Yoh.10 adalah pasal yang penting sekali, yang membahas akan interpersonal relationship ; hubungan antar pribadi. Ada lima perumpamaan penting yang Alkitab pakai untuk melukiskan relasi gereja dan Kristus: 1. Kepala dan tubuh. 2. Fondasi dan bangunan. 3. Suami dan isteri. 4. Pokok dan carang. 5. Gembala dan domba. Diantaranya, ada hubungan yang non organik: fondasi dan bangunan. Ada hubungan yang organik: kepala dan tubuh. Ada hubungan interpersonal: suami-isteri, gembala-domba. Kelima perumpamaan itu mengajar kita untuk taat pada perintah Allah. Di Yoh.10, Yesus menjanjikan: tanganNya adalah tempat perlindungan kita, tak ada yang dapat merebut kita dari tanganNya dan tangan Bapa. Karena Dia dan Bapa satu adanya (ay.30).
Dia juga menegaskan: Aku berkuasa menyerahkan nyawaKu dan mengambilnya kembali secara inisiatif dan aktif — statemen yang tidak kita temui di bagian lain di Alkitab kita dan kitab agama manapun di sejarah. Karena memang, selain Dia tak ada manusia yang berkuasa atas nyawanya sendiri. Bukankah Yesus Kristus juga ditangkap, dibunuh — pasif? Tidak! Dia menyerahkan nyawa secara aktif; inisiatif. Karena Dia adalah Penghulu hidup. Keyakinan itulah yang ada di dalam diri orang-orang Kristen abad ke-1, membuat mereka menghadapi penganiayaan karena iman terhadap Yesus dengan berani dan gigih. Josephus, sejarahwan Yahudi ternama yang non Kristen menuliskan: 1. Yesus, orang Nazaret itu telah ditangkap dan dibunuh. Tapi pengikutNya percaya: Dia adalah Allah, Dia bangkit dari kematian dan menyembahNya. 2. aku tak habis pikir, mengapa puluhan tahun setelah Yesus mati, ada banyak orang Romawi yang percaya Dia. + th.68, kaisar Nero ingin sekali memugar kota Roma yang sudah tertinggal, kumuh dan miskin itu jadi kota modern dan menamainya: Neropolis (arti: kota). Dia mengundang para arsitek untuk merancang Colosseum, gedung administrasi, alun-alun, istana…. lengkap dengan maketnya. Lalu membakar kota Roma yang kumuh dan mengambing-hitamkan orang Kristen yang diajarkan untuk “mencinta musuh. Berdoalah buat orang yang menganiaya”. Ulah Nero itu membuat semua orang di Roma membenci orang Kristen. Dan Nero mengira, rencananya berjalan mulus. Tapi menurut legenda, saat Petrus meninggalkan kota Roma yang situasinya mencekam, dia berpapasan dengan Tuhan Yesus dan tanyanya: “quo vadis (bahasa Latin, artinya: Tuhan mau ke mana)?” “ke kota Roma untuk mati kedua kali” (tidak benar. Karena Yesus hanya mati satu kali. Tapi cerita itu memang sangat menyentuh hati) Mendengar itu, Petrus berlutut: “kalau begitu, biar aku saja yang ke sana”. Saat itu, ada banyak orang Kristen yang dibakar hidup-hidup, dimangsa oleh singa…. Petrus berseru: “dengarlah, hai penduduk kota Roma, bukan orang Kristen, tapi Nero yang membakar kota ini”. Merekapun tersentak : apa yang dia katakan benar, orang Kristen penuh kasih, cinta damai…. sementara Nero, pernah membunuh ibunya, isterinya. Maka puluhan ribu orang beranjak mencari Nero, dia lari ke istana , mereka menyusul, dan diapun bunuh diri. Petrus ditangkap dan divonis mati, karena dia berani menuduh kaisar di hadapan khalayak ramai. Tanya Petrus: “hukuman mati apa akan kalian jalankan padaku?” “disalibkan” “bolehkah aku memohon satu perkara: jangan salibkan aku sama seperti Tuhanku, salibkanlah aku dengan posisi terbalik: kepala dibawah. Karena aku tak layak mati dengan cara yang sama seperti Tuhanku”. 3. Saat orang-orang Kristen berhadapan dengan singa-singa yang sengaja dibuat lapar berhari-hari. Saya menyaksikan satu hal yang aneh: mereka bukan lari, malah memuji Yesus. Mereka menghadapi “kematian” bagai pulang sorga. Legenda lain: setelah Nero membakar orang Kristen, malam harinya dia mendatangi arena pembantaian dan kaget sekali, melihat wajah dari jasad di sana tersenyum, diapun berseru bagai orang kerasukan setan: why do you smile? Itulah keajaiban di sejarah, yang belum pernah terjadi di masa sebelum Yesus, juga tak pernah ada di agama lain. Karena hanya orang Kristen yang berpegang pada janji Tuhan, meski mengalami penderitaan besar; iman mereka diuji dapat tetap tersenyum.
