Nats : Yoh. 9 : 22 – 34
Nats ini adalah salah satu perikop di Alkitab yang paling saya sukai. Dimana terdapat satu fakta: pemimpin agama yang berpegang pada paradigma yang mati, jadi lebih bodoh dari orang yang baru menerima Tuhan Yesus. Thomas Kuhn, salah seorang filsuf terpenting di abad ke-20 mengemukakan: paradigm shift, kita perlu meninggalkan patron yang sudah kita jadikan tradisi, menjelajah ke wawasan yang baru. Saat kau mengatakan pada anak ayam yang masih di dalam telur: “dunia ini sangat besar, ada pohon, gunung, langit….”, pasti dia menjawab: “omong kosong! Dunia hanyalah sebesar kulit telur yang membungkusku”. Sampai dia berhasil keluar dari kulit telur barulah sadar, duniaku yang dulu begitu sempit. Saya suka memakai ilustrasi ini untuk melukiskan iman: faith is a break through, open our eyes to see God’s unlimited, wonderful creation and redemption. Apa sebabnya kerohanian pemimpin agama bisa kalah dari orang yang baru mengenal Tuhan? Karena mereka terlalu banyak memperhitungkan untung-rugi pribadi, terlalu diikat oleh paradigma yang salah.
Kemarin, kami meresmikan Gedung GRII Pondok Indah, tempat yang dua ratus delapan puluh meter itu kami desain jadi tempat ibadah yang dapat menampung lima ratus lima puluh orang. Ada hadirin yang amat terkesan dengan desain yang begitu efisien, ingin meniru. Jawab saya: “kalian harus minta izin copy right dari kami”. Karena orang hanya mau yang gampang: tanpa mau tahu orang yang sudah memeras otak memikirkannya. Begitu lihat, langsung mencuri idenya. Mengapa saya mau memeras otak memikirkan sampai sedetail mungkin? Karena sejak hari pertama menyerahkan diri jadi hamba Tuhan, saya berjanji padaNya, seumur hidup memberitakan injil dengan sungguh, selalu mencari kehendakNya, mewujudkan iman dalam kelakuan. Maka authentic dan sincere menjadi ciri khas dari gerakan yang sangat Tuhan berkat ini. Tentu yang saya maksud bukan berkat materi, tapi berkat penyertaanNya dan urapanNya. Itu sebab, kami tak pernah memaksa siapapun, termasuk murid kami berbakti di GRII.
Karena pemaksaan dapat membuat mereka antipati terhadap kekristenan, bahkan jadi anti Kristus. Sebaliknya, kami menarik mereka dengan cinta kasih yang sungguh, sampai mereka benar-benar merasa: gereja ini adalah rumahnya. Maka jangan kita memandang semua orang Kristen bahkan semua orang Reformed sama adanya. Kita perlu belajar lebih banyak. Itu sebab, kami mengadakan Master Class, memberi kesempatan orang mendengar cara kerja saya yang didasarkan pada prinsip Alkitab —pengertian yang tak mungkin kau dapatkan di gereja atau di sekolah manapun yang memberimu gelar tinggi. Karena saya mengharapkan di zaman ini, lebih banyak orang Kristen memahami cara kerja Tuhan dan mewarisi semangat juang yang sudah Dia berikan di Gerakan ini.
