberi kesan  mistis. Jesus is the only one, who  never commits sin.  He is  the most holy  person,  because is the  holy one of God.  Apalagi  setelah  mempelajari  Patung emas Lama  tadi,  semakin  menyadari:  Tuhan  Yesus  adalah  satu-satunya  sang  Kudus di dunia.  Tentu  bukan  maksud  saya  mengatakan, hubungan  seksual  tidak suci.  Karena  saat suami-isteri  yang  sudah  menikah di  hadapan  Tuhan  itu memelihara  kesucian  mereka  dalam  hubungan seksual, menikmati berkat Tuhan yang besar. Jadi,  bukan hanya  mulutnya  mengumbar istilah “suci”,  tapi  alat kelaminnya  dipakai  oleh  setan.  Zaman  ini,  ada  banyak  gereja  yang  menggembar-gemborkan  roh  suci,  tapi  hidup  dari pemimpinnya  tak  suci.  Mereka  hanya  pintar berpidato, mengumandangkan slogan yang  indah,  ide  yang  muluk-muluk,  tapi  tak  pernah  nyata  dalam hidup  mereka.  Masih ingatkah anda bahwa di seputar gedung ini terdapat  tulisan:  sola  scriptula, sola fide, sola gratia, solus kristos,  solideogloria — lima slogan yang kita warisi dari Martin Luther  itu  bukan  sekedar  untuk  main-main.  Tapi  untuk  mengingatkan  kita:  who are we?  Pengikut  Tuhan  Yesus,  wakilNya  di  dunia yang disaksikan oleh semua orang. Mari kita stop  untuk  memanipulasi, memutar-balikkan  kebenaran, memperalat  Alkitab  dan  Tuhan  Yesus, mau  berkata  padaNya  dengan sungguh-sungguh:  “aku mau mengabdi  Kau,  menjalani  perintahMu,  mengikut Kau dalam kesucian, amin?

Kata Yesus: “jika  kalian tak  percaya  padaKu,  percayalah  akan  apa  yang  Ku  lakukan”.  Yesus menyatakan:  fakta  hidup  adalah  lebih  penting dari  teori.  Jadi, mari  kita  membuktikan  substansi  hidup  Kristen kita sepadan  dengan  injil  yang  kita beritakan, mengajak  orang mengenal  Kitab Suci sekaligus  menyaksikan  hidup  kita,  benar menjalani  tuntutan  Kitab Suci.  Baru  kita  dapat jadi  saksiNya  yang  benar.  Kata  Yesus:  “Aku  telah  melakukan  begitu  banyak  hal  yang  bajik,  mengapa  kalian  ingin  melempar  Aku  dengan batu?”  “kami  ingin  melempariMu  dengan  batu,  bukan  karena  perbuatan  bajik Mu….”  itu artinya:  Kau  boleh  saja  berbuat  bajik.  Tapi  jangan menyebut Kau  adalah  Allah.  Sebab  itu  identik  dengan  menghujat  Allah.  Tapi  Yesus  memang adalah  Anak Allah,  mengapa  waktu Dia  mengatakan  kebenaran  malah  dituding menghujat?  Jadi,  apakah  kelemahan  dari keyakinan Yahudi?  Mendualismekan  perbuatan dan  proklamasi  Yesus;  mendualismekan  pernyataanNya:  Aku  adalah Anak Allah dan  mujizat;  tanda  bahwa  Dia  adalah  Allah.  Mereka menerima akan  mujizat  yang  Dia  lakukan,  tapi tak  mengizinkan Dia  menyebut  Allah  sebagai BapaNya.  Padahal,  kalau  Yesus  bukan  Allah,  mana  mungkin  Dia  melakukan  mujizat, menandakan  diriNya  adalah  Allah?  Masih ingatkah kalian  akan  pejabat  muda yang  berlutut di hadapan  Yesus  sambil  berkata:  “Guru  yang baik….”?  Yesus  bukan  memberitahu  dia,  kebajikan apa yang  harus  dia  lakukan,  malah  menegur  dia:  “mengapa  kau  menyebut  Aku “baik”,  padahal  yang  baik  hanya  satu:  Allah.  Saksi Yehovah  menafsirkan statemen  Yesus  itu: Dia  tak  menerima,  diriNya  disebut  baik  —tafsiran  yang  amat  bodoh.  Karena  di situ  Yesus ingin  memperjelas, kau  menyebut  Aku  baik adalah  karena  kau  tahu:  bahwa  Aku  adalah  Allah?  