Nats : Yohanes 9 : 24-34
Semakin kita membahas pasal ini semakin merasa ngeri. Karena agama yang sangat penting, dan tak mungkin dihapus dari sejarah ini juga bisa berubah jadi sesuatu yang sangat mengerikan. Kapan? Saat orang menafsirkan agama secara harafiah dan melegalisasi, mematuhinya lebih dari mentaati pimpinan Roh Kudus yang dinamis. Karena keduanya: legalism and flexibel to follow the guidance of the Holy Spirit memang sangat berbeda. Bila orang percaya tak mengerti atau tak mau taat akan pimpinan Roh Kudus, dia akan jadi keras kepala, hakim yang menghancurkan.
Sebenarnya, Yesus Kristus datang untuk melepaskan manusia dari belenggu harafiah yang mematikan, mentaati pimpinan Roh Kudus yang menghidupkan; membawanya mengerti arti yang lebih dalam. Tapi pemimpin agama yang berpegang pada interpretasi agama secara tadisi tetap memandang Yesus melanggar hukum Sabat; dosa. Itulah yang membuat mereka tak dapat menerima anugerah yang baru. Kalau saja Yesus tak melakukannya di hari Sabat, tentu Dia tak akan mati, bukan?
Masalahnya: Yesus harus mengoreksi akan interpretasi mereka yang salah tentang Sabat, mengutamakan “hari” ketimbang “makna”. Perhatikan: dari masa Adam sampai Abraham, orang tak memelihara hari Sabat. Mengapa? Karena tak ada sepuluh hukum. Jadi, sepuluh hukum bukan sesuatu yang ada sejak kekal, melainkan seperti kata Paulus “tambahan”. Itu sebab, kita perlu memilah-milah: mana yang kekal mana yang sementara, mana yang contingent mana yang incontingent. Jangan mencampur-aduk atau memutar-baliknya. Mereka berkata pada orang yang tadinya buta itu: “katakanlah jujur….” menandakan bahwa: 1). Mereka tak percaya dia jujur. 2). Sepertinya mereka mengizinkan dia mengutarakan apa adanya, tanpa ada intervensi. Tapi faktanya, statement mereka selanjutnya justru memaksakan kehendak, menyuruh dia menyetujui konsep mereka yang tidak benar: Yesus adalah orang berdosa. Dengan begitu, kita jadi makin jelas, mengapa Yesus tak belajar dari pengalaman pahitNya setelah menyembuhkan di hari Sabat, malah sengaja mengulang, guna memberikan shock therapy. Terapi yang sangat tidak menyenangkan, tapi sangat dibutuhkan. Sama yang saya kerjakan di zaman ini, agar orang-orang yang tertidur; terbius di gerakan Karismatik bangun. Tapi orang yang sudah menerima shock therapy dan tak mau berpikir lebih jauh akan binasa. Sementara orang yang mau merenungkan dengan merendahkan diri akan menerima pimpinan Tuhan. Memang, terlalu sedikit orang yang mau dan bisa memberikan shock therapy. Sebab resikonya memang sangat berat. Maka banyak orang memilih untuk tak mencari banyak musuh, agar tak menuai kritikan seperti pak Stephen Tong: sombong, menganggap diri paling benar semua orang salah. Tetapi, kalau tak ada yang melakukannya, tak akan ada orang yang mengkaji ulang ajaran Karismatik itu benar atau tidak? Tak sadar dirinya berada di air yang suhunya terus meningkat secara perlahan dan mati – bius dari iblis untuk orang yang tak mau memilah-milah.
Yesus Kristus memberikan shock therapy, ingin mereka menyadari: penekanan Sabat terletak pada makna bukan hari. Dari mana kita tahu hal itu? Yesaya (1:11-14), Allah berfirman: “Aku muak akan hari Sabatmu…. karena Tuhan saat bangsa Israel di Mesir, mereka diberi makan-minum yang cukup agar dapat bekerja berat; jadi budak Firaun. Tapi kata Tuhan: umatKu tak boleh jadi budak orang berdosa, Aku akan membebaskan mereka; memberi mereka perhentian. Dan setelah mereka bebas, masuk ke padang belantara, ternyata tak ada makanan buat mereka. Sebenarnya mana yang lebih penting: makan minum yang limpah tapi jadi budak atau bebas dan belajar bersandar padaNya untuk semua kebutuhan hidup?