Orang Parisi memanggil orang yang tadinya buta itu, lalu mengatakan kalimat yang kontradiktif: menyuruh orang mengatakan kebenaran, juga memaksa dia menuruti keyakinan mereka: orang yang menyembuhkanmu itu bukan datang dari Allah. Mengapa mereka tak mengakui dengan jujur: kami tak dapat beriman pada Yesus, malah menggunakan posisinya memaksa orang ikut-ikutan tak beriman? Karena menurut mereka: kami benar – Dia salah. Padahal sejarah membuktikan, ahli hukum yang paling banyak melanggar hukum, ekonom paling banyak melanggar prinsip ekonomi, pejabat paling banyak korupsi. Jadi, pejabat, penyandang gelar akademis tertinggi paling banyak menyimpang dari kebenaran. Itu sebab, pemimpin agama tak boleh menvonis orang dengan dasar arogansi: “Dia bukan datang dari Allah”. Kalau mereka memang menyuruh orang berkata jujur, mengapa tak membiarkan dia berkata-kata menurut apa dia tahu, bukan memaksanya mengatakan apa yang mereka mau. Yesus saja tak memaksa Yudas mengikuti kemauanNya, maka kataNya: “lakukan apa yang ingin kau lakukan” dan statemenNya yang terakhir: “hai Yudas, kau menjual Aku dengan ciuman?” Dan tak ada lagi dialog antara sang Pencipta dan Yudas untuk selamanya; Dia membiarkan Yudas mengarah ke neraka, tak diberi kesempatan untuk mendengar firmanNya. Maka jangan menganggap kesempatan mendengar firman akan selalu ada. Itu sebab, kita harus menggunakan kebebasan, uang, kesehatan, kesempatan yang Dia anugerahkan dengan gentar dan hati-hati. Karena Dia akan menuntut pertanggungjawaban kita atas semua pemberianNya. Itulah sebabnya mengapa saya rela bekerja berat, berjuang bagi iman Kristiani dengan prinsip steward; juru-kunci yang setia, membuat semua pemberianNya maximum use for the Lord, give maximum glory to Him. Sehingga saat menghadap Tuhan nanti, saya dapat mendengar Dia mengatakan: “kau adalah hambaKu yang setia dan baik”. Jika semua pejabat negara mengerti prinsip ini, Indonesia tentu sudah jadi negara kaya. Bukan seperti sekarang, delapan puluh persen penduduk di negara yang terkaya hasil buminya hidup dalam kemiskinan. Karena pemimpin sibuk memikirkan kantong pribadi, bukan memikirkan rakyat. Padahal memperkaya diri adalah ajaran setan. Ajaran Yesus adalah: menyangkal diri.
Kiranya Tuhan mendidik kita, hidup lebih sinkrun dengan kehendakNya. Kalau toh pemimpin agama Yahudi sudah menvonis Yesus bukan datang dari Allah, untuk apa mereka memanggil orang yang tadinya buta itu dan memaksanya menyetujui pendapat mereka? Bukankah saat “rakyat kecil” dipaksa, mereka akan memberontak? Maka jangan memaksa anak menuruti kehendakmu, saat dia besar nanti justru akan berbalik jadi musuhmu. Begitu juga murid sekolah Kristen yang kau paksa jadi Kristen, kelak akan menjadi anti-Kristus. Maka setiap kali kita mengadakan KKR akbar, tak pernah mencantumkan nama dan jam kebaktian GRII. Karena tujuan kita memang bukan membawa orang datang ke GRII, melainkan datang pada Kristus. Apa salahnya kalau kita mencantumkan nama dan jam kebaktian? Tak ada. Hanya saja akan membangkitkan rasa benci gereja-gereja yang over sensitive terhadap kami. Kalau begitu mana mungkin GRII berkembang? Kita serahkan pada Tuhan. Ingat, jangan mencintai GRII lebih dari mencintai Tuhan — dosa. Karena Tuhan itu Raja gereja, GRII hanyalah tempat latihan yang kecil bagi orang Kristen. Maka GRII itu contingent, boleh ada – boleh tak ada. Tapi tubuh Kristus yang kudus dan Am itu incontingent, tak boleh tak ada. Dan semakin luas hatimu, semakin tak terbatas berkat Tuhan atas pelayananmu. Di kota London, di street, dimana gereja yang digembalakan oleh Charles Spurgeon berada, terdapat dua gereja yang masing-masing digembalakan oleh Cambell Morgan dan F.B. Meyer. Gereja yang digembalakan oleh F.B. Meyer tak bertumbuh. Meski dia terus berdoa : “Tuhan, berkatilah gereja yang ku gembalakan, karena hambaMu ini menafsirkan Alkitab dan