Saya akan mengulangi beberapa prinsip tentang apakah yang kita percaya khususnya di dalam gerakan Reformed Injili Indonesia tentang mukjizat. Orang-orang yang tidak bertanggung jawab berkata bahwa orang yang berada dalam gereja Reformed tidak percaya Roh Kudus, Stephen Tong tidak ada Roh Kudus dan tidak percaya mukjizat”. Dan mereka berkata mereka mengharapkan mukjizat terjadi setiap hari karena mereka percaya Tuhan adalah Tuhan yang melakukan mukjizat, tidak ada perubahan dari jaman ke jaman. Mereka mengutip ayat “Yesus Kristus tetap sama, kemarin, hari ini, dan selama-lamanya.”

Saudara-saudara, apakah benar kita tidak percaya kepada mukjizat, apakah benar kita tidak percaya ada tanda-tanda ajaib, apakah benar kita tidak lagi percaya kuasa Tuhan melakukan sesuatu menurut kehendak-Nya sendiri? Bukan demikian! Justru kita percaya. Tetapi kita harus menyadarkan dunia ini akan apa yang menjadi prinsip kepercayaan kita tentang kuasa dan mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan. Minggu lalu saya berkata bahwa mukjizat dan tanda-tanda, itu merupakan sesuatu yang dikerjakan Tuhan untuk menyatakan keberadaan, kebesaran, kuasa dan anugerah Tuhan yang berkenan di dalam hati-Nya.

Mukjizat merupakan tanda, yaitu sesuatu yang diberikan kepada kita menjadi satu bukti, bahwa Tuhan pernah bekerja di sana. Allah memakai tanda untuk menyatakan Dia adalah Allah yang hidup, Allah yang berada, bekerja, berkuasa, berdaulat dan Allah yang memiliki kerelaan menurut anugerah-Nya sendiri.

Allah yang berkuasa dan memberikan anugerah ini harus diintegrasikan menjadi satu sehingga kita mengerti anugerah yang dikaitkan dengan kedaulatan Tuhan Allah. Allah berkata, “Aku akan menganugerahi siapa yang Ku anugerahi dan Aku akan mengasihani siapa yang Ku kasihani. Di sini the grace of God and the sovereignty of God must be integrated.

Saudara-saudara, jika tidak mengetahui integrasi antara kedaulatan dan anugerah Tuhan maka kita akan menjadi orang yang mempermainkan Tuhan Allah. Banyak orang mengatakan jikalau Allah adil, jikalau Allah itu Mahakuasa, silahkan memberikan anugerah kepada saya, silahkan Allah melakukan mukjizat di dalam hidup saya sama seperti apa yang pernah dilakukan di dalam jaman Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Bolehkah, layakkah, patutkah kita menuntut kepada Tuhan Allah seperti itu? Jawabannya adalah tidak. Saudara-saudara, tidak ada seorangpun yang harus atau boleh memaksa kehendak Allah untuk melakukan sesuatu bagi ambisinya dia sendiri. Alkitab dengan jelas berkata kepada kita, Allah adalah Allah yang berdaulat; banyak hal dan banyak doa yang tidak Dia terima.

Saudara-saudara, barangsiapa yang berdoa dengan ambisi egois, doanya tidak didengar oleh Tuhan. Demikian Kitab Suci menyatakan bahwa barang siapa menitikberatkan dosa dan tidak mau meninggalkan segala perbuatan kejahatan lalu dia berdoa kepada Tuhan, doanya tidak didengar oleh Tuhan.  Alkitab mengatakan Allah tidak mendengar doa mereka yang telinganya disumbat, yang tidak mau mendengar seruan orang miskin. Alkitab berkata juga bahwa Allah tidak mendengar doa mereka yang minta sesuatu hanya untuk berfoya-foya, untuk menghamburkan dan tanpa menjalankan kehendak Tuhan.

Saudara-saudara, doa-doa yang saya sebut itu semua doa-doa yang tercatat dalam Kitab Suci yang Tuhan tidak dengar. Itu sebab, jangan kira kalau saya datang kepada Tuhan, Dia harus memberi sesuatu. Kalau saya berdoa, Dia harus mengabulkan. Kalau saya beriman, Dia harus mengabulkan sesuatu. Tuhan bukan pembantu kita. Tuhan adalah Tuhan, Dia adalah Raja, Dia adalah Tuhan di dalam hidup kita masing-masing. Maka doktrin Allah harus dimengerti dengan integrasi Allah yang adalah Allah yang berdaulat. Allah yang adalah Allah yang mempunyai kehendak sendiri sehingga tidak seorang mendikte Dia, tidak seorang memaksa Dia, tidak seorang mempermainkan Dia. Beberapa minggu yang lalu saya berkata kepada saudara bahwa anugerah Tuhan itu adalah anugerah yang demikian cuma-cuma tetapi bukan anugerah yang murah. The grace of God is free, but the grace of God is not cheap.