Kalau  tidak,  mengapa  kau  berani menyebut  Aku, yang  kau  pandang  sebagai  orang biasa  ini sebagai  “yang  baik”,  padahal  semua  manusia  tak  baik  adanya.  Bagi  orang  Tionghoa:  hanya  ada dua  jenis  orang  baik:  yang  baru  saja  meninggal  dan  yang  belum  lahir.  Maksudnya,  semua  orang  yang  hidup  tak  baik; berdosa. Kongfuzu-pun  mengatakan:  “siapa  yang  bisa tidak   berdosa?  Kalau  seorang yang  bersalah  berani  mengaku: aku  salah, dia  adalah  orang baik”. Tapi kata  Yesus:  kau  menyebut  Aku baik?  Ketahuilah,   yang  baik  hanya  satu:  Allah.  Maka kecuali  kau  mengakui  Aku  adalah  Allah,  jangan sembarangan  menyebut  Aku  baik.  Karena  bajik  itu  sifat ilahi, maka bajik dan sifat ilahi  tak boleh  diduakan.  Inilah  kunci  dari  statemen  Yesus  itu. Tapi orang Yahudi  justru  mendualismekan  God  and goodness.  Ingat:  God is good. Only God can  do good.  And those who truly good have  the  nature of God.  Tapi  mereka,  hanya  mau mengakui  Yesus  itu  bajik,  tapi  tak mau  mengaku bahwa  Dia, yang telah  melakukan  begitu banyak  kebajikan adalah Allah.  Jadi,  mereka hanya  mau  menerima  kebajikanNya  tapi  tak  mau  menerima Dia  adalah  Allah  —  sangat  kurang ajar,  bukan? Hal  yang  sama  juga  kita  temui di  zaman  ini,  ada  banyak orang datang ke gereja, bukan mau Tuhan, hanya  mau  berkatNya;  memandangNya  sebagai Santa Claus saja.

Ayat. 34-36, orang yang menerima firman  disebut anak  (diawali huruf  kecil)  allah,  mengapa  Aku  yang  datang dari  Allah  tak  boleh  menyebut  diri Anak  (diawali huruf besar) Allah?  Ini adalah  kutipan dari  Mazmur:  you are  gods.  Mengapa disebut  allah  (diawali huruf kecil)?  Karena  mereka  seperti  Allah;  allah  kecil  yang merepresentasikan Allah.  Siapakah mereka?  Orang-orang yang menjalankan kehendak Allah.  Lalu  mengapa  Aku;  Anak Allah,  sang  Kudus, yang  diutus  oleh  Allah  jadi  manusia,  tak  boleh  menyebut  diriKu  Allah?  Perhatikan:  God,  Who  send by God, is the second Person of Triune God.  Ada  beberapa  ayat  yang  senada, misalnya:  Ibr.1,  because  You hated  unrighteousness and You  loved  righteousness,, that is the reason,  God,  Your God anointed You with the ointment of joy  —  Allah  mengurapi Allah?  Mari  kita  menyelidiki Alkitab,  agar  semakin  mengerti  dengan  tuntas, bukan malah  menafsirkan  dengan  sembrono.  Ternyata,  konsep  tentang   Allah  Tritunggal  ada di  seluruh  Alkitab,  misalnya:  “suci,  suci,  suci”,  berapa  kali?  Tiga kali.  Yesus  berkata:  “Allah mengutus  Aku  dengan  RohNya….”  —  berapa Pribadi?  Tiga.  Yesus  memerintahkan  kita:  “baptislah  mereka  dalam  nama Bapa, Anak dan  Roh Kudus”  —  berapa  Pribadi?  Tiga.  Semua itu  mengacu pada Allah Tritunggal. Tapi kata  orang Saksi Yehovah,  ajaran  Allah  Tritunggal  bukan  ajaran  Alkitab,  hanya  buatan  orang Kristen. Padahal  dari  Kej.1,  Allah  berfirman,  dan  RohNya melayang-layang di  atas  permukaan air: Allah,  firman;  Allah  Anak dan  Roh  —  konsep Tritunggal  sudah  muncul di sana.  Karena kebenaran  di  Alkitab  adalah  kebenaran  yang konsisten,  tak  berkontradiksi satu  dengan  yang lain.  Puji Tuhan!  Manusia  dicipta menurut  peta  teladan Allah, jadi  dia  memang  mirip Allah.  Dan  orang-orang yang  menjalankan kehendakNya, yang mirip Dia disebut you are  gods.  Tapi  Yesus  Kristus, Dia  bukan mirip Allah, Dia adalah  Allah, induk dari peta teladan orang percaya (Fil.2).