mencintaiMu dengan sungguh”. Suatu hari, Roh Kudus berkata di hatinya: “why you just pray for your own church, did not pray for the other two churches? Dia tersentak dan minta ampun pada Tuhan, juga minta Tuhan memberinya hati yang lapang, memohon berkat bagi gereja yang digembalakan oleh Charles Spurgeon dan Cambell Morgan. Begitu dia mementingkan Kerajaan Allah, Tuhan memberkati gereja yang dia gembalakan terus bertumbuh. Dan setelah gerejanya semakin bertumbuh, dia jadi semakin rajin mendoakan gereja lain. Itulah cara rohani yang kita pakai. Maka saya mengharuskan lulusan Institut menyikmak pengajaran di Master Class. Karena gelar akademis mungkin membuat seorang jadi Parisi, yang hanya tahu teori tapi tak mengerti pimpinan Tuhan. Apa jawab orang yang tadinya buta itu pada orang Parisi? “Dia adalah orang berdosa atau bukan, aku tak tahu. Satu perkara yang ku tahu, Dia telah mencelikkan mataku. Sementara kalian, yang mengaku diri tak berdosa, can do nothing”. Karena dia telah mengalami kesembuhan yang sejati, fakta yang diakui oleh papa-mamanya dan semua orang di kampungnya: aku yang buta sejak lahir sekarang dapat melihat. Anehnya, mengapa kalian meleceh kan perkara yang begitu besar, demi mempertahankan paradigmamu: Dia bukan datang dari Allah, Dia orang berdosa?
Sebelum th.1997, banyak orang Kristen di Hong Kong kuatir akan masa depan mereka di bawah pemerintah Komunis China dan migrasi ke negara lain. Ironisnya, yang paling dulu migrasi ke Amerika adalah para pendeta senior. Maka di data statistik th. 1992 – 1996, usia rata-rata dari para pendeta yang menggembalakan seribu lebih gereja di Hong Kong adalah dua puluh sembilan setengah tahun. Melihat itu, saya ingin menangis: inikah mutu dari para pemimpin Kristen? Dulu Petrus berkata: “emas dan perak tak ada padaku, yang aku punya adalah: demi nama Yesus Kristus, berjalanlah!” Sementara pendeta sekarang, justru mengutamakan emas dan perak, maka khotbahnya tak berkuasa. Mari kita kembali ke Alkitab, ke cara kerja Tuhan. Pemimpin agama orang Yahudi yang merasa berkuasa atas kaum sebangsanya itu bertanya: “What did He do for you?” “I told you already…..?” — satu keberanian yang besar sekali. Setiap kali mendengar orang mengatakan: “I told you already”, saya jadi takut. Karena statemen itu menegur seorang tak pasang telinga, mendengar dengan seksama. Suatu kali, seorang rekan saya di Malang; dosen dari New Zealand mengatakan pada seorang murid: “I told you already, why you still….” dengan mengernyitkan dahi dan nada suara yang sangat serius. Menegur murid itu lamban, tak peka dan keras kepala; tak mau mendengar apa yang dia katakan. Tapi bisakah kita membayangkan, kalau statemen “I told you already” itu dilontarkan oleh seorang pengemis pada para pemimpin agamanya? Tentu memperkirakan tak bisa terima. Karena biasanya, seorang pemimpin, hanya ingin dipuji, dipatuhi, tak mau dikoreksi, apalagi oleh orang yang dipimpinnya. Dan sebenarnya, itulah malapetaka besar baginya. Peribahasa bahasa Tionghoa mengatakan: raja yang bijak mau mendengar nasehat bawahannya. Tapi raja yang bodoh, tak mau mendengar nasehat bawahannya. Jadi, kalau seorang murid mengemukakan konsep yang lebih benar dari gurunya, guru harus mendengar. Meski memang sangat tidak gampang. David Tong; anak saya, setelah mendengar komentar saya akan ramalan pendeta dari Korea Selatan: Yesus datang kembali pada tgl. 28 Oktober, saya; Stephen Tong memastikan, Yesus tak akan datang pada hari itu. Di perjalanan pulang, dia mengatakan: “pa, hari ini aku tak puas dengan khotbah papa” “mengapa?” “karena kata Yesus: tak seorangpun tahu saat kedatangNya yang kedua. Maka pendeta Korea yang mengatakan, Yesus akan datang pada tanggal 28 Oktober itu salah. Tapi papa mengatakan, Yesus pasti tak datang pada tanggal itu juga salah”. Sungguh, mau jadi papa bagi anak yang pintar memang tak gampang.