Orang Israel bersungut-sungut pada Musa: “apa karena di Mesir tak ada kuburan, maka kau membawa kami mati kelaparan di padang belantara?” Musa susah berbicara pada orang-orang yang mengutamakan makan-minum yang lezat. Tak peduli statusnya budak atau orang merdeka, bekerja berat atau menikmati sabat. Dan Tuhan menghukum generasi itu mati di padang belantara. Di zaman Yesus, pemimpin Yahudi mentaati Taurat secara harafiah, memelihara Sabat dengan mengutamakan hari bukan maknanya. Maka saat mereka menemukan Yesus menyembuhkan orang di hari Sabat, langsung menudingNya berdosa. Mengindikasikan mata mereka buta, tak dapat mengenali mujizat yang Yesus lakukan itu adalah karya Allah. Dan di antara orang Parisi, memang hanya Nikodemus seorang yang menyadari: jika Allah tak beserta Yesus, mana mungkin Dia melakukan mujizat? Karenanya mereka berkata pada orang yang tadinya buta itu “katakan dengan jujur…; kami tahu, bahwa orang itu orang berdosa?” jujur dan dosa adalah dua perkara yang ada kaitannya dengan agama. Tapi agama itu sangat berbahaya. Bahkan menjadi orang Reformed juga berbahaya: kalau pengertianmu akan Reformed tidak beres, kau akan jadi Reformed yang mati, menghalangi banyak orang mengenal Tuhan. Maka Synod of Dort mengingatkan: “jangan membahas Predestinasi dengan sembrono. Karena Predestinasi adalah satu doktrin yang sangat berbahaya, bisa jadi batu sandungan bagi orang mau percaya Yesus. Tentu bukan maksud saya mengatakan doktrin Predestinasi itu salah. Tapi doktrin yang seratus persen benar itu kalau salah interpretasi justru dapat membuat orang merasa diri hebat dan secara tak sadar menghina; mengejek orang lain. Padahal menurut Martin Luther, hampir tak ada yang tahu siapa diselamatkan – siapa tidak diselamatkan. Itulah kepekaan para Reformator, mengemukakan statement yang penting di saat yang tepat. Tak seperti orang yang terkurung oleh harafiah, tak akan berpikir dan mengerti lebih dalam. Padahal dari catatan Yohanes, mujizat-mujizat yang Yesus lakukan: 1. air jadi anggur (Yoh.2) 2. orang lumpuh 38 tahun disembuhkan (Yoh.5). 3. Orang buta dicelikkan (Yoh.9) dan 4. Lazarus yang sudah mati empat hari dibangkitkan (Yoh.11) semakin besar dan besar, guna meyakinkan orang Yahudi: Aku adalah Allah. Tapi faktanya? Mereka malah semakin mengeraskan hati. Dan puncaknya, ingin membunuh Dia.
Karena mereka tak memilah-milah substansi dan fenomena, hanya mau hari Sabat, tak mau substansi Sabat: perhentian sejati. Beberapa waktu lalu, seorang Dosen Petra menulis surat pada saya: “sekarang, di SAAT yang baru terdapat banyak patung – melanggar hukum kedua dari Sepuluh hukum?” Setelah membaca suratnya, saya tahu, dia ingin merusak SAAT. Dan dalam porsinya sebagai Dosen, tentu akan mempengaruhi banyak orang. Maka saya menjawab: ada patung tak berarti melanggar hukum kedua. Karena Allah yang melarang bangsa Israel membuat patung, juga adalah Allah yang menyuruh mereka membuat dua ukiran kerubium di atas Tabut Perjanjian. Apakah itu berarti Allah kita plin-plan? Tidak. Karena Dia memberi dua perintah itu dari segi yang berbeda: substansi dan fenomena. Jangan mencampur-aduk atau mengkonfrontir keduanya. Ingat, penekanan dari larangan membuat ukiran adalah: jangan menyembahnya. Bukan menolak semua ukiran atau lukisan Yesus, cerita Alkitab bergambar….. Sama dengan yang orang Yahudi lakukan, karena mengutaman “hari” Sabat, maka orang dilarang mengerjakan apapun di hari itu. Sampai sebuah hotel dua puluh sekian lain di Tel-Aviv, juga memberlakukan larangan menekan tombol lift di hari Sabat, dan memprogram lift buka-tutup di setiap lantai.