Saudara-saudara, anugerah Tuhan itu cuma-cuma, engkau tidak bayar apa-apa, engkau boleh menerimanya, tapi itu bukan anugerah yang murah. Waktu saya berada di Hongkong, saya mempunyai uang lebih dan melihat ada jas yang dijual dengan tidak terlalu mahal lalu saya mengingat pendeta-pendeta yang di sini, akhirnya saya beli lebih dari 20 jas. Beli koper lalu angkat setengah mati pulang. Setelah itu saya mau kasih ke semua pendeta pria atau tidak? Saya bilang tidak. Silahkan bayar seratus lima puluh ribu rupiah untuk satu jas, cukup murah. Lalu uang itu diserahkan untuk Institut. Lalu saya dorong koper yang saya bawa. Saya mengingat pendeta-pendeta yang di sini tidak mempunyai kesempatan lebih banyak dari saya keluar negeri dan saya ketemu masih ada jas yang bagus dan tidak terlalu mahal, saya ingin belikan. Mengapa saya menetapkan mereka harus bayar? Supaya mereka tidak take it for granted. Supaya mereka mempunyai suatu perasaaan ada tanggung jawab, saya harus bayar sedikit. Saudara-saudara sekalian, dengan demikian ini menjalankan suatu prinsip, anugerah Tuhan itu cuma-cuma tapi tidak murah.

Saudara-saudara, jikalau engkau mendapatkan sesuatu yang tidak usah bayar, yang murah, biasanya dipakai sembarangan. Tetapi jikalau engkau memakai sesuatu dengan membayar sedikit uang, berarti engkau ikut terjun. Itu sebab pendeta-pendeta di GRII kalau sakit di kelas II di Rumah Sakit, kita bayar separuh, sisanya itu akan dibayar oleh mereka dan akan dilihat juga oleh orang Kristen yang mendapatkan pelayanan mereka, akan memberikan dengan cinta kasih kepada mereka. Ini cara untuk bekerja dalam Gereja ini karena kita tidak mau semua menganggap semuanya free. Itu akan merusak iman kita dan merusak kerohanian kita masing-masing. Kecuali penyakit yang keras seperti Pdt. Amin dan sebagainya dan pengobatan terlalu mahal di luar penjangkauan, di situ kita akan membayar full sesuai yang dibutuhkan. Dengan demikian pun saya mau bertanya kepada dia adakah orang yang menolong, membantu engkau. Jikalau ada, semua lapor sehingga kita mengetahui agar semua diatur dengan baik.

Saudara-saudara, anugerah Tuhan adalah anugerah yang cuma-cuma. Kita menerima anugerah Tuhan Yesus tidak bayar, kita masuk surga tidak bayar tetapi tidak berarti anugerah itu tidak berarti / tidak ada harganya. Anugerah itu tidak ada nilainya, itu adalah nilai yang tertinggi. Itu adalah anugerah yang terbesar. Apa sebab? Karena Paulus berkata di dalam tubuhmu, muliakanlah Tuhan karena engkau sudah dibeli dengan harga yang mahal. Apakah harga itu? Darah Yesus Kristus!

Saudara-saudara, itu sebab kita mau mengerti kedaulatan Tuhan dengan anugerah Tuhan. Allah memberikan anugerah? Ya. Allah memberikan anugerah untuk dipermainkan? Tidak. Allah memberikan anugerah secara cuma-cuma? Ya. Allah memberikan anugerah supaya manusia menghamburkan? Tidak! Allah memberikan anugerah supaya manusia menjadi benalu, tidak perlu bertanggung jawab? Tidak. Allah memberikan anugerah dan anugerah yang diberikan kepada kita di belakangnya ada nilai-nilai yang besar yang Tuhan bayar bagi kita. Saudara-saudara sekalian, kiranya Tuhan memberikan pengertian kepada kita anugerah tidak boleh dikaitkan dengan keadilan Tuhan Allah. Kalau Tuhan memberikan dia 5000 talenta kenapa Tuhan cuma memberikan saya 1000 talenta, bukankah Engkau Mahaadil? Kalau Engkau adil seharusnya sama! Berikan yang sama : dia 5000, saya juga 5000. Dia jadi konglomerat, saya juga jadi konglomerat. Kalau dia mempunyai makanan banyak, saya juga.

Saudara-saudara, Tuhan tidak pernah mengajar itu. Tuhan tidak mengajar bahwa anugerah Tuhan tidak dikaitkan dengan keadilan. Ini adalah salah satu prinsip yang penting sekali sehingga kalau engkau mengerti, engkau tidak lagi bersungut-sungut, engkau tidak lagi hidup dalam ketidaksejahteraan karena suatu ambisi seperti ombak besar dalam lautan yang terus bikin engkau susah.