Setiap kali dia menentangmu dengan pengertian yang sangat masuk akal, kau harus menjawab dengan sangat hati-hati. Maka saya, sambil mengendarai mobil sambil minta bijaksana Tuhan baru menjawab: “saya tetap yakin Tuhan Yesus pasti tak datang pada hari ini” “mengapa?” “karena Dia Mahatahu, Dia tahu orang Korea itu meramalkan hari kedatanganNya, maka Dia pasti tak akan datang hari itu — mengkonfirmasi ramalannya” “OK”. Tapi kalau sekarang ini dia bertanya tentang fisika, tentu saya angkat tangan. Karena dia sudah meraih gelar Doktor-nya di bidang fisika. Dan makalahnya sudah dimuat di Journal Internasional. Tapi kalau dia menanyakan soal rohani, saya tak akan menjawab dia berdasarkan wibawa seorang ayah, melainkan berdasarkan Alkitab; firman Tuhan yang harus dipatuhi oleh semua orang Kristen. Karena dia studi di Westminster. Sementara saya, hanya studi di SAAT, Malang. Maka saat pemimpin agama menanyakan pada orang yang tadinya buta: “apa yang diperbuatNya bagimu?” “I told you already, why you ask again? Secara tak langsung dia mengatai mereka bodoh, sudah diberitahu masih saja…. Merekapun mengejek dia: “kau adalah murid orang itu. Tapi kami, murid Musa” Mengacu pada orang-orang yang menerima ajaran ortodoks, yang diakui secara resmi. Sementara murid Yesus adalah orang-orang yang dianggap liar. Karena Dia menyembuhkan orang di jalanan, maka meski orang yang tadinya buta itu menceritakan pengalamannya, tak ada yang mau mengakuinya. Benarkah murid Musa itu ngetop, sementara murid Yesus kelas kambing? Tidak. Murid Yesus lebih ngetop. Hanya saja belum diakui. Jadi, kalau keberhasilanmu belum diakui, tak perlu resah. Kalau kau memang berbobot, setelah kau matipun keberhasilanmu masih mungkin mendapat pengakuan. Itu sebab, saat orang bertanya: “pak Tong, mengapa Institut Reformed Injili tak ikut akreditasi?” saya menjawab “saya tak pernah resahkan hal itu. Yang penting, murid-murid saya bisa mendapat akreditasi dari Tuhan bukan organisasi dunia. Karena ada sekolah yang memberi nama besar pada muridnya. Ada juga murid yang mengharumkan nama sekolah. Dulu waktu GRII baru berdiri, orang tak tahu apa itu Reformed. Tapi dua puluh tahun kemudian, orang mengakui: GRII luar biasa. Dulu, saat kau jadi jemaat GRII mungkin merasa malu. Tapi sekarang? merasa mulia. Hanya saja, kalau hidupmu tak karuan, Kristus dan saya yang kau permalukan. Jadi, inilah rahasianya: tunjukkan kualitasmu yang sesungguhnya, dan tuntutlah pengakuan dari Tuhan. Soal orang memuji atau mengejek, tak usah terlalu kau hiraukan. Karena the response of human being is nothing in compare with the glory from God. Maka kata Yesus: carilah kemuliaan Tuhan, bukan kemuliaan manusia.