Di sini mereka memanggil orang yang tadinya buta itu dan memaksanya ikut menuding Yesus adalah orang berdosa. Tapi orang itu menolak, katanya: soal orang itu berdosa atau tidak, saya tak tahu. Maksudnya, kalian berani menuding Dia berdosa? Itu urusan kalian. Aku tak mau ikut-campur. Aku hanya tahu satu perkara, dulu aku buta, sekarang aku melihat. Ini adalah fakta, Dia sudah menyatakan kuasa Tuhan; menyembuhkanku. Dan fakta ini lebih penting dari teorimu: Dia berdosa. Merekapun bertanya lagi: “apa yang Dia perbuat padamu?” itu menyatakan mereka menemui jalan buntu. Karena dialog mereka dengan orang itu tak menemukan titik-temu. Dan di luar dugaan, orang itu menjawab: “aku pernah mengatakannya, tapi kalian tak mau mendengar. Lalu untuk apa kalian tanyakan lagi? nada yang biasanya dilontarkan oleh guru pada murid itu sekarang meluncur dari mulut si pengemis. Maka jangan karena kau itu pendeta, majelis, pejabat…, lalu menuntut semua orang menghormatimu. Karena bila jabatanmu tinggi, tapi hidupmu tak beres: berdusta, berzinah… kau bukan dihormati tapi dihina. Bukan maksud saya menghasut jemaat menghina pendeta, majelis…., hanya ingin semua orang mengerti kebenaran: hormatilah orang yang pantas dihormati, nyatakanlah simpatimu pada orang yang memang pantas mendapat simpati.
Karena di Los Angels terdapat orang yang punya uang tabungan tiga ratus enam puluh empat ribu dollar di bank. Tapi tetap mengenakan pakaian compang-camping, minta belas-kasihan orang. Dia memperkaya diri dengan memperalat kemurahan hati orang. Tentu bukan maksud saya mengatakan, jangan menaruh belas-kasihan pada orang, tapi kasihanilah orang yang patut dikasihani. Kalau kalau tak memberikan apa yang seharusnya seorang dapatkan, kau berhutang. Tapi kalau kau memberi pada orang yang tak pantas menerima, itu sama dengan menghamburkan uangmu. Mari pelajarilah prinsip Alkitab yang Tuhan beri dengan tepat, dan jalanilah dengan penuh tanggungjawab. Agar kita tak selalu dibodohi orang tapi tak menyadarinya. Orang Parisi memang tak pantas dihormati, tapi pengemis yang tadinya buta itu, meski berstatus sosial rendah, punya jiwa yang anggun, berani mengatakan kebenaran: dulu, kalian tak mau mendengarnya. Mengapa kalian sekarang ingin mendengar, apa karena kalian ingin jadi muridNya?” Kalimat yang sangat menusuk perasaan orang yang selalu menganggap diri di atas semua orang. Menunjukkan bahwa dia do not care about their high position, just tell the truth.