Saudara-saudara, jangan bandingkan dirimu dengan orang-orang lain. Jika engkau mau membandingkan, bandinglah kepada yang lebih miskin, lebih susah, lebih rendah, yang lebih picik, yang lebih sulit, di situ engkau baru bisa syukur kepada Tuhan. Mengapa engkau membandingkan dengan orang-orang yang lebih tinggi, lebih kaya, lebih lancar dari kita, setelah itu akhirnya kita mencela Tuhan. Kalau Engkau adil, mengapa dia banyak, saya sedikit yang dikasih. Saudara-saudara, itulah sumber kesusahan, tak habis-habis dalam hidup.

Kedua, kita selalu menuntut Tuhan : jika Engkau Mahakuasa, tidak ada kesulitan bagi-Mu, mengapa Engkau tidak menyembuhkan penyakitku? Kenapa Engkau tidak menyelesaikan segala persoalanku? Kenapa Engkau tidak buka jalan bagi aku? Saudara-saudara, apakah Allah ada untuk dicela-cela seperti itu? Apakah Allah yang sudah begitu mencintai kita masih harus menerima sungut-sungutan seperti ini? Inilah satu kerohanian yang tidak bertanggung jawab. Kedua kesalahan itu ada karena mengaitkan kuasa Allah yang berdaulat dengan diri saya seharusnya mendapatkan; egoisme! Kedua, Allah adalah Allah yang Mahaadil maka anugerah-Nya harus sama rata diberikan kepada setiap orang. Siapa yang mengajar engkau menuntut Tuhan Allah dengan prinsip yang tidak beres ini?

Saudara-saudara, Allah tidak pernah mengatakan kalau Aku memberikan engkau satu, harus semua satu, kalau engkau seribu, harus semuanya seribu. Tidak. Yesus mengajar beberapa kali, ada yang mendapat lima ribu talenta, ada yang dua ribu, ada yang seribu. Berarti apa? Secara kuantitas, tidak ada anugerah yang adil. Saudara-saudara, ini prinsip Alkitab tetapi ini tidak berarti kalau demikian bukankah Allah itu tidak adil? Tidak. Jikalau Allah tidak adil haruslah diukur dengan cara menghakimi orang yang mendapat talenta yang banyak dan yang sedikit.

Saudara-saudara, sekali lagi saya berkata kepada saudara, filsafat di dunia tidak pernah menyelesaikan hal ini. Plato hanya mengerti suatu prinsip, semua bekerja sesuai dengan talenta yang ada pada dia – itu namanya keadilan. Jadi dia tidak berani menyinggung, ada orang yang kaya, ada orang yang miskin, ada yang pintar, ada yang bodoh. Dia hanya mengatakan memang kita dilahirkan secara tidak rata, ada yang berpakaian banyak, ada yang berpakaian sedikit tetapi setiap orang bekerja sesuai bakat yang diberikan kepadanya, itulah keadilan. Filsafat Plato membicarakan tentang suatu kesempatan dan suatu tugas, sesuatu tanggung jawab sebagai suatu keadilan tetapi dia tidak pernah membicarakan dengan jelas tentang penghakiman, tentang bagaimana Tuhan akan menuntut orang-orang yang menerima bakat yang diberikan oleh Tuhan.

Maka konsep filsafat keadilan yang paling tuntas tetap ada dalam Kitab Suci dari kalimat Yesus Kristus sendiri. Dia mengatakan, engkau mata merah! Tahukah ini uang-Ku? Kalau aku memberikan kepada siapa, itu hak-Ku. Mengapa engkau iri hati? Ini kalimat Yesus Kristus, karena yang dipanggil dari pagi sampai malam janjinya adalah ongkos yang telah ditetapkan. Tetapi pada waktu senja Tuhan masih memanggil orang masuk ke dalam ladangnya untuk bekerja tapi waktu malam setelah semua orang kerja selesai, diberikan ongkos yang sama. Lalu dari mereka ada yang marah, mengapa saya kerja dari pagi sampai malam dapat gaji yang sama, dia baru dua jam dapat gaji yang sama? Tuhan tidak mau menjawab, Tuhan hanya berkata, siapa engkau? Apakah engkau menjadi matanya merah karena saya memberikan uang-Ku kepada siapa dengan kedaulatan. Jadi di sini Alkitab mengajarkan kedaulatan Allah yang bergabung dengan anugerah bukan keadilan Allah yang diintegrasikan dengan anugerah.

Kalau demikian bagaimana menjelaskan keadilan Allah? Jawaban adalah: the Christian concept of justice is the justice in the quantity of gifts, but the Christian concept of justice is a justice of responsibility. Itu sebab jika kamu mendapat 5000 dinar, engkau harus serahkan kembali 5000 dinar. Yang mendapatkan 1000 cukup mengembalikan 1000, yang mendapat 2000, cukup menyerahkan 2000. Yang mendapat 2000 tidak dituntut Tuhan 5000. Yang mendapat 1000 tidak dituntut Tuhan 2000. Karena apa? Karena Tuhan adalah Tuhan yang adil, jadi yang diberi banyak dituntut banyak, yang diberi sedikit dituntut sedikit. Itu artinya keadilan, the justice in responsibility: What is given to you, you should return to God. Apa yang diberikan Tuhan, engkau kembalikan untuk Tuhan. Tuhan memberikan bakat kepada engkau, engkau harus memuliakan Tuhan. Tuhan memberikan kekuatan kepada engkau, engkau harus memakai kekuatan untuk melayani Dia. Tuhan memberikan kesehatan kepadamu, kesehatanmu harus menjadi alat di dalam tangan Roh Kudus Tuhan.