Tapi  orang Yahudi menuding  Dia:  “gila”,  “kerasukan  setan”.  Karena  mereka  tetap pada  keyakinan  mereka:  manusia  tak  boleh  menyebut diri  Anak Allah.  Padahal  kalau  Yesus  hanyalah seorang  manusia  biasa, mana  mungkin  Dia;  seorang,  melakukan  tiga puluh lima kali  mujizat, lebih banyak dari akumulasi semua  mujizat  yang pernah dilakukan oleh Musa, Elia, Elisa dan…..  di  sepanjang  sejarah? Jadi  kalau  kau  masih  tak percaya  Dia  adalah  Allah, lalu  siapakah Dia?  C.S.Lewis,  yang  tadinya  ateis  itu   setelah  percaya  Kristus, menyerahkan diri  pada Tuhan, jadi tokoh  yang amat berpengaruh pada sastra Inggris dan  dunia perfilman itu  mengatakan:  “siapa  Yesus?  Hanya ada empat kemungkinan:  1.  Orang  gila. 2. Penderita  schizophrenic.  3.  Pembohong.  4. Pembual.  Setelah  didalami satu per satu,  ternyata  semuanya tidak  benar.  Yang benar:  He is God”.  Dan lanjutnya:  “if Jesus is not God,  then  please anwer me: who is He?”  —  tantangan yang  sangat mengagumkan, bukan?  Karena  except you   believe Jesus is God,  you can not  give the true  answer about  His work.  Karena  orang  gila,  penderita  schizophrenic,  penipu  ulung, pembual tak  mungkin  melakukan  apa  yang  Dia  lakukan: menyembuhkan orang  yang lumpuh tiga puluh  delapan tahun,  mencelikkan mata  orang  yang buta  sejak lahir!  Sebab fakta itu  fakta.  Fakta jauh  melampaui  teori-teori  yang  manusia  kemukakan  untuk  melawan  Yesus Kristus.  Di zaman ini,  memang  ada  banyak  orang  tak  percaya  pada Yesus Kristus,  bahkan  menghina,  menfitnah,  menolak  Dia.  Tapi  biar  kita,  murid  Yesus  yang  sejati,  yang benar-benar cinta Dia memakai hidup kita untuk menyumbat mulut mereka. Itulah yang saya  lakukan:  do everything to proof my God is a  true God,  to magnify Jesus Christ and His glory.  Memang  dua  opini  ini:  “Dia  dirasuk setan”  dan  “mana  mungkin  orang  yang  dirasuk setan  mencelikkan mata  orang  yang  buta sejak lahir?” akan  terus   eksis  sampai  dunia  kiamat, bahkan jumlah  orang  yang  melawan  Yesus  dan  orang yang  bersaksi  akan  terus bertambah. Biar  orang yang  betul-betul  cintai  Tuhan,  yang  memihak  kebenaran  mau  menyerahkan  hidupnya  untuk mengikut  Yesus  sampai  ajal.  Maukah, kau?  Jangan menipu diri dan jangan bercanda.  Ay. 40-42,  indah  sekali.  Mengapa  Yesus  ke  Yordan?  Karena  itu  adalah  tempat  Yohanes pembaptis  membaptis.  Perhatikan:  Yohanes pembaptis  tidak  pernah  melakukan  barang  satu  kali  mujizat.  Jadi,  jangan  terus  beranggapan:  tak ada  mujizat  sama dengan  tak ada  Roh Kudus, tak punya  kuasa  Tuhan.  Orang-orang  Karismatik  sangat  tahayul  pada  mujizat,  sehingga  mereka memaksakan  orang  bangun; sembuh dan  mengklaim  hal itu  sebagai  mujizat.  Padahal  ada  banyak  yang  dipalsukan:  dibikin-bikin  atau  dipaksakan:  kelihatannya  sembuh,  tapi  beberapa  hari  kemudian  kambuh  lagi.  Mengapa  harus berbuat  seperti  itu:  membuat sesuatu yang secara fenomena terlihat  hebat,  spektakular, padahal  faktanya  tidak  begitu.  Kita  harus  berani menolak  semua  hal  yang  tidak  didasarkan  atas  kebenaran!  Yohanes pembaptis tak sama dengan orang-orang Karismatik  zaman  ini, yang mengutamakan penyembuhan, mujizat. Karena dia, seumur hidup  tak  pernah  melakukan  barang  satu  mujizat.  Dia  hanya  berkhotbah  dan khotbah  tentang  Kristus. Karena  he did not come to introduce himself,  but  to witness and to glorify Jesus Christ, the  Lamb of God, who takes away the sin of the world. Dan  justru  karena  dia  terus  meninggikan Kristus, maka  meski  dia  tak  pernah  melakukan  barang  satu  mujizat,  tapi  tertulis  di  perikup  ini:  Yesus pergi ke  tempat  dia membaptis.  Dan saat  mereka melihat  Yesus,  mereka  teringat  akan  Yohanes pembaptis.  Sama  halnya  kelak,  setelah saya  meninggal dunia,  waktu kau mendengar   khotbah  di  tempat ini,  kau  akan  teringat:  dulu, Stephen  Tong  pernah  berseru-seru di  atas  mimbar ini.  Itulah  yang  terjadi  di  Yordan,  saat  mereka melihat  Yesus, mereka  teringat  akan  Yohanes pembaptis  dan  langsung  mengasosiasikan  Dia  dengan  kesaksian  Yohanes pembaptis.  Mengapa?  Karena  dulu,  Yohanes  pembaptis  terus  bersaksi bagi  Yesus,  membuat  pendengar  bagai  bukan  menyaksikan  Yohanes  tapi  Yesus  Kristus.