Merekapun balik mengejek: “kau adalah murid orang itu. Tapi kami, murid Musa” kami tinggi – kau rendah. Kami tahu, Allah berfirman pada Musa. Padahal menurut catatan di Kitab Suci, saat Musa hidup, mereka setiap hari bersungut-sungut padanya. Baru setelah dia mati, mereka menangisi jasadnya puluhan hari. Ada seorang Profesor Teologi di Hong Kong yang sombong luar biasa. Karena dia adalah murid T. F. Torrance, menyandang gelar Doktor dari Cambridge. Suatu hari, waktu seorang bertemu dengan Torrance, dia bertanya: “what do you think about xxx, who is teaching in Hong Kong?” “I tell you the truth, he never understand my theology”. Jadi, jangan selalu gembar-gembor: aku ini Reformed, padahal kau tak sungguh-sungguh mengerti apa itu Reformed. “kami tahu, Allah berfirman pada Musa. Ay. 29, tapi dijawab orang yang tadinya buta itu: “aneh, Dia sudah mencelikkan aku yang buta sejak lahir, kalian masih belum tahu Dia datang dari mana?” dan disambungnya: “kita tahu, Allah tidak mendengar doa orang berdosa…” Perhatikan: hati orang ini jujur, tapi teologinya salah. Kalau Allah tak mendengar doa orang berdosa, mengapa Dia mengampuni dosa mereka? Tapi kalau yang dia maksud adalah: “Tuhan tak mau menuruti kemauan orang berdosa”, maka apa yang dia katakan itu benar adanya.
Tuhan suka mendengar doa orang yang senantiasa menjalankan kehendakNya. Suatu kali, Pdt. H.F. Tan berkata pada saya: “heran, saya pernah mendengar khotbah seorang pendeta di Soe yang hanya sekolah sampai SMP, tapi jalan pikirnya mirip Karl Barth” —- teolog New Orthodox terbesar di abad ke-20. Ingat: orang yang pintar sekolah, sebenarnya hanya mewarisi kepintaran gurunya. Tapi ada semacam orang yang pintar sekali, dan bukan mewarisi kepintaran dari gurunya. Dan saya percaya, orang yang tadinya buta itu adalah seorang pemikir yang hebat, hanya saja tak diakui oleh dunia akademis. Tapi bolehkah dunia akademisi memonopoli pengetahuan dan menghina orang-orang yang tak berkesempatan studi tinggi? Tidak! Karena ada banyak tokoh penting di sejarah seperti Kongfuzu, Tagor, Yesus, Mozart….., yang bukan lulusan sekolah tinggi tapi memberi sumbangsih yang jauh lebih tinggi dari para lulusan sekolah tertinggi.
Th. 60-an, Reader Digest pernah memuat satu makalah, dimana tertulis: “untung Da Vinci tak pernah studi di sekolah tertinggi pada zamannya. Tapi meneliti alam; sumber pengetahuan, mencari-tahu prinsip yang ada, menemukan banyak penemuan inovatif yang mengubah dunia. Saat dia masih berusia dua tahun, seekor burung besar hinggap di ayunannya. Saat burung itu diusir dan terbang, dia mulai berpikir: mengapa burung bisa terbang, tapi saya tak bisa terbang? Maka dia mencoba terbang dengan sayap buatannya. Karena the observation of the nature is the inspiration or source of the invention of tehnology. Dia menemukan laher, cara meringankan pekerjaan menimba air di perigi, teori dari ball point, pesawat terbang, saluran air di bawah tanah, kereta perang yang dipasangi pisau yang berputar-putar, dapat memotong kaki musuh yang mendekat….. dia adalah arsitek, tehnisi, desainer of the most modern weapon of the day. Jadi, pendeta yang sukses adalah mereka yang mau mengamati khotbah dari Pendeta yang punya talenta khotbah dengan rendah hati.