Saat mereka ingin melempari Yesus dengan baru, Dia berkata dengan tenang: “Aku sudah melakukan banyak hal yang bajik. Hal bajik mana yang menyebabkan kalian ingin melempari Aku dengan batu?” jawaban mereka sama sekali tak logis: “kami ingin melempariMu dengan batu, bukan karena hal bajik yang Kau lakukan….” Jadi, mereka mengakui, kebajikan yang Yesus lakukan, tapi mengapa mereka ingin melempariNya dengan batu? Karena mereka menganggap Dia menghujat Allah. Karena Dia, manusia biasa tapi berani mempersamakan diriNya dengan Allah. Jadi, keyakinan manusia yang didasarkan atas pemahaman yang salah tentang firman itu membuat mereka jadi congkak, sampai berani melawan Tuhan. Maka saya berulang kali mengatakan: agama memang berbahaya. Kalau orang beragama tak memahami ajaran agamanya dengan benar, dia dapat jadi beringas. Itu sebab, Yesus Kristus bukan dibunuh oleh orang Ateis atau orang jahat, tapi pemimpin agama yang merasa diri paling mengerti Taurat, diangkat oleh Tuhan jadi pemimpin dan guru agama bagi kaumnya. Merekalah yang membunuh Anak Allah yang Allah utus. Tentu hal itu membuat Allah Bapa di sorga sangat sedih. Karena umatNya menyeleweng begitu jauh, menjadikan agama sebagai kedok, guna menutupi perbuatan jahatnya. Bahkan berani mengenakan jubah agama dan mengaku diri “hamba Allah”, padahal bertindak sebagai musuh Allah. Itu sebab, dua ratus lima puluh tahun silam, di Prancis beredar statemen: banyak dosa; kejahatan yang mengerikan tersimpan di balik jubah pendeta. Tak jarang, di tempat yang tak jauh dari gereja Katholik terdapat rumah yatim-piatu. Tempat untuk menampung anak-anak dari suster, pastor; pemimpin agama yang tidak bertanggungjawab. Tentu, bukan semua pastor, suster tidak beres, tapi yang tidak beres juga tidak terlalu sedikit. Dan sesungguhnya, di agama apapun terdapat hal serupa.
