Efesus 1:4-6

Di Efesus 1:3-11, bagian ini begitu Teosentris, berpusat pada Tuhan Allah, bukan pada manusia. Pada umumnya orang berkata, kalau saya berbuat baik, saya pasti diterima oleh Tuhan. Itulah pemikiran dari otak manusia yang sudah terjerumus, dan sudah dicemarkan oleh dosa. Dari pemikiran antroposentris, human center mentality inilah keluar agama-agama yang mengajarkan, jika aku berbuat baik, maka aku akan mendapatkan tempat yang baik di sisi Tuhan. Agama Kristen dari mula sampai akhir memberikan jawaban, tidak ada kemungkinan bagi kita untuk berkenan di hadapan Tuhan Allah, dengan dasar bahwa di dalam diri kita tidak ada sesuatu pun yang berkenan di hati-Nya.

Kita adalah manusia yang begitu jauh dari Tuhan, begitu jelek adanya. Segala moral, etika, dan kebajikan kita selalu mempunyai motivasi yang kurang baik. Kita sudah memperhitungkan, kalau aku berbuat baik, aku akan mendapatkan kehormatan dari orang lain. Di kedalaman hati kita, terdapat motivasi campuran, yang hanya bisa dilihat oleh Tuhan Allah. Kita tidak boleh melihat segala sesuatu dari sudut pandang diri kita sendiri, dari ukuran manusia secara universal, atau dari standard masyarakat di mana kita berada. Kekristenan selalu didasarkan pada standar yang ditetapkan oleh Tuhan Allah, selalu melihat segala sesuatu dari tahta Allah. Di hadapan Tuhan Allah, tidak ada seorang pun yang sanggup menolong dirinya sendiri berdasarkan kekuatan dan kebajikan dirinya. Di hadapan Tuhan Allah, tidak ada seorang pun yang cukup memenuhi syarat untuk berkenan di hadapan-Nya.

Jika kita menganggap diri cukup baik, itu adalah karena kita belum berjumpa dengan Tuhan. Jika kita menganggap diri cukup mampu menyelamatkan diri sendiri, itu adalah karena kita belum mengetahui syarat yang Tuhan tetapkan. Tuhan berkata, di dalam dunia, tidak ada orang yang baik, seorang pun tidak ada. Di hadapan Allah, tidak ada orang yang berbuat baik, yang sempurna, yang mencari Dia. Istilah saya mencari Allah, keluar dari mulut manusia, tetapi statement yang keluar dari Allah adalah, Aku melihat ke bumi, adakah yang mencari Aku? Akhirnya Dia melihat, tak seorang pun yang mencari Dia. Apa yang dicari oleh agama-agama? Agama-agama mencari keselamatan, mencari jalan keluar dari dosa, mencari jalan untuk bisa terlepas dari kutukan yang sudah berada di dalam hatinya, mencari perlindungan, mencari peristirahatan dari kekacauan, kerisauan jiwanya, mencari penyuapan hati nurani, karena manusia sadar, dirinya telah berdosa. Itulah sebabnya, di dalam agama, manusia bukan mencari Allah, paling banyak, dia hanya mencari berkat Allah. Mencari Allah dan mencari berkat Allah adalah dua hal yang sangat berbeda. Kekristenan mengupas secara tuntas bahwa hal seperti itu tidak seharusnya dilakukan oleh agama.

Di dalam diri kita, tidak ada unsur yang membuat kita bisa diperkenankan oleh Tuhan Allah. Jika kita memberikan sesuatu kepada Tuhan, jangan lupa, Tuhan tidak memerlukan sesuatu dari kita. Kalaupun kita memberikan sesuatu kepada-Nya, itu hanyalah untuk sesama yang membutuhkan, karena apa yang bisa kita berikan juga berasal dari Tuhan sendiri. Jika Tuhan memberikan sesuatu kepada kita, kita mengakui Dia sebagai Tuhan. Namun apa jadinya, bila suatu hari Tuhan tidak memberikan sesuatu, apakah kau masih menerima-Nya sebagai Tuhan di dalam hatimu? Tuhan begitu baik kepada kita, maka kita berkata, puji Tuhan. Kalau suatu hari, Tuhan memberikan kebajikan dengan corak yang berbeda, dengan versi yang lain, apakah kau masih tetap menyebut-Nya sebagai Tuhan yang baik?

Di dalam pembacaan kita terdapat dua istilah:

  1. Dipilih. Chosen, elected: kita dipilih oleh Tuhan.
  2. Predestined, ditetapkan sebelumnya. Sebelum ada dunia, sebelum ada waktu, sebelum kau dilahirkan, sebelum kau berbuat kebajikan apapun, sebelum kau bergagasan apapun di dalam agama.