Saudara-saudara, engkau kerap iri hati. Kenapa ini sekolah sampai PhD, itu sekolah sampai luar negeri. Saudara-saudara, orang yang mendapat PhD yang asli, yang bukan curian, yang bukan pemberian, saudara tahu tidak, berapa banyak hari dia sampai jam 02:00 dini hari belum tidur? Saudara-saudara, engkau cuma iri dia bisa ke luar negeri, engkau cuma iri mereka bisa bergelar yang tinggi. Mereka yang sukses, mereka yang bekerja berat, apa yang menjadi kesulitan, apa yang menjadi perjuangan, apa yang menjadi banting tulang mereka selama berpuluh-puluh tahun, engkau tidak tahu. Engkau tahunya iri. Ini adalah sikap yang tidak beres. Tuhan jika Engkau adil, mengapa dia ada, saya tidak ada? Tidak boleh ngomong, engkau tidak berhak mengatakan itu karena Allah adalah Allah yang berdaulat.

Saudara-saudara, kedua, jika Allah Mahakuasa, lakukanlah, sembuhkan saya! Engkau kan Mahakuasa, tidak kesulitan bagi-Mu. Engkau tidak berhak mengatakan itu. Kalau Tuhan berkata, Aku akan mengasihani siapa, Aku akan mengasihani mereka yang akan Aku kasihani. Aku akan menganugerahi mereka yang akan Ku anugerahi. Berarti kedaulatan Allah dikaitkan dengan anugerah bukan keadilan. Dan kerelaan Allah dikaitkan dengan memberi anugerah, bukan akan ambisi kita yang akan dipuaskan. Jika Tuhan mengisi kebutuhan kita menurut ambisi kita, saya minta ini, coba kasih, coba kasih. Semua yang kita doa, semua diberi, maka Tuhan itu bukan Tuhan, engkau yang jadi tuhannya Tuhan. Saudara-saudara, justru Tuhan itu berdaulat; Dia mengetahui kapan boleh kasih, tidak boleh kasih. Seorang ayah yang mempunyai prinsip tak mungkin memberikan semua permintaan daripada semua anaknya. Betul tidak? Apakah permintaan anakmu semua diberikan? Tidak. Karena Allah mempunyai daulat, demikian juga ayah yang berbijaksana dia mengetahui kapan boleh, kapan tidak. Setelah kita mengerti prinsip ini lalu kita masuk ke dalam pembahasan bagaimana Allah memberikan mukjizat.

Minggu lalu saya sudah berkata bahwa agama Kristen adalah satu-satunya agama yang memiliki mukjizat yang sejati. Kalimat ini tidak boleh dikurangi karena banyak agama lain yang melakukan mukjizat tapi bukan yang sejati. Karena agama Kristen adalah agama yang diberikan dari Tuhan dan Tuhan sendiri menyatakan tanda-tanda, kuasa kepada Adam dan kedaulatan sebagai sumber kedaulatan Tuhan di dalam mukjizat-mukjizat yang diberikan. Miraculous signs; signs artinya tanda-tanda. Tuhan memberikan tanda-tanda.

Minggu yang lalu saya sudah memberikan beberapa prinsip yang utama. Pertama, pada saat yang diperlukan, barulah Tuhan melakukan mukjizat, bukan setiap saat. Kedua, yang disebut saat tertentu itu adalah pada saat Injil permulaan dikabarkan kepada satu daerah. Pada waktu satu tempat permulaan menjangkau orang-orang belum Kristen yang mempunyai kebudayaan, ideologi, tradisi yang kuat luar biasa, mereka sulit menerobos. Kekuatan orang pertama, berani meninggalkan agama yang lama, berani melepaskan tradisi yang sudah begitu mengikat, berani melawan seluruh kebudayaan akan bangsanya, itu sangat minim, sangat tidak cukup. Itu sebab, Tuhan menyatakan mukjizat untuk membuktikan bahwa Tuhan memberi tanda di situ supaya orang takluk kepada Dia.

Saudara-saudara, itu bukan karena mukjizat bisa menyebabkan iman! Tidak ada orang yang iman sejatinya berdiri di atas mukjizat. Iman berdiri atas Firman tetapi sesuatu hal yang menolong kita untuk lebih percaya kepada Firman maka mukjizat diberikan, sebagai dampingan saja bukan sebagai yang utama. Barangsiapa, gereja mana, Pendeta siapa saja menjadikan mukjizat pelayanan utama, orang itu tidak setia kepada Tuhan.