Seorang  murid  saya  setelah  membaca  buku  yang berjudul:  John Sung,  lalu  berkata  pada  saya:  “judul  buku  ini:  John Sung,  tapi  sesungguhnya,  di  buku ini  tak  ada  John Sung,  hanya  ada  si  penulis”  “apa  maksudmu?”  “penulis buku  hanya meminjam  nama  John Sung  untuk memperkenalkan  dirinya.  Maka  dia  bukan bercerita  tentang John Sung, tapi: “dulu, saya dan  John Sung pernah ke….”  “saya dan John Sung….” “saya membantu John Sung…” saya, saya, saya….  memperkenalkan  dirinya  begitu  hebat,  pernah hidup  sezaman  dengan  John Sung,  pernah melayani  bersama  John Sung…..”  Dari  dialog itu  saya  terpikir:  mungkinkah  kita  yang  berkhotbah  tentang  Yesus,  sebenarnya  bukan memperkenalkan  Yesus  tapi  memperkenalkan  diri?  —  dosa  egocentric  bercokol  di balik khotbah kita. Kali itu,  Yesus  ke  Yordan,  orang-orang  yang mengikuti  Dia  ke sana,  teringat  akan  Yohanes pembaptis, lalu  komentar  mereka:  “meski  Yohanes  pembaptis  tak  pernah  melakukan  satu  mujizatpun,  tapi  semua  yang  dia  katakan  tentang orang  ini  benar  adanya;  nothing false;  not  a  false  testimony,  everything spoken by John  the baptist  about this  Man  is  true”.  Dan banyak  orang percaya  Yesus Kristus.  Inilah satu  dari  dua ayat  di  Injil  Yohanes  yang  sangat  menggetarkan  hati saya:  1.  Karena mendengar  Yesus  berkata:  “Aku  sering  melakukan  hal yang  berkenan  pada BapaKu”,  banyak  orang  percaya  kepadaNya.  2. Karena  semua  kesaksian  Yohanes  tentang  Yesus itu  benar,  banyak  orang  percaya  kepadaNya.  Keduanya  tak  ada  sangkut-paut  dengan  mujizat. Perhatikan:  Yesus  melakukan  mujizat,  orang Yahudi  membenci Dia. Tapi  Yohanes  pembaptis, meski  tak  pernah  melakukan  mujizat,  hanya menyaksikan  Yesus  dengan  benar,  banyak  orang percaya kepadaNya. Puji Tuhan!  Hari  ini,  kita  mengakhiri  pembahasan  Yoh.10.  Minggu depan ,  kita  akan  teruskan  pembahasan Yoh.11,  Yesus  melakukan  mujizat  yang lebih  besar  dan  jadi  klimaks  bagi  ketetapan  orang  Yahudi untuk menghabisi Dia. Jadi Injil Yohanes  memaparkan  tahap demi  tahap  mengapa Yesus  harus mati: Yoh .5,  Dia menyembuhkan  orang yang  lumpuh  tiga puluh  tahun,  mereka  mulai ingin  membunuh  Dia. Yoh 9,  Dia  mencelikkan mata  orang  yang  buta sejak lahir,  mereka semakin  berniat  membunuh  Dia.  Dan  Yoh.11,  Dia  membangkitkan  Lazarus,  mereka membulatkan tekad untuk mengenyahkan Dia.  Tuhan  memberkati  kita,  setelah  mempelajari  Injil Yohanes,  iman  kita  jadi  semakin  kuat,  tak tergoyahkan oleh  siapapun. Amin?

(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)

Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/jakarta/MRI1119.pdf