Dulu, saya sangat menghormati para biksu. Karena Budha adalah agama yang paling damai, maka tak banyak peperangan yang terjadi di negara Budhism. Ada satu aliran Budhisme di Tibet: zang chuan fu jiao, pemimpin agama; orang suci mereka yang tertinggi disebut Dalai Lama. Waktu saya mendapatkan satu patung yang dituangi emas, butan enam ratus tahun silam; + masa Dinasti Ming. Yaitu patung Lama yang berbadan besar, merangkul dan berpandang-pandangan dengan wanita bertubuh kecil dan bugil. Saya merasa heran: apa sih yang dimaksudkan oleh si pembuat patung yang satu ini, bukankah menurut ajaran Budha, biksu tak diperbolehkan menikah? Dan waktu saya balikkan patung itu, ternyata alat kelamin si Lama masuk ke vagian wanita itu. Saya semakin ingin tahu, karena hal seperti ini pasti bukan ajaran Sakyamuni. Apakah setelah agama itu tersebar sampai di Tibet, Lama diizinkan berhubungan badan dengan wanita? Setelah menyelidiki baru tahu, ternyata mereka menginginkan pemimpin agama punya kekuatan ekstra. Caranya: berhubungan badan dengan wanita di bawah usia 20 tahun. Karena menurut kepercayaan mereka, saat air mani pria menyatu dengan cairan di vagina wanita muda, tubuh pria jadi lebih kuat; lebih jantan. Jadi ternyata, tak ada pemimpin agama yang benar-benar suci. Kecuali Yesus. Karena Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus adalah Allah yang suci. Dan saat Allah Anak yang suci jadi manusia, selama tiga puluh tiga setengah tahun hidupNya mutlak suci; tanpa cacat. Maka hanya Dia; satu-satunya pendiri agama yang berani menantang: “siapa diantara kamu yang dapat menunjukkan dosaKu?” Statemen itu tak mungkin keluar dari mulut Sakyamuni, yang sebelum pergi mencari kebenaran sudah menikah dan punya anak. Jadi, semua pendiri agama disebut suci bukan karena mereka tak berdosa, melainkan karena wajahnya yang angker atau tabu membicarakan hidupnya atau memperkudus dia. Dan yang disebut tempat suci adalah tempat yang terasing, memberi kesan mistis. Jesus is the only one, who never commits sin. He is the most holy person, because is the holy one of God. Apalagi setelah mempelajari Patung emas Lama tadi, semakin menyadari: Tuhan Yesus adalah satu-satunya sang Kudus di dunia. Tentu bukan maksud saya mengatakan, hubungan seksual tidak suci. Karena saat suami-isteri yang sudah menikah di hadapan Tuhan itu memelihara kesucian mereka dalam hubungan seksual, menikmati berkat Tuhan yang besar. Jadi, bukan hanya mulutnya mengumbar istilah “suci”, tapi alat kelaminnya dipakai oleh setan. Zaman ini, ada banyak gereja yang menggembar-gemborkan roh suci, tapi hidup dari pemimpinnya tak suci. Mereka hanya pintar berpidato, mengumandangkan slogan yang indah, ide yang muluk-muluk, tapi tak pernah nyata dalam hidup mereka. Masih ingatkah anda bahwa di seputar gedung ini terdapat tulisan: sola scriptula, sola fide, sola gratia, solus kristos, solideogloria — lima slogan yang kita warisi dari Martin Luther itu bukan sekedar untuk main-main. Tapi untuk mengingatkan kita: who are we? Pengikut Tuhan Yesus, wakilNya di dunia yang disaksikan oleh semua orang. Mari kita stop untuk memanipulasi, memutar-balikkan kebenaran, memperalat Alkitab dan Tuhan Yesus, mau berkata padaNya dengan sungguh-sungguh: “aku mau mengabdi Kau, menjalani perintahMu, mengikut Kau dalam kesucian, amin?
Kata Yesus: “jika kalian tak percaya padaKu, percayalah akan apa yang Ku lakukan”. Yesus menyatakan: fakta hidup adalah lebih penting dari teori. Jadi, mari kita membuktikan substansi hidup Kristen kita sepadan dengan injil yang kita beritakan, mengajak orang mengenal Kitab Suci sekaligus menyaksikan hidup kita, benar menjalani tuntutan Kitab Suci. Baru kita dapat jadi saksiNya yang benar. Kata Yesus: “Aku telah melakukan begitu banyak hal yang bajik, mengapa kalian ingin melempar Aku dengan batu?” “kami ingin melempariMu dengan batu, bukan karena perbuatan bajik Mu….” itu artinya: Kau boleh saja berbuat bajik. Tapi jangan menyebut Kau adalah Allah. Sebab itu identik dengan menghujat Allah. Tapi Yesus memang adalah Anak Allah, mengapa waktu Dia mengatakan kebenaran malah dituding menghujat? Jadi, apakah kelemahan dari keyakinan Yahudi? Mendualismekan perbuatan dan proklamasi Yesus; mendualismekan pernyataanNya: Aku adalah Anak Allah dan mujizat; tanda bahwa Dia adalah Allah. Mereka menerima akan mujizat yang Dia lakukan, tapi tak mengizinkan Dia menyebut Allah sebagai BapaNya. Padahal, kalau Yesus bukan Allah, mana mungkin Dia melakukan mujizat, menandakan diriNya adalah Allah? Masih ingatkah kalian akan pejabat muda yang berlutut di hadapan Yesus sambil berkata: “Guru yang baik….”