Plato studi di sekolah yang Socrates dirikan sejak dia berusia 20 tahun sampai 28 tahun. Mengapa begitu lama? Karena dia selalu merasa, ada sesuatu dalam diri gurunya yang belum dia ketahui. Maka dia terus mendengar apa yang dia katakan, mengamati debatnya… Padahal dia adalah orang yang sangat pintar, salah seorang yang otaknya paling besar di sepanjang sejarah, tapi dia mau belajar dan belajar terus. Sampai kapan? Socrates disuruh minum Sam Lok dan mati. Baru dia meninggalkan Athena. Apa alasannya? I am not going to give another opportunity for the democracy to kill another genius. Dia pergi ke Macedonia, Persia, India, abia, Israel, Mesir…. Tiga belas tahun kemudian baru kembali lalu mendirikan sekolah yang diberi nama: Academy di Athena. Mendidik ratusan murid yang berpengetahuan lewat mengamati, mempelajari buku-buku di perpustakaan….. apa komentarnya tentang sekolah itu? Sekolah ini terbentuk dari dua unsur: 1. tubuh dari semua muridku. 2. otak dari seorang muridku. Maksudnya, muridku banyak, tapi yang punya otak hanya seorang. Siapakah dia? Aristotle. Jadi, the Greek classical school of philosophy composed of three persons: Socrates, Plato, Aristotle. Mereka memikirkan hampir semua hal yang pernah dipikirkan oleh orang di sepanjang zaman. Aristotle seorang, menulis seribu buku dengan judul yang berbeda-beda. Dia pernah jadi guru dari Iskandar Agung, orang yang pintar berpikir dan pintar berperang. Meski dia tak meneruskan gurunya jadi seorang filsuf, tapi dia jadi undefeated Emperor of all times.
Dari semua contoh ini kita tahu, orang yang mau mengadakan observasi dengan cermat akan sukses. Tapi orang yang hanya membanggakan diri pernah studi dimana, adalah orang yang bodoh. Sama dengan para pemimpin Yahudi itu, mereka tak tahu Yesus jauh lebih besar dari Musa. Karena Allah mengirim Yesus datang untuk menggenapkan hal yang tak mungkin dapat Musa genapkan. Tapi mereka menghina orang yang tadinya buta itu. Padahal orang itu bijak, dia mengerti akan rahasia yang ada di dalam diri Yesus: melakukan kehendak Allah, maka Allah mendengar doaNya. Apakah kau rindu: doamu didengar Tuhan? Awasi doa yang kau minta. Kalau kau hanya minta jodoh, kesembuhan, kekayaan… doamu belum tentu didengar. Tapi kalau kau senantiasa melakukan kehendakNya, maka pada saat kau punya “kebutuhan” yang masuk akal, Tuhan tak akan meninggalkanmu. Orang yang tadinya buta itu adalah pengemis, berasal dari lapisan masyarakat yang rendah, tapi dia mengerti prinsip kebenaran lebih dalam dari para pemimpin agama. Yang telah merusak agama dengan interpretasikan yang salah, tapi tak menyadarinya. Sehingga tetap keras kepala, tak mau taat pada pimpinan Tuhan yang baru. Maka sejak dua belas tahun silam, saya selalu mengatakan pada rekan-rekan: open your heart, your mind, your spirit, always available to the new guidance of the Holy Spirit. Memang orang-orang di gerakan Reformed sering mengeluh, mengikuti Stephen Tong susah, karena terlalu dinamis. Tapi jangan lupa, saya mengikut Tuhan, jauh lebih sulit dari kalian mengikut saya. Dan ingat, gerakan Reformed bukan organisasi, badan hukum…. yang kaku, melainkan gerakan yang sangat dinamis. Sama dengan orang Israel di padang belantara, saat mereka melihat tiang awan atau tiang api bergerak, mereka harus segera berkemas dan ikut. Dan saat tiang awan atau tiang api berhenti, mereka juga harus stop.