Yohanes Pembaptis seumur hidupnya membangunkan orang Israel; beratus-ratus ribu orang dibaptiskan oleh dia di Sungai Yordan. Saya kira setelah di gunung Karmel, daripada Elias, tidak pernah ada kebangunan lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Tapi Yohanes Pembaptis belum pernah melakukan satu kali mukjizat. Yang tidak melakukan mukjizat tidak ada Roh Kudus, yang tidak bisa karunia lidah tidak ada Roh Kudus, yang tidak melakukan penyembuhan tidak ada Roh Kudus. Itu kepercayaan, kesimpulan yang begitu dangkal, demikian menyeleweng, adalah sangat menyimpang dari Kitab Suci.

Saudara-saudara, Yohanes Pembaptis belum pernah berkarunia lidah. Yohanes Pembaptis belum pernah melakukan satu kali mukjizat, Yohanes Pembaptis belum pernah menyembuhkan sakit penyakit. Yohanes Pembaptis belum pernah mengusir satu setan keluar dari satu orang. Alkitab mengatakan ia tidak pernah melakukan satu kali mukjizat. Tetapi apa yang dia bicarakan tentang Kristus menjadikan banyak orang beriman.

Iman kepercayaan seharusnya tidak didirikan di atas mukjizat. Itu sebab kalau Allah mau memberikan mukjizat, ada waktunya, ada prinsipnya, khususnya waktu permulaan Injil sampai kepada satu kebudayaan, satu bangsa, satu suku yang tradisinya begitu kolot sehingga manusia yang mau percaya tapi tidak kuat, maka Allah menyatakan mukjizat sehingga orang di sekitanya mengetahui yang dipercayainya itu sungguh- sungguh. Mulai mereka digoncangkan, mulai mereka melihat apakah mereka perlu memindahkan diri dari adat yang lama menjadi orang Kristen.

Pada saat Nommensen berada di Batak, pernah orang-orang di sekitanya mau membunuh dia tapi melihat di sekitarnya dipenuhi malaikat-malaikat yang begitu banyak maka mereka mengetahui yang dia percayai itu benar adanya. Demikian seorang yang bernama Jason yang berada di Kalimantan Barat. Dia pernah diberi racun supaya dia mati dengan porsi tiga kali dari biasanya setelah pesta yang diadakan secara pura-pura menyambut dia, seorang pendeta dari luar. Malam itu seorang merangkap kepala rumahnya melihat dia sedang tidur enak, maka dia dibangunkan. Engkau masih hidup? Pendeta Jason kebingungan dengan pertanyaan, “Kenapa masih bisa hidup”. “Pendeta tahu tidak kemarin malam engkau sudah makan racun tiga kali dari orang biasa?” Benarkah yang kamu katakan itu? Orang itu menjadi orang pertama yang menjadi percaya dan Pendeta Jason menjadi dosen saya di SAAT. Dia cerita hal itu sungguh-sungguh terjadi. Mukjizat sungguh-sungguh terjadi tetapi pada saat-saat yang perlu, Tuhan mengerjakan sesuatu tidak bisa dilarang oleh manusia.

Saudara-saudara, bukan saja demikian, mukjizat bisa saja membuat orang mungkin untuk meninggalkan kebudayaan, meninggalkan sesuatu beban daripada nenek moyang yang begitu berat sehingga mereka percaya dan di situ Tuhan memberikan kekuatan kepada mereka. Dengan demikian kesembuhan pengusiran setan dan kuasa luar biasa dari Tuhan selalu terjadi. Kalau saya berkotbah di lain tempat, yang mau menerima Tuhan Yesus angkat tangan. Kadang-kadang 80%, kadang-kadang 40%. Tapi kalau saya berkotbah di GRII, Kebaktian sudah hampir mau selesai, saya mengatakan yang mau menerima Tuhan Yesus angkat tangan, mungkin tidak sampai 5%, karena apa? Engkau sudah menerima Tuhan dan engkau sudah tidak melihatnya sebagai kebutuhan yang sangat penting bagi engkau karena engkau lebih mau mengenal Firman Tuhan lebih banyak sehingga kalau kita bikin seminar yang temanya khusus, engkau datang lagi, engkau datang lagi. Engkau mau Firman dan memang benar engkau diselamatkan satu kali tapi engkau dididik bukan satu kali, beribu-ribu kali sampai mati. Once evangelized, the rest of your life, you should be continuosly educated until your death.

Saudara-saudara, dengan demikian kita melihat memang ada mukjizat. Tapi sekarang saya mau tanya apa ada salah jikalau mendoakan orang sakit? Tidak salah. Apa kita salah di dalam Kebaktian memakai waktu untuk melakukan mukjizat? Kalau perlu kita lakukan. Tetapi saudara, saya mau tanya, prinsip dari mukjizat itu apa? Bukan mukjizat mendahului penginjilan tapi penginjilan mendahului mukjizat. Bukan mukjizat diutamakan lebih daripada penginjilan tapi penginjilan diutamakan lebih dari pada mukjizat, ini prinsip yang sama. Dari manakah kita melihat? Dari contoh-contoh Alkitab. Tidak ada sesuatu propaganda – Ayo datang, yang sakit mereka akan disembuhkan – dengan cara menarik massa secara demikian baru engkau melakukan mukjizat untuk penginjilan.