? Yesus bukan memberitahu dia, kebajikan apa yang harus dia lakukan, malah menegur dia: “mengapa kau menyebut Aku “baik”, padahal yang baik hanya satu: Allah. Saksi Yehovah menafsirkan statemen Yesus itu: Dia tak menerima, diriNya disebut baik —tafsiran yang amat bodoh. Karena di situ Yesus ingin memperjelas, kau menyebut Aku baik adalah karena kau tahu: bahwa Aku adalah Allah? Kalau tidak, mengapa kau berani menyebut Aku, yang kau pandang sebagai orang biasa ini sebagai “yang baik”, padahal semua manusia tak baik adanya. Bagi orang Tionghoa: hanya ada dua jenis orang baik: yang baru saja meninggal dan yang belum lahir. Maksudnya, semua orang yang hidup tak baik; berdosa. Kongfuzu-pun mengatakan: “siapa yang bisa tidak berdosa? Kalau seorang yang bersalah berani mengaku: aku salah, dia adalah orang baik”. Tapi kata Yesus: kau menyebut Aku baik? Ketahuilah, yang baik hanya satu: Allah. Maka kecuali kau mengakui Aku adalah Allah, jangan sembarangan menyebut Aku baik. Karena bajik itu sifat ilahi, maka bajik dan sifat ilahi tak boleh diduakan. Inilah kunci dari statemen Yesus itu. Tapi orang Yahudi justru mendualismekan God and goodness. Ingat: God is good. Only God can do good. And those who truly good have the nature of God. Tapi mereka, hanya mau mengakui Yesus itu bajik, tapi tak mau mengaku bahwa Dia, yang telah melakukan begitu banyak kebajikan adalah Allah. Jadi, mereka hanya mau menerima kebajikanNya tapi tak mau menerima Dia adalah Allah — sangat kurang ajar, bukan? Hal yang sama juga kita temui di zaman ini, ada banyak orang datang ke gereja, bukan mau Tuhan, hanya mau berkatNya; memandangNya sebagai Santa Claus saja.
Ayat. 34-36, orang yang menerima firman disebut anak (diawali huruf kecil) allah, mengapa Aku yang datang dari Allah tak boleh menyebut diri Anak (diawali huruf besar) Allah? Ini adalah kutipan dari Mazmur: you are gods. Mengapa disebut allah (diawali huruf kecil)? Karena mereka seperti Allah; allah kecil yang merepresentasikan Allah. Siapakah mereka? Orang-orang yang menjalankan kehendak Allah. Lalu mengapa Aku; Anak Allah, sang Kudus, yang diutus oleh Allah jadi manusia, tak boleh menyebut diriKu Allah? Perhatikan: God, Who send by God, is the second Person of Triune God. Ada beberapa ayat yang senada, misalnya: Ibr.1, because You hated unrighteousness and You loved righteousness,, that is the reason, God, Your God anointed You with the ointment of joy — Allah mengurapi Allah? Mari kita menyelidiki Alkitab, agar semakin mengerti dengan tuntas, bukan malah menafsirkan dengan sembrono. Ternyata, konsep tentang Allah Tritunggal ada di seluruh Alkitab, misalnya: “suci, suci, suci”, berapa kali? Tiga kali. Yesus berkata: “Allah mengutus Aku dengan RohNya….” — berapa Pribadi? Tiga. Yesus memerintahkan kita: “baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus” — berapa Pribadi? Tiga. Semua itu mengacu pada Allah Tritunggal. Tapi kata orang Saksi Yehovah, ajaran Allah Tritunggal bukan ajaran Alkitab, hanya buatan orang Kristen. Padahal dari Kej.1, Allah berfirman, dan RohNya melayang-layang di atas permukaan air: Allah, firman; Allah Anak dan Roh — konsep Tritunggal sudah muncul di sana. Karena kebenaran di Alkitab adalah kebenaran yang konsisten, tak berkontradiksi satu dengan yang lain. Puji Tuhan! Manusia dicipta menurut peta teladan Allah, jadi dia memang mirip Allah. Dan orang-orang yang menjalankan kehendakNya, yang mirip Dia disebut you are gods. Tapi Yesus Kristus, Dia bukan mirip Allah, Dia adalah Allah, induk dari peta teladan orang percaya (Fil.2).