Orang yang tadinya buta itu diejek: “….kami ini murid Musa atau backing kami adalah Musa”. Siapa itu Musa? Moses is a person, who prepares God’s people to know Jesus Christ. Sayang, mereka terpaku pada Musa dan Tauratnya. Dan menghina Yesus, yang baru mencelikkan mata orang yang buta itu dengan: “kami tahu, Allah berfirman pada Musa. Sementara Dia, kami tak tahu, Dia datang dari mana?”. Betulkah mereka tahu Musa datang dari Allah? Tidak. Buktinya, pada waktu Musa masih hidup, mereka terus menggerutu padanya, mencaci-maki, mengeritik dia. Baru setelah dia mati, mereka menangisi dia berpuluh-puluh hari. Manusia memang aneh, saat papanya masih hidup, dia terus memarahinya. Tapi saat papanya meninggal, dia menangis sambil memanggil-manggil: “papa, papa…”. Jadi, jangan menganggap orang yang menangis tersedu-sedu di samping peti-mati papanya adalah anak yang hormat pada orang tua. Justru mungkin dia adalah anak yang paling kurang ajar. Baru setelah papanya meninggal, ketakutan papanya tak mengampuni dia. Tapi anak yang betul-betul cinta papa, saat papanya meninggal, dia tak perlu menangis. Karena dia sudah melayani papanya semasa hidupnya. Itulah yang Alkitab catat: “saat Musa hidup, dia dicaci-maki oleh bangsa Israel. Tapi setelah dia mati, mereka menangisi dia puluhan hari”. Saat itu, mereka memang tak mau mengakui Yesus, karena takut pada orang Yahudi yang jumlahnya tak lebih dari 25 juta orang. Tapi sejarah membuktikan, sekarang ini, ada lebih dari 2.3 milyar orang mengakui Yesus sebagai Juruselamatnya. Dengan kata lain, jumlah orang yang mengakui Yesus seratus kali lipat dari mereka yang mengakui Musa. Suatu kali, saat di pesawat, saya bertanya pada orang yang duduk di sebelah saya: “what nation are you?” “I am a Jew” “Oh, great. Jew is a small nation, but great in spirit. So they produce most winners of Nobel Price, good conductors, performers, pianists.. Except composer”, dia memandangi saya dengan mata terbelalak. Dan lanjut saya: “who is the greatest figure in the Jewish history?” “of couse Moses” “yes, Moses is great. Especially his Ten Commandment, had become the basis of the whole world’s law . But how about Jesus?” “He is not a Jew” “If He is not a Jew, then who is He?” “He is a betrayer of the Jews” “which one have more followers: Moses or Jesus?” “I should confess, the follower of Jesus is far more than the follower of Moses” “why?” “because….” — dia tak mau mengakui. Maka sebelum kami turun pesawat, saya mengatakan padanya: “probably you should think over and over about the sacrifice, the holiness and the righteousness, that Jesus manifested in His life. Then you will find out no one had never been surpassed Him”. Kami memang tak pernah bertemu lagi. Tapi saya telah menggunakan kesempatan dimana kami bertemu mengatakan sesuatu yang harus saya katakan kepadanya dan menyerahkan dia ke dalam tangan Tuhan. Begitu juga pertemuan antara orang Yahudi dengan orang yang tadinya buta itu, hanya satu kali. Dan itulah kesempatan yang Tuhan beri, bukan kepada orang yang tadinya buta, melainkan kepada pimpinan agama yang salah tapi keras kepala itu mendengar injil yang segar, yang keluar dari mulut orang yang baru percaya Yesus. Maka jangan menghina orang yang baru percaya, karena pengertiannya mungkin lebih segar dan lebih sungguh-sungguh. Bukankah saat pertama kali kita bertobat juga begitu rindu akan firman Tuhan? Justru sesudah lama menjadi orang Kristen, ada yang tak lagi ikut kebaktian doa, tak baca Kitab Suci, tak menuntut hidup suci… Celakalah orang Kristen lama, kalau orang yang baru lebih segar darimu. Saya pernah minta