Dulu, kita hanya mengadakan penginjilan rutin. Dan saat membandingkan diri dengan gereja lain masih bisa bersyukur, karena gereja lain tak mengadakan KKR regional, kami melakukan dan sudah menginjili dua puluh ribu orang. Tapi ternyata, Tuhan bukan hanya memberikan dua puluh ribu orang. Tahun ini, Dia memberi enam ratus delapan puluh empat ribu jiwa. Sungguh, di dunia ini, tak ada satu gereja, dalam satu tahun menginjili enam ratus delapan puluh sekian ribu orang. Mengapa kita melakukannya? Karena His new guidance. Dua tahun lalu, target KKR Regional kita tiga ratus ribu orang. Tapi kita hanya mencapai dua ratus delapan puluh ribu orang. Maka tahun lalu, kita tak berani menaikkan target. Tapi pimpinan Tuhan, kita bukan hanya mencapai tiga ratus dua puluh empat ribu orang, melainkan enam ratus delapan puluh empat ribu orang. Membuktikan bahwa the grace of God is greater than what we think, what we pray, and what we can imagine. Maka saat Dia Tuhan memberi kita pimpinan baru, kita harus menangkapNya dengan cepat. Meski memang at the first, we can not accept. Because it is too difficult to follow, but finally we will praise God. Misalnya sebelas tahun silam, saya jelas pimpinanNya keliling lima negara. Dan sekarang, ada ribuan orang yang menerima doktrin Reformed. Maka saya tak menyesal mengikuti pimpinanNya. Meski sekarang, ada kalanya saya tak ingin pergi, khususnya hari Minggu, selesai khotbah dua sesi di sini, masih harus khotbah dua sesi di Singapore. Tapi karena God wants me to do it, maka lebih baik secara lahiriah menanggung berat, tapi secara batin, sukacita karena taat pada kehendakNya. Bukan karena sudah berpengalaman. Meski saya berani mengatakan, saya sudah khotbah sekian kali lipat dari khotbah Billy Graham, pendengar saya tiga puluh sekian kali lipat dari pendengar John Sung…. sudah keliling dunia lebih dari seratus lima kali. Tapi pengalaman adalah sesuatu yang sudah berlalu. Sementara the guidance of God is concerning the future. Jadi, biar kita menguburkan semua yang sudah berlalu, terus menatap pada pimpinan Tuhan dan siap mentaati. Syair lagu: ke mana saja ku telah sedia, pimpinanMu tak kan pernah bersalah…. saya tulis dengan cucuran air mata, menyatakan keyakinan saya: mau selalu taat pimpinanNya. Karena saat saya melihat, seorang misionari wanita dari London, yang berusia + 40 tahun, mandi di sungai, di hutan Sarawak. Awalnya berpikir, mengapa dia begitu bodoh? Tapi Tuhan menyadarkan saya akan apa yang dia lakukan. Dan saat berjalan di hutan itulah, saya mendapatkan melodi yang indah itu. Tapi waktu saya mengeluarkan pen, ingin menuliskan, tapi tak ada kertas. Maka saya tuliskan di atas selembar daun kering yang besar. Sambil minta Tuhan menolong saya dapat memadukannya dengan syair yang sepadan: ke mana saja aku telah sedia. Karena pimpinanMu tak akan pernah salah…. dalam kota besar, atau dalam rimba, jiwa sama berharga di mataMu — bukan merupakan teori kosong, melainkan benar-benar saya jalankan. Waktu KKR di Papua, saya membahas pekerjaan Allah Bapa, pekerjaan Allah Anak, pekerjaan Allah Roh Kudus. Selesai KKR, baru terpikir oleh saya, mengapa khotbah di Papua lebih dalam dari khotbah yang sama, yang saya sampaikan di New York? Ternyata karena di Papua, masih banyak orang yang memikirkan pekerjaan Tuhan, maka Dia memberikan pengertian akan rahasiaNya yang begitu dalam. Sementara mereka yang di New York, lebih banyak memikirkan uang dan uang.
Jadi, pimpinan Tuhan memang sangat ajaib dan dinamis, kita harus always available to the new guidance of the Holy Spirit. Meski orang yang tadinya buta itu sudah mengatakan semuanya dengan jujur, mereka mengusirnya: kami tak butuh kau. Dan diapun dikucilkan dari rumah ibadah; komunitas Yahudi, melalui hidup yang lebih merana dari saat dia masih jadi pengemis. Karena saat jadi pengemis, ada banyak orang yang berbelas-kasihan padanya. Tapi sekarang, setelah divonis membangkang Taurat Musa, dia dibenci banyak orang. Itulah salib yang harus dipikulnya. Kiranya Tuhan memberkati kita.
(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/jakarta/MRI1112.pdf