Tapi orang Yahudi menuding Dia: “gila”, “kerasukan setan”. Karena mereka tetap pada keyakinan mereka: manusia tak boleh menyebut diri Anak Allah. Padahal kalau Yesus hanyalah seorang manusia biasa, mana mungkin Dia; seorang, melakukan tiga puluh lima kali mujizat, lebih banyak dari akumulasi semua mujizat yang pernah dilakukan oleh Musa, Elia, Elisa dan….. di sepanjang sejarah? Jadi kalau kau masih tak percaya Dia adalah Allah, lalu siapakah Dia? C.S.Lewis, yang tadinya ateis itu setelah percaya Kristus, menyerahkan diri pada Tuhan, jadi tokoh yang amat berpengaruh pada sastra Inggris dan dunia perfilman itu mengatakan: “siapa Yesus? Hanya ada empat kemungkinan: 1. Orang gila. 2. Penderita schizophrenic. 3. Pembohong. 4. Pembual. Setelah didalami satu per satu, ternyata semuanya tidak benar. Yang benar: He is God”. Dan lanjutnya: “if Jesus is not God, then please anwer me: who is He?” — tantangan yang sangat mengagumkan, bukan? Karena except you believe Jesus is God, you can not give the true answer about His work. Karena orang gila, penderita schizophrenic, penipu ulung, pembual tak mungkin melakukan apa yang Dia lakukan: menyembuhkan orang yang lumpuh tiga puluh delapan tahun, mencelikkan mata orang yang buta sejak lahir! Sebab fakta itu fakta. Fakta jauh melampaui teori-teori yang manusia kemukakan untuk melawan Yesus Kristus. Di zaman ini, memang ada banyak orang tak percaya pada Yesus Kristus, bahkan menghina, menfitnah, menolak Dia. Tapi biar kita, murid Yesus yang sejati, yang benar-benar cinta Dia memakai hidup kita untuk menyumbat mulut mereka. Itulah yang saya lakukan: do everything to proof my God is a true God, to magnify Jesus Christ and His glory. Memang dua opini ini: “Dia dirasuk setan” dan “mana mungkin orang yang dirasuk setan mencelikkan mata orang yang buta sejak lahir?” akan terus eksis sampai dunia kiamat, bahkan jumlah orang yang melawan Yesus dan orang yang bersaksi akan terus bertambah. Biar orang yang betul-betul cintai Tuhan, yang memihak kebenaran mau menyerahkan hidupnya untuk mengikut Yesus sampai ajal. Maukah, kau? Jangan menipu diri dan jangan bercanda. Ay. 40-42, indah sekali. Mengapa Yesus ke Yordan? Karena itu adalah tempat Yohanes pembaptis membaptis. Perhatikan: Yohanes pembaptis tidak pernah melakukan barang satu kali mujizat. Jadi, jangan terus beranggapan: tak ada mujizat sama dengan tak ada Roh Kudus, tak punya kuasa Tuhan. Orang-orang Karismatik sangat tahayul pada mujizat, sehingga mereka memaksakan orang bangun; sembuh dan mengklaim hal itu sebagai mujizat. Padahal ada banyak yang dipalsukan: dibikin-bikin atau dipaksakan: kelihatannya sembuh, tapi beberapa hari kemudian kambuh lagi. Mengapa harus berbuat seperti itu: membuat sesuatu yang secara fenomena terlihat hebat, spektakular, padahal faktanya tidak begitu. Kita harus berani menolak semua hal yang tidak didasarkan atas kebenaran! Yohanes pembaptis tak sama dengan orang-orang Karismatik zaman ini, yang mengutamakan penyembuhan, mujizat. Karena dia, seumur hidup tak pernah melakukan barang satu mujizat. Dia hanya berkhotbah dan khotbah tentang Kristus. Karena he did not come to introduce himself, but to witness and to glorify Jesus Christ, the Lamb of God, who takes away the sin of the world. Dan justru karena dia terus meninggikan Kristus, maka meski dia tak pernah melakukan barang satu mujizat, tapi tertulis di perikup ini: Yesus pergi ke tempat dia membaptis. Dan saat mereka melihat Yesus, mereka teringat akan Yohanes pembaptis. Sama halnya kelak, setelah saya meninggal dunia, waktu kau mendengar khotbah di tempat ini, kau akan teringat: dulu, Stephen Tong pernah berseru-seru di atas mimbar ini. Itulah yang terjadi di Yordan, saat mereka melihat Yesus, mereka teringat akan Yohanes pembaptis dan langsung mengasosiasikan Dia dengan kesaksian Yohanes pembaptis. Mengapa? Karena dulu, Yohanes pembaptis terus bersaksi bagi Yesus, membuat pendengar bagai bukan menyaksikan Yohanes tapi Yesus Kristus.