Sebelum dunia diciptakan, sudah terdapat penentuan dari Tuhan. Sebelum kau ada, Tuhan sudah memilih. Sebelum semesta alam berada, sudah ada rencana dari Tuhan. Predestined adalah istilah yang mengingatkan kita:

  1. Allah kita adalah Allah yang kekal.
  2. Allah kita adalah Allah yang berdaulat.

    Jika Allah tidak berhak menentukan segala sesuatu, Dia bukan Allah. Allah disebut Allah, karena Dia kekal, karena Dia berdaulat. Allah berada, sebelum segala sesuatu dicipta, Dia berada dari kekal sampai kekal, juga Allah yang berdaulat. Dia mempunyai hak yang tertinggi. Dia adalah Allah yang tidak bergantung kepada siapapun. Dia mempunyai kuasa pada diri-Nya sendiri.

  3. Allah yang merencanakan keselamatan bagi manusia.

    Pada waktu kekekalan Allah bergabung dengan kuasa Allah dan merencanakan sesuatu, maka rencana itu adalah rencana yang tidak mungkin diganggu-gugat oleh siapapun. Pada diri Allah tidak terdapat hal mengalami kegagalan di tengah jalan yang membuat Dia memutar haluan. Allah mempunyai rencana dari kekal sampai kekal, dan ini merupakan salah satu tanda bahwa Dia adalah Allah yang sejati. Allah yang kekal, Allah yang berdaulat. Allah yang berencana, adalah Allah yang memberikan anugerah sesuai dengan kedaulatan-Nya, yaitu menurut kesukaan, kerelaan-Nya. Maksudnya Dia menjadi pusat.

Dikatakan di sini, terpujilah Tuhan, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang di dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia (Kristus), Allah telah memilih kita. Jadi, di dalam Kristus, kita dipilih. Calvin mengatakan, hal ini membuktikan bahwa di dalam diri kita tidak terdapat sesuatu pun yang bisa dijadikan syarat untuk dipilih. Artinya, kita yang tadinya berada di luar Kristus, sekarang dijadikan di dalam Kristus. Di dalam Kristus, kita tidak memenuhi syarat untuk dipilih. Semua manusia diuji, bagaimana dengan Anak Allah? Ketika Anak Allah datang ke dalam dunia, Dia diperlakukan sama: harus menderita, harus belajar taat, barulah Dia bisa menjadi contoh bagi umat manusia.

Mengenai doktrin pilihan terdapat beberapa hal yang besar, yang selalu dilawan oleh pemikiran manusia.

    1. Kalau Allah memilih orang ini diselamatkan dan orang itu tidak diselamatkan, bukankah itu berarti Allah tidak adil?

      Keadilan tidak bisa dicampur adukkan dengan anugerah yang diberikan berdasarkan kedaulatan Allah. Waktu kau melamar seorang wanita untuk menjadi isterimu, bolehkah wanita-wanita lain berkata, kamu tidak adil, mengapa kau memilih dia, tetapi tidak memilih saya? Sama halnya dengan orang yang mengatakan, bukankah Allah mampu mempunyai anak yang lebih banyak, mengapa Dia hanya memilih sebagian orang saja untuk menjadi anak-Nya? Itu adalah hal yang tidak diwahyukan kepada kita.

Manusia telah merusak hubungannya dengan Tuhan Allah, itulah sebabnya manusia berdosa, menjadi seteru Allah, hidup tanpa Allah, terpisah dari Allah. Karena semua manusia sudah berdosa, kalau mereka semua dimasukan ke dalam neraka, itu disebut adil. Namun keadilan tidak seharusnya dipakai bersama-sama dengan anugerah. Anugerah diberikan bukan karena seseorang berhutang sesuatu, dan dia wajib melunasi. Kitalah yang berhutang kepada Allah, Allah tidak berhutang apa-apa kepada kita. Alkitab mengatakan, sekalian manusia sudah berdosa dan telah mengurangi kemuliaan Tuhan Allah. Kalau berbicara tentang keadilan, semestinya semua orang masuk neraka dan binasa, tetapi di antara manusia yang seharusnya binasa, Tuhan memberikan anugerah kepada sebagian orang, sehingga mereka tidak masuk ke neraka.

Apa artinya anugerah?

      1. Tidak didapat karena layak.
      2. Tidak didapat sebagai upah kerja.
      3. Tidak didapat karena jasa apapun.

Di hadapan Tuhan, kita tidak layak, tidak mengerjakan sesuatu yang patuh mendapatkan upah, tidak berjasa apa-apa. Jadi anugerah diberikan kepada seseorang, bukan karena dia baik, bukan karena dia melakukan sesuatu, juga bukan karena dia berjasa, melainkan karena kerelaan Dia yang memberi, dan cinta kasih yang dinyatakan pada orang yang menerimanya.