pada Tuhan, jadikan saya hamba Tuhan yang meski sudah berkhotbah puluhan tahun, setiap kali naik mimbar selalu menyampaikan khotbah yang segar, berapi-api, bagai kali pertama saya memberitakan injil. Maka everytime I stand on the pulpit, I always feel fresh, like one, who stand there for the first time. Di saat yang sama, juga memandangnya sebagai kesempatan yang terakhir, yang harus saya sayangi dan hargai. Orang yang tadinya buta itu berkata kepada mereka: “aneh, mengapa kalian sudah menyaksikan doaNya Tuhan dengar, hingga Dia dapat mencelikkan mataku, masih saja menuding Dia orang berdosa? Bukankah Allah tak mendengar doa orang berdosa”. Apakah doktrinnya ini benar? Tidak. Kalau Allah tak mendengar doa orang berdosa, mana ada orang berdosa yang mendapatkan pengampunan dariNya? Dan ternyata, satu-satunya doa yang pasti Tuhan dengar adalah doa minta pengampunan dosa. Sementara doa minta kaya, minta ini – itu, tak tentu Dia kabulkan. Karena before you obtain the saving grace, God give common grace to every one, including those who are not Christians. Bagaimana dengan statemennya yang kedua: “Tuhan hanya mendengar doa orang yang menjalankan kehendakNya”? Juga hanya benar separuh. Karena bukan semua doa orang yang berkenan padaNya dikabulkan. Ada yang Tuhan latih agar jadi orang Kristen yang lebih dewasa dan lebih sungguh-sungguh. Karena statemennya: “jika Dia bukan datang dari Allah, Dia tak dapat berbuat apa-apa”, orang Yahudi marah besar dan mengusirnya. Minggu lalu, kita sudah membahas akan Upacara Ekskomunikasi yang orang Yahudi di Amsterdam lakukan atas Spinoza yang sangat mengerikan: tak ada orang Yahudi yang mau berjabatan-tangan atau berbicara dengannya. Bahkan saat bertemu dengannya, mereka meludahi dia. Itu sebab, orang tua dari orang yang buta itu tidak berani mengakui secara terus terang; mereka memilih untuk play safe. Memang, there are so many Christian, including the servants of God prefer to play safe. Sehingga saat mereka pergi ke daerah terroris atau daerah Islam yang fanatik, yang membenci orang Kristen, mereka tak berani menyebut Yesus itu Tuhan dengan dalih: “I am a wise man”. Mereka menghardik dia: “kamu totally lahir di dalam dosa”, apa karena sangka mereka, mereka tak berdosa? Jika ya, bukankah mereka kembali ke ay.2: orang itu buta karena dosanya atau dosa papa-mamanya — paradigma teologi yang diskriminatif: menghina orang yang miskin, buta, cacat…. berdosa; tak patut menerima anugerah Allah. Ingat: Tuhan mengizinkan Ayub tumbuh bisul di sekujur tubuhnya, bukan karena dia berdosa. Itu sebab, kau yang lahir cacat, sakit parah, patah hati, hidup miskin tak perlu minder, putus-asa, Tuhan masih mencintaimu. Hardik mereka pada orang yang tadinya buta : “kau sudah lahir di dalam dosa, masih berani mengajar kami?” sebenarnya, God has given everybody freedom to witnessing the truth, not to teach others. Seumur hidup, saya menyerahkan diri jadi hamba Tuhan yang berani mengatakan kebenaran sejati dengan jujur dan sungguh-sungguh. Tanpa peduli orang suka mendengarnya atau tidak . Sikap seperti ini tidak kita dapati di tengah masyarakat yang munafik. Maka mereka mengusir orang buta itu, membuatnya hidup terlantar untuk kedua kalinya. Saya percaya, dia jadi pekabar injil di jalanan, menyatakan kuasa Allah yang telah menyembuhkan dia; jadi saksi Kristus yang hidup. Gerakan Reformed adalah gerakan yang mencintai kebenaran dan memberitakan injil, agar orang berdosa berpaling pada Tuhan. Tuhan memberkati kita yang sudah mendengar firman Nya.
(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/jakarta/MRI1110.pdf