Saudara-saudara, mukjizatmu ikuti penginjilan untuk menjadi tanda daripada Tuhan. Jikalau Tuhan rasa perlu, Dia akan kerjakan. Sekarang kita membaca lagi ayat yang ke empat dengan teliti, “Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.” Dari saksi dulu baru diteguhkan atau diteguhkan dulu baru bersaksi? Sekali lagi : meneguhkan kesaksian itu berarti saksi dulu baru diteguhkan atau meneguhkan dengan mukjizat baru bersaksi? Bersaksi dulu, bukan? Lalu Allah meneguhkan, berarti penginjilan berjalan dulu, kalau perlu Tuhan menyatakan mukjizat. Bukan berarti saya mau memakai mukjizat supaya orang percaya baru mengabarkan Injil.

Seorang bernama Agustinus pada 1560 tahun yang lalu menulis satu kalimat, “God, what they gain in their curiosity, will they lost in their pride.” Barangsiapa yang mau melihat mukjizat, dengan rasa ingin tahu yang besar lalu minta-minta mukjizat, maka setelah mereka melihat, akhirnya mereka menjadi congkak dan kehilangan sama sekali maknanya. Saudara-saudara, banyak sekali orang-orang yang mengebu-gebu melihat mukjizat akhirnya beberapa puluh tahun lagi engkau lihat, mereka sudah menjadi bosan, mereka tidak lagi menjadi curios, mereka menjadi main-main, dan mereka kembali ke hidup yang lama. Tetapi mereka yang menuntut akan kedaulatan Tuhan, muka Tuhan, kuasa Tuhan, Firman Tuhan, dengan gentar menjalankan kehendak Tuhan, mereka tidak diberikan mukjizat pun, seumur hidup takut kepada Tuhan sampai berjumpa dengan Tuhan.

Saudara-saudara, Allah mau meneguhkan mereka, meneguhkan siapa? Meneguhkan mereka yang sudah bersaksi, meneguhkan mereka yang sudah mengabarkan Injil. Setelah Injil dikabarkan, Tuhan tidak membiarkan mereka sendiri. Kadang-kadang seorang Hamba Tuhan pergi ke tempat yang sulit sekali. Dia mungkin dibunuh, diancam, difitnah, diumpat, diadili, atau diadukan – seperti Paulus ketika berada di Filipi. Baru kemarin malam dia mimpi orang di Makedonia mengatakan silahkan datang, menyeberanglah ke sini, kami memerlukan engkau. Dia baru ke situ dalam dua hari, dia sudah dimasukkan ke dalam penjara.

Perintisan penginjilan sulit sekali. Seorang bernama Billet, dia datang ke Tiongkok setelah berumur tua, sampai dokter mengatakan “engkau sudah mau meninggal dunia”. Sebelum dia menghembuskan nafas terakhir, belum mendapat satupun orang menerima Yesus Kristus. Billet yang berada di Macau sebelum meninggal berteriak, “Batu-batu, kapan engkau membuka pintu bagi Tuhanku? Oh stone-stone, when will you open yourself for my Lord?” Apa artinya? Orang Tionghoa seperti batu kakunya. Negara Tiongkok seperti batu kakunya. Sampai dia mati tidak ada satupun yang menerima Tuhan. Dia berkata, “Tuhan, kapankah batu ini terbuka? Batu-batu, kapan engkau buka pintu bagi Tuhanku?” Lalu dia tutup mata. Dia bisa menginjili Macau tapi tidak bisa masuk ke dalam Tiongkok. Tidak ada orang yang diselamatkan selama dia mengabarkan Injil.

Saudara-saudara, setelah itu Tuhan mengirim seorang bernama Morrison. Morrison datang ke Macau dan dia mulai masuk ke dalam, menginjili keluarga Macau lagi. Dia mengabarkan Injil selama tujuh tahun, barulah satu orang menerima Tuhan Yesus, namanya Liang-Fa. Ia tergerak sekali karena Yesus mati bagi manusia. Ini tidak ada dalam Konfusiusme, Buddhisme, Taoisme; ini tidak ada dalam agama-agama manapun. Dia sangat bersyukur, lalu ia berkata kepada Tuhan, aku mau menyerahkan diri mau menjadi hambaMu, caranya bagaimana? Dia cetak – itu kira-kira 200 tahun yang lalu, cetakan itu adalah pakai satu persatu manual – buku yang berjudul “Cara Menyelamatkan Dunia”. Lalu dia sudah cetak, buku-buku kecil itu dia bagikan di tengah-tengah jalan. “Terimalah Yesus, terimalah Yesus!” Itu permulaan Protestan berada di Tiongkok kira-kira 200 lebih sedikit tahun yang lalu. Dari Macau masuk ke Kanton dan susahnya luar biasa. Akhirnya mulai ada orang yang karena disembuhkan, orang percaya, dari bawahan dulu. Tidak sampai 50~60 tahun terjadi peperangan antara Inggris dan Tiongkok mengenai candu. Orang Inggris, pedagang-pedagang tidak tahu apa kesusahan orang misionaris yang mengabarkan Injil di Tiongkok. Pokoknya bisa cari uang sebanyak-banyak, candu dimasukkan ke dalam Tiongkok bikin hancur kesehatan orang-orang Tionghoa. Pemuda-pemudi semua makan candu seperti narkoba sekarang. Yang berdagang cuma tahu untung profit dan mereka tidak tahu apa yang terjadi pada bangsa, apa yang terjadi pada generasi yang muda.

Saudara-saudara, banyak sekali yang ditipu. Waktu itu Tiongkok berada dalam keadaaan bahaya ambang pintu seluruh bangsa akan hancur karena semua orang minum candu, minum candu. Pada waktu itu mereka yang betul-betul mencintai bangsa dan negara mereka membenci orang Kristen. Mereka mengatakan orang Kristen pura-pura, orang Kristen kirim penginjilan untuk kita menerima Tuhan bisa diselamatkan tapi juga kirim opium, dan setelah itu perang opium, kirim meriam. Ini pura-pura maka agama Kristen dibenci! Puncak kebencian pada tahun 1920 lebih yaitu di mana komunisme bertumbuh menjadi satu partai untuk melawan semua agama.

Saudara-saudara sekalian, pada tahun 1910-an di Eropa tidak ada lagi orang yang percaya adanya kerasukan setan, tidak ada orang yang percaya mukjizat ditulis dalam Alkitab, tidak ada orang percaya akan keberadaan setan. Mereka dipengaruhi oleh Sigmund Freud, dipengaruhi oleh Viennesse School of Psychology, dan mereka mulai memikirkan bahwa di dalam Kitab Suci catatan-catatan mengenai dirasuk setan itu adalah salah tafsir daripada orang yang bergejala jiwa gila. Buku dari Rauschenbusch yang berjudul “The Theology of Social Gospel”, mengatakan bahwa di dalam Kitab Suci, baik di dalam Matius, Markus, Lukas, Yohanes, semua sudah salah mengerti dan menganggap orang gila itu dirasuk setan karena dianggap tidak normal dibanding orang biasa. Maka mereka meminta Tuhan Yesus mengusir setan padahal tidak ada orang yang dirasuk setan. Pada saat yang sama waktu Rauschenbusch menulis buku “The Theology of Social Gospel”, ada seorang Perancis, seorang misionaris asli Perancis yang berada di Shandong, namanya Neuville, mencatat dalam catatan hariannya lebih dari 120 kali dia mengusir setan keluar daripada orang. Gejala-gejalanya yang dia lihat persis dengan apa yang dicantumkan dalam Kitab Suci. Pada waktu itu Barat lagi tergila-gila pada Science, tidak percaya pada metafisika, tidak percaya supranatural, tidak percaya mukjizat, tidak percaya Allah, lagi mati-matian menuntut dan mengejar evolusi dan modern science. Di situ setan bersembunyi dan berkata tidak ada setan. Seluruh Eropa tidak percaya ada setan.

Di Timur, karena belum ada modern science, di situ setan bergerak luar biasa dan Tuhan bekerja. Mengapakah di Shandong terjadi pengusiran setan yang begitu banyak? Karena sangat diperlukan. Sebelum tahun 1949, di Tiongkok terjadi kebangunan luar biasa oleh Wang Ming Dao, lalu orang-orang seperti Witness Lee, Andrew Gih, Timothy Chao, orang-orang besar luar biasa dibangkitkan Tuhan pergi ke kota-kota, di sini sana mengabarkan Injil, memberitakan Firman dan membangun khususnya banyak mahasiswa-mahasiswa yang dengan tangisan menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Ribuan bahkan puluhan ribu, dari Shanghai, Nanjing, Fuzhou, Fuhan, Beijing, pemuda-pemudi menjadi orang Kristen. Tertulis seorang lawan/anti Kristen movement leader mengatakan, ada gejala tidak normal di Tiongkok: Mengapa kegiatan agama begitu digemari oleh orang Kristen, oleh mahasiswa, mereka tergila-gila dengan air mata menyerahkan diri untuk Yesus yang sudah mati? Kalimat-kalimat itu saya baca.

Banyak makalah melawan Kekristenan tapi Tuhan bekerja. Kira-kira tahun 1928 sampai 1949, di dalam 21 tahun ini, banyak mahasiswa, waktu itu mahasiswa di Tiongkok sedikit sekali, dan mahasiswa bisa mendapatkan uang yang banyak karena mereka mempunyai pengetahuan yang tinggi sekali. Tapi waktu itu banyak mahasiswa yang mendadak menyerahkan diri tidak mau gaji yang besar, maunya menjadi hamba Tuhan. Dikirim ke Xinhai, Xinjiang, dikirim ke perbatasan Xizhang, mereka pergi dan seorang yang waktu itu masih muda sekali menulis suatu syair dipersembahkan kepada penginjil-penginjil yang belum dikenal. Di dalamnya ada berkali-kali muncul istilah syair begini, “Siapakah yang memaksa aku? Siapakah yang mendikte aku sehingga aku harus jalan perjalanan salib yang sulit?” Dia mengatakan adalah diriku sendiri yang melepaskan semua ini, adalah diriku sendiri yang menginjak kaki pada jalan ini, adalah kemauanku sendiri karena cinta kasih Tuhan aku menyerahkan diri di atas mezbah untuk dibakar menjadi korban.

Saudara-saudara, orang itu sampai hari ini tidak menjadi pendeta tapi dia dipenjarakan oleh Komunis berapa puluh tahun. Sekarang dia tinggal di dekat Chicago sudah umur 80 lebih. Pada bulan Desember yang lalu saya ketemu dengan dia dan setiap kali kalimat keluar dari dia, mengandung kuasa Roh Kudus yang luar biasa.

Saudara-saudara, pada saat itu Tuhan mempersiapkan sekelompok orang dan intelektual pergi ke pedalaman dan Tuhan mempersiapkan misionaris ke kota-kota, Tuhan mempersiapkan pendeta-pendeta untuk mengabarkan Injil, dan Tuhan melakukan mukjizat yang banyak di Tiongkok. Karena apa? Karena harus dipersiapkan, harus diinjili, karena Komunis datang tidak lama lagi, tidak mudah lagi mengabarkan Injil. Tahun 1925~1929 Wang Ming Dao, Andrew GihGih, dan banyak nama-nama lainnya dibangkitkan oleh Tuhan dan mereka tidak tahu lelah, tidak tahu sakit. Andrew Gih berkotbah di atas mimbar sampai berkali-kali batuk, waktu keluar, itu bukan ludah tapi darah dari paru-parunya.

Saudara-saudara, akhirnya dia mendirikan SAAT di Malang. Saya waktu bicara sama dia, waktu mendengarkan riwayat dia, banyak kali saya cucurkan air mata. Waktu itu beliau sangat lemah tubuhnya, saya tanya rahasianya, engkau begitu lemah, begitu banyak penyakit, mengapa bisa melayani berpuluh-puluh tahun? Dia mengatakan, “Waktu itu saya belajar satu hal : kalau bisa baring jangan duduk, kalau bisa duduk jangan berdiri, kalau bisa berdiri jangan jalan, kalau bisa jalan jangan lari”. Dengan demikian kita melayani Tuhan dengan baik. Pada waktu dia naik kereta dari Shanghai sampai Hongkong 4 hari 4 malam, kereta api pelan, kira-kira tahun 1930-an. Orang-orang bilang, “Dr. Gih mengapa naik kereta api yang kelas empat?” Dia hanya menjawab, “Karena tidak ada kelas lima maka saya pakai kelas empat”. Di Tiongkok ada dua pendeta yang beda sekali. Satu Lelan Wong dan satu lagi Andrew Gih. Lelan Wong kalau naik kapal terbang, pasti yang first class, kalau Andrew Gih pasti yang kelas ‘mbek’. Orang tanya kepada Lelan Wong mengapa kamu pakai yang first class? Dia bilang, “Saya kalau naik yang kelas utama di kapal terbang, saya bisa ketemu orang utama di masyarakat lalu saya menginjili mereka, pengaruh lebih cepat”. Maka saya tidak akan memvonis siapa benar siapa yang salah, besok Tuhan akan memvonis siapa benar siapa salah. Di sana banyak mukjizat yang terjadi karena apa? Karena Tiongkok dipersiapkan. Pada tahun 1949 kita melihat, hancurlah. Semua gereja tutup, semua penginjil diusir pulang tetapi Tiongkok bukan saja tidak lemah, menjadi suatu yang negara yang paling besar kemajuan Kekristenannya. Puji Tuhan!

Terakhir Tuhan mengirimkan Roh Kudus untuk meneguhkan. Yesus berkata sendiri, kita melihat bahwa Injil dikabarkan kepada orang yang dengar lagi, yang sudah mendengarkan memberitakan lagi, lalu Tuhan meneguhkan dengan mukjizat. Tuhan menguatkan lagi dengan Roh Kudus yang dibagi rata kepada mereka. (RH)

 (Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah.)

Sumber :  https://buletintaipei.blogspot.com/2011/09/ringkasan-khotbah-prinsip-penting.html

Pengkotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Nats Alkitab : Ibrani 2:3-4
Tanggal : 29 Mei 2011