  1. Kalau manusia diselamatkan karena dipilih oleh Allah, maka kita tidak perlu melakukan apa-apa.

    Buat apa pergi memberitakan Injil? Buat apa susah-susah mencari jiwa? Bukankah semua yang diselamatkan sudah dipilih oleh Tuhan? Kalau Tuhan sudah memilih, maka orang yang tidak dipilih, bagaimana diinjilipun tidak akan selamat, dan orang yang sudah dipilih, bagaimanapun jadinya, akhirnya dia akan selamat, jadi kita tidak perlu mengabarkan Injil. Kalimat itu tidak benar. Kalau IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) gereja kita keluar, gedung gereja itu akan dibangun. Sudahkah bangunan gereja itu direncanakan? Sudah. “Kalau sudah direncanakan ya sudah, tidak usah kerja.” Itu perkataan orang yang tidak waras. Yang benar adalah, karena sudah direncanakan, maka kita harus mengerjakan sesuai dengan rencana. Karena bangunan itu direncanakan untuk dikerjakan. Maka apa yang sudah direncanakan oleh Tuhan, akan kita saksikan penggenapannya. Sebelum dunia diciptakan terdapat rencana Allah yang kekal, dan di dalam sejarah terdapat pelaksanaan dari kuasa Tuhan. Di sini terdapat rencana yang kekal dan proses yang dinamis. Rencana Allah tidak dapat berubah, sedangkan proses yang dinamis itu pasti terjadi, pasti tergenapi. Allah sendiri telah memberikan contohnya. Apakah contoh itu? Dia menetapkan orang yang akan diselamatkan, Dia menetapkan keselamatan itu berada di dalam Kristus, Dia menetapkan darah Kristus membasuh manusia. Dia menetapkan kematian Kristus adalah kemenangan, untuk menggantikan kematian yang lain. Hanya menetapkan saja masih belum cukup, Dia mengutus Yesus datang ke dunia. Jadi, mengutus Kristus ke dalam dunia adalah langkah yang ditempuh untuk melaksanakan apa yang direncanakan, sebagai wujud dari apa yang telah ditetapkan.

    Kalau Tuhan sudah memilih orang-orang yang akan diselamatkan, untuk apa saya memberitakan Injil? Jawabannya adalah, Tuhan memilih engkau dalam pelaksanaannya untuk mengabarkan Injil kepadanya. Penginjilan adalah bekerja sama dengan rencana Allah, untuk memunculkan mereka yang dipilih oleh-Nya. Mereka yang sampai kesempatan terakhir tetap menolak, menyatakan diri sebagai orang yang tidak dipilih. Tetapi mereka yang taat kepada Injil yang kita beritakan, mereka adalah orang yang dipilih, yang dinyatakan.

    Doktrin pilihan bukan untuk membuat orang Kristen menjadi malas. Doktrin pilihan bukan untuk menghambat kita memberitakan Injil, melainkan menjadi jaminan bahwa penginjilan kita pasti berhasil, karena ada umat Tuhan di sana.

    Anugerah sepertinya adalah suatu resistable grace, tetapi akhirnya kaum pilihan tidak mungkin menolaknya. Karena orang yang dipilih oleh Tuhan, kemanapun dia pergi, akhirnya akan ditangkap kembali. Karena Allah mempunyai pilihan, penetapan yang tidak bisa dilawan. Kehendak Tuhan harus terjadi.

  2. Ada orang berkata, saya tidak mau menerima doktrin pilihan. Karena kalau saya sudah dipilih dan ditetapkan untuk selamat, bukankah itu berarti saya boleh hidup dengan sembarangan?

    Kalau toh saya sudah ditetapkan menjadi anak Allah, maka saya boleh berjudi, berzinah dan sebagainya, namun bisa tetap masuk ke sorga. Itu adalah kaum pilihan yang tidak waras, tidak mengerti, dan mungkin sekali, dia tidak termasuk orang yang dipilih Tuhan. Apa sebabnya? Karena Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita dipilih untuk menjadi suci, bukan dipilih karena kita sudah suci. Maksudnya pilihan itu bukan statis, melainkan sebagai suatu gerakan yang dinamis, yang merubah hidupmu. Maksudnya adalah, kita dipilih untuk dihajar, dididik, dilatih, didisiplin, dibentuk, sampai menjadi peta teladan Allah yang utuh, yang dinyatakan di dalam dunia.

(Ringkasan kotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkotbah, W.H.)

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong, 28 September 1997

Sumber : https://www.mriila.org/pustaka/eksposisi-efesus/penjelasan-doktrin-pilihan/