Seorang murid saya setelah membaca buku yang berjudul: John Sung, lalu berkata pada saya: “judul buku ini: John Sung, tapi sesungguhnya, di buku ini tak ada John Sung, hanya ada si penulis” “apa maksudmu?” “penulis buku hanya meminjam nama John Sung untuk memperkenalkan dirinya. Maka dia bukan bercerita tentang John Sung, tapi: “dulu, saya dan John Sung pernah ke….” “saya dan John Sung….” “saya membantu John Sung…” saya, saya, saya…. memperkenalkan dirinya begitu hebat, pernah hidup sezaman dengan John Sung, pernah melayani bersama John Sung…..” Dari dialog itu saya terpikir: mungkinkah kita yang berkhotbah tentang Yesus, sebenarnya bukan memperkenalkan Yesus tapi memperkenalkan diri? — dosa egocentric bercokol di balik khotbah kita. Kali itu, Yesus ke Yordan, orang-orang yang mengikuti Dia ke sana, teringat akan Yohanes pembaptis, lalu komentar mereka: “meski Yohanes pembaptis tak pernah melakukan satu mujizatpun, tapi semua yang dia katakan tentang orang ini benar adanya; nothing false; not a false testimony, everything spoken by John the baptist about this Man is true”. Dan banyak orang percaya Yesus Kristus. Inilah satu dari dua ayat di Injil Yohanes yang sangat menggetarkan hati saya: 1. Karena mendengar Yesus berkata: “Aku sering melakukan hal yang berkenan pada BapaKu”, banyak orang percaya kepadaNya. 2. Karena semua kesaksian Yohanes tentang Yesus itu benar, banyak orang percaya kepadaNya. Keduanya tak ada sangkut-paut dengan mujizat. Perhatikan: Yesus melakukan mujizat, orang Yahudi membenci Dia. Tapi Yohanes pembaptis, meski tak pernah melakukan mujizat, hanya menyaksikan Yesus dengan benar, banyak orang percaya kepadaNya. Puji Tuhan! Hari ini, kita mengakhiri pembahasan Yoh.10. Minggu depan , kita akan teruskan pembahasan Yoh.11, Yesus melakukan mujizat yang lebih besar dan jadi klimaks bagi ketetapan orang Yahudi untuk menghabisi Dia. Jadi Injil Yohanes memaparkan tahap demi tahap mengapa Yesus harus mati: Yoh .5, Dia menyembuhkan orang yang lumpuh tiga puluh tahun, mereka mulai ingin membunuh Dia. Yoh 9, Dia mencelikkan mata orang yang buta sejak lahir, mereka semakin berniat membunuh Dia. Dan Yoh.11, Dia membangkitkan Lazarus, mereka membulatkan tekad untuk mengenyahkan Dia. Tuhan memberkati kita, setelah mempelajari Injil Yohanes, iman kita jadi semakin kuat, tak tergoyahkan oleh siapapun. Amin?
(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/jakarta/MRI1119.pdf