Firman : Yoh. 12 : 9 – 29

Yohanes 11 mencatat mujizat terbesar yang Yesus lakukan di sejarah, sebelum Dia disalibkan: membangkitkan Lazarus yang sudah dikubur empat hari. Saya percaya, meski di zaman belum ada surat kabar, radio, televisi, internet… namun peristiwa menghebohkan itu pasti tersebar dengan cepat lewat oral tradition; dari mulut ke mulut. Dan saat Paskah, banyak orang di Yudea yang lebih termotivasi untuk pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah sekaligus bertemu dengan Yesus dan Lazarus.

Karena menurut ajaran Taurat, setiap masa raya Paskah, mereka harus mengingat bagaimana Allah memakai Musa untuk membebaskan dua juta orang leluhur mereka keluar dari tanah Mesir, tempat mereka diperbudak oleh Firaun yang kejam. Karena perintahNya: let My people go! Itulah lambang keselamatan bagi segala zaman: barang siapa dibebaskan oleh Kristus, dia jadi a new creation, yang terlepas dari kuasa dosa dan kuasa raja dunia. Maka setiap tahun, orang Yahudi merayakan Paskah di Yerusalem. Karena mereka memandang hari itu sebagai hari yang penting, hari kemerdekaan bangsanya.

Tapi Paskah kali itu menjadi berbeda, mereka pergi ke Yerusalem dengan antusias. Hanya Yesus seorang yang tahu secara pasti, beberapa hari lagi, Dia harus mati. Sangat ironis, bukan? Dia yang baru membangkitkan orang mati itu akan dibunuh. Tapi itu adalah fakta sejarah: manusia menerima hidup dari Allah, manusia juga yang memaksa Penghulu hidup itu mati. Siapa yang dapat memahami kesedihan besar di hati Yesus Kristus, karena itu adalah Paskah terakhir Dia ke Yerusalem, dan satu-satunya kesempatan Dia memproklamirkan diri sebagai Mesias? Tidak ada. Murid-muridNya malah memperebutkan siapa diantara mereka yang terbesar.

Karena orang beragama di zaman apapun selalu menginginkan kuasa politik berpihak padanya. Itu lumrah adanya. Maka saat orang Kristen mengalami penindasan, pengucilan selalu berharap Tuhan melakukan mujizat, membebaskan mereka. Begitu juga kita yang bermukim di Indonesia, selalu berharap bisa hidup dengan damai, orang menghargai hak azasi kita dalam beragama. Tapi saat itu, Yesus tahu persis, diriNya berada dalam kepicikan, bahkan pemerintah dunia tak akan berkuasa mencegah riot; masa yang liar, yang menginginkan kematianNya. Dan Dia harus mati menggenapkan rencana Allah. Tapi catatan di Yoh. 12 memperlihatkan: setelah Yesus membangkitkan Lazarus, orang Yahudi malah menghayal, Dia menjadi Mesias, pengharapan; penyelamat bangsa. Antusiasme dan optimisme naif seperti itulah yang membuat mereka lupa akan Taurat, nubuat di Alkitab yang mereka pelajari sejak kecil, terus berfokus pada profit; masa depan bangsanya, ingin cepat-cepat mengakui Yesus sebagai Mesias — Pengakuan zaman yang tidak didasarkan atas teologi yang benar dan rencana Allah yang kekal. Maka ada dua macam orang Kristen: ada yang menginterpretasi zaman berdasarkan fenomena yang dia lihat dan rasakan. Ada yang dapat memberi penilaian tepat berdasarkan firman Tuhan, khususnya teologi Reformed. Jadi, jangan mencampur-adukkan profit diri dengan rencana Allah, karena perbuatan seperti itu bukan hanya membuatmu tak dapat melihat kehendak Tuhan yang kekal dengan jelas, bahkan mungkin merusaknya.

Itulah yang kita lihat dari orang Yahudi masa itu: karena mujizat yang Yesus lakukan atas Lazarus, mereka menyambut Dia begitu rupa: menanggalkan jubah luar dan menebarkannya di sepanjang jalan disambut layaknya seorang Raja. Dalam sepanjang masa pelayanan Yesus di dunia, empat kali ke Yerusalem merayakan hari Paskah. Dan kali itu adalah kali terakhir Dia merayakan Paskah di Yerusalem, sambutan masa membuat Dia terlihat bagai orang yang menang total. Tapi sesungguhnya, iklim politik memang sangat menakutkan: Yesus yang mereka sambut dengan begitu meriah, beberapa hari kemudian mereka teriaki: “salibkan Dia, salibkan Dia!” Itulah manusia, sangat menakutkan, bukan? Saya sering mengingatkan murid-murid saya: your audience is very lovely, but also very cruel. Saya termasuk salah seorang pendeta yang punya paling banyak pendengar di zaman ini. Tapi saya sadar, pendengarku adalah manusia yang bisa berubah. Pada waktu mereka menyukaimu, mereka menghormatimu. Tapi entah karena mereka menemukan sesuatu yang betul atau yang tidak betul atau karena salah mengertimu, mereka bisa berbalik darimu. Hari itu, Yesus disambut meriah oleh masa, tapi di saat yang sama, kongres memutuskan untuk membunuh Dia. Mirip dengan kisah kematian Julius Ceacer: saat dia tiba di tempat Kongres, semua orang menyambut dia di pintu. Tapi segera sesudah itu, semua orang menghunus pisau, membunuh dia. Jadi, semua mereka hanya berpura-pura menyambut dia. Padahal sudah bermufakat membunuh dia. Maka Julius Ceacer tak dapat melarikan diri, dia menyaksikan wajah mereka yang tadinya menyambut dia mendadak berubah, jadi dingin luar biasa. Dan ramai-ramai menghujam dia dengan pisau. Saat tubuhnya bersimbah darah, dia sempat melihat anak pungutnya: Brutus, jadi orang yang terakhir mengeluarkan pisau dan menusuk perutnya.

Maka kata terakhir yang keluar dari mulutnya: “Brutus, you too?” dan mati. Itulah kelakuan orang dunia: baru menyerukan: “Hosana, diberkatilah Dia yang datang demi nama Tuhan” selang beberapa hari menyerukan: “salibkan Dia, salibkan Dia!” Saya percaya, tak ada orang yang mengerti perasaan Yesus pada saat itu dia sangat tersendiri. Karena semua hal yang pernah Dia lakukan: menyembuhkan, mengajar, menyatakan cinta kasihNya… mereka lupakan begitu saja. Satu-satunya perkara yang mereka pedulikan: kehadiranMu jadi ancam bagi kami dan berniat membunuhNya. Jadi, jangan menganggap orang mencintaimu dengan sungguh. Karena orang hanya cinta diri sendiri. Jadi, menjelang akhir pelayananNya, Yesus mengalami kesulitan besar, Dia diseret ke kematian. Jadi, orang-orang sezamanNya melewati detik, detik itu tanpa kesulitan. Tapi Yesus Kristus yang inkarnasi, merasakan detik detik begitu krusial, karena Dia harus menerima perlakuan terkejam di sejarah manusia. Orang orang yang berseru: Hosana, Hosana itu berpikir: Dia sudah mencapai puncak dari kesuksesanNya. Tapi tertulis di Alkitab: pada waktu semua orang pergi kepada Yesus, imam-imam besar bermusyawarah untuk mengenyahkan Dia.

Bukankah menurut Taurat Musa, di dalam satu zaman hanya ada satu imam besar, mengapa saat itu, mereka punya dua orang imam besar: Kayafas dan Hanas? Karena Nepotisme. Jadi, mereka sambil melayani sambil melawan kehendak Allah. Bahkan ingin membunuh Yesus dan Lazarus. Sangat tidak masuk akal, bukan? Karena kebangkitan Lazarus adalah fakta, mengapa mereka malah mau membunuh dia. Yesus punya kuasa membangkitkan orang mati juga adalah fakta, mengapa mereka ingin membunuh Dia, tidakkah sia-sia? Pada waktu saya berumur 8 tahun, di sebuah sekolah Kristen di xia men, seorang guru bertanya: “binatang apa yang paling berani?” murid-murid menjawab “singa” “harimau” “macan tutul” tapi kita guru: “salah. binatang yang paling berani adalah lalat”. Karena saat lalat terbang ke dekat matamu, kau pasti mengusir dia dengan tanganmu, yang seribu kali lipat besarnya darinya, dia pergi, tapi kembali lagi. Sampai hari ini, saat saya sudah berusia 71 tahun, tetap menyetujui hal itu, karena lalat tak pernah mau berkompromi dengan musuh yang sebesar apapun. Bagaimana dengan manusia, siapakah orang yang paling berani di sepanjang sejarah, apakah Napoleon, Hitler, First Emperor of China, Mao Ze Dong, Soekarno, Kennedy….? Jawabnya: orang yang membunuh Yesus, Penghulu hidup. Istilah ini hanya muncul satu kali di Kitab Suci: Kis. 3: 14. The Master of life; the Lord of the life yaitu Pencipta dan Penguasa hidup. Maka orang yang berani membunuh Dia tentu adalah orang yang punya keberanian terbesar sejak Adam sampai kiamat. Tak ada orang yang punya keberanian lebih besar dari mereka. Mengapa mereka begitu berani? Karena mereka mengira diri mereka pasti betul  Yesus pasti salah. Ingat: orang yang selalu merasa diri paling betul  semua orang salah adalah orang yang paling bodoh. Karena mereka tak pernah mau mengoreksi akan kesalah mengertian atau keyakinan yang salah. Itulah yang kita lihat dalam diri pemimpin Yahudi, mereka menilai Yesus pasti salah: karena Dia berulang kali menyembuhkan orang di hari Sabat.

Dia menjamah orang yang berpenyakit kusta melanggar Taurat. Tak memperhatikan kuasaNya menyembuhkan yang tak ada di dalam Taurat. Maka kalau kita terus mengurusi hal-hal yang remeh, mana mungkin kita menemukan pimpinan Tuhan? Lagi pula, Taurat dibuat untuk manusia, bukan manusia dicipta untuk Taurat. Dan tujuan Taurat diberikan bukan untuk membelenggu orang, menvonis orang, apalagi mematikan orang. Kekakuan mereka dalam menjalankan Taurat itulah, Tuhan membuang seluruh kebudayaan Yahudi. Jadi, saat itu, Yesus Kristus memang menghadapi detik-detik yang amat kritis dalam hidupNya. Karena orang-orang yang menyambut Dia berpikir: kalau Kau jadi Raja, hidup kami pasti bahagia, karena Dia yang sanggup membereskan semua masalah kami, kebutuhan kami. Jadi, siapakah Mesias yang kau kenal, apakah kau percaya Yesus hanya untuk profit dirimu? Banyak orang yang sudah dibutakan oleh orang orang yang gembar-gembor: “percaya Yesus, maka kau akan jadi kaya, makmur, lancar, sukses…,” tapi faktanya: Yesus mati tersalib. Bisakah kau menyelaraskan imanmu dan fakta yang ada? Ingat: statemen Petrus ‘You are Christ, the Son of the living God’ is the first and the greatest confession of Christology. Tapi mengapa di bagian lain dari injil Yesus mengatakan pada rasul yang mengutarakan konfesi Kristologi itu: setan, enyahlah dari padaKu? Jadi, kalau kau tak mengerti kehendak Tuhan secara utuh, kau adalah orang Reformed yang sebenarnya adalah setan. (Saya percaya, tak ada pendeta yang mengatakan kalimat seperti ini di mimbar Reformed). Kalau ditanya: apakah doktrin dari pengakuan Petrus itu benar? Benar. Karena Yesus sendiri mengatakan: “Hai Simon, anak Yohanes, apa yang kau katakan bukan berasal dari kedagingan, melainkan wahyu dari Tuhan”.

Itu berarti Yesus mengakui doktrin Petrus benar. Tapi ketika Yesus memproklamirkan lebih lanjut, bahwa Anak Manusia akan dijual, disalib dan mati. Dan hari ketiga bangkit dari kematian. Petrus langsung menyambar: “No! Kau adalah Anak Allah; Kau tak boleh mati”. Maka Yesus menyebut dia ‘setan’. Mengapa? Karena orang yang pengenalan doktrinnya benar, hidupnya belum tentu beres di mata Tuhan. Jadi, jangan mengira, asal aku memegang doktrin Reformed sudah cukup. Karena mungkin, di mata Yesus, kau adalah ‘setan’. Banyak orang Reformed yang paham doktrinnya benar, tapi tak punya kasih terhadap jiwa-jiwa yang sesat, mereka akan sambil melayani Tuhan sambil membanggakan diri: kami lebih hebat, lebih sungguh-sungguh, lebih mengerti firman ketimbang kalian dan dibuang oleh Tuhan. Bayangkan sepuluh atau dua puluh tahun lagi, saat Stephen Tong sudah tiada, apakah gerakan terus berkembang atau gedung gereja ini dijual pada orang beragama lain? Anything can happen. Masalahnya: faktor apa yang dapat menghancurkan gereja yang terbaik atau dapat menjadikan kekristenan berkembang pesat di daerah yang paling sulit diinjili? Allah kita adalah Allah yang hidup dan Allah yang sejati. Kita harus hidup di hadapanNya dengan rasa takut dan tanggungjawab.

Saat itu, Yesus memang mengalami kesulitan yang amat besar: karena semua orang menyambut Dia hanya memikirkan untung-rugi pribadi. Memang di sepanjang hidup ini, saya menyaksikan banyak orang yang mau berkawan denganmu karena profit. Dan setelah kau tak lagi memberi profit, dia berbalik jadi musuhmu. Contoh: di zaman Soeharto masih jadi presiden, banyak pengusaha memasang foto dirinya berjabatan-tangan dengan Soeharto di office-nya. Dan begitu Soeharto tak lagi jadi presiden, foto foto itu menghilang. Jadi, seruan “Hosana, Hosana….” bukan menandakan mereka sungguh sungguh mengenal Yesus adalah Mesias. Melainkan karena mereka menginginkan kesembuhanNya… dengan kata lain, dasar dari pengertian Kristologi mereka adalah: profit bukan Yesus. Maka tak heran, saat penganiayaan, penderitaan tiba, mereka balik membenci Yesus, bahkan lebih berani mencaci-maki Dia dari saat mereka belum percaya Dia. Terlihat di sini, hati manusia sangat menakutkan. Sedikit sekali orang yang sungguh-sungguh mau mengerti dan taat pada prinsip-prinsip kebenaran. Mayoritas orang hanya mau profit. Maka, banyak orang tak mau ke gereja Reformed. Alasannya: gereja Reformed tak memberi mereka kesempatan mengaktualisasi talenta; kebolehan mereka. Sementara di gereja lain, mereka dijadikan majelis…, dijunjung tinggi. Banyak orang yang pintar sudah bertahun tahun berbakti di gereja Reformed, seperti tak punya kesempatan melakukan apa-apa. Padahal setelah kesempatan itu tiba, dia dipercaya melakukan sesuatu, langsung nampak akan sikap penyangkalan dirinya: meski tak dapat nama, tetap melayani dengan giat. Jadi, mari kita belajar, mengikut Yesus bukan karena profit, melainkan meneladani Dia, menyangkal diri. Saya ingin membuat banyak orang kaya merasa malu, karena mereka hanya tahu untung, untung, tak pernah mengerjakan sesuatu untuk bangsa ini.

Saya ingin membuat banyak pendeta malu, karena mereka hanya pintar khotbah, tanpa mau menyangkal diri. Saya juga ingin membuat banyak orang Kristen yang malas merasa malu, karena mereka baru bekerja sedikit sudah merasa lelah. Saya memanggil beberapa orang yang sangat gesit dan rajin untuk mempersiapkan museum. Setiap kali saya tanya: ‘sudah lelah?’ selalu dijawab: ‘belum’. Bahkan sampai jam 23.00 masih menjawab: ‘belum’. Karena orang Kristen seharusnya adalah orang-orang yang bukan hanya bicara, melainkan melakukan apa yang dia tahu, mengatakan hal yang benar-benar dia pahami. Karena setiap kalimat yang kau katakan dengan jujur itu memuliakan Tuhan.

Kalau kita punya corak hidup seperti itu, barulah kita dapat mengerjakan hal yang nyaris tak mungkin orang lain kerjakan. Karena intergritas, kejujuran, penyangkalan diri dan hanya mau dimengerti oleh Tuhan make you success in the will of God. Yesus tahu, seruan ‘Hosana….’ itu sebenarnya palsu, bukan sungguh-sungguh mau meninggikan Dia. Itu menambah hari-hariNya lebih sulit. Maka kataNya: “Bapa, lepaskan Aku dari saat ini”. Inilah satu-satunya doa di sejarah, dimana seorang bukan minta dilepaskan dari sikon yang mengerikan, seperti yang biasa orang lakukan: Tuhan, lepaskan aku dari penyakit ini, kesulitan ini, kepicikan ini, penganiayaan ini, kesalahmengertian ini….. melainkan minta diliver Me from this moment; saat yang terkandung di dalam waktu. Karena memang, tak seorangpun tahu kesusahan yang ada di hatinya. Dan setelah Yesus mengatakan kalimat itu, Bapa menjawab: Aku akan memuliakanNya. Di saat Yesus menghadapi pergumulan yang begitu berat. Andreas dan Filipus menemui Dia sambil mengatakan: “Guru, orang-orang Yunani datang ingin bertemu denganMu”. Mengapa mereka ingin menemui Yesus? Bukankah pada waktu itu, the Helenistic Philosophy is on the top of the cultures and the thinkings; mereka adalah kaum intelektual tertinggi di zaman itu. Beberapa saat lalu, seseorang mengatakan pada saya: “pak Tong, mengapa orang Kristen hanya tahu Kitab Suci, sehingga waktu aku mau bicara dengan mereka, tak punya bahan bicara. Tapi waktu aku bicara dengan non Kristen atau orang yang menentang kekristenan, menemukan bahwa mereka memikirkan banyak hal yang tak dipikirkan oleh Kristen? Mengapa di gereja, aku tak dapat menemui orang yang pintar, yang bisa diajak bicara? Mungkinkah kita mengatakan: ‘karena Tuhan memang memanggil orang yang bodoh’. Tanpa peduli akan statemen berikutnya: ‘untuk mempermalukan orang yang pintar?’ tidak.

Karena Tuhan memanggil orang bodoh untuk mempermalukan orang yang paling pintar. How can it be? Itulah sebabnya Reformed terus memberimu pengajaran, agar kau jadi lebih pintar dari orang lain, sehingga saat diajak berbicara, bukan hanya nyambung, bahkan dapat menumbangkan orang yang pintar. Ini adalah tugas yang amat berat, sayang mayoritas orang Kristen merasa tak perlu menjalankan tugas itu. Mengapa orang Yunani mau menemui Yesus? Karena mereka menemukan sesuatu yang Yesus miliki, tapi tak dimiliki oleh Socrates, Aristotles, Plato….; mereka menemukan, pengajaran Yesus lebih tinggi dari ajaran filsuf-filsuf mereka. Maka bukan orang Kristen mencari orang luar, tapi orang luar datang mencari Yesus. Permisi tanya, selain Benyamin Intan, makalah pendeta mana yang pernah dimuat di surat kabar? Maka jangan hanya mengeritik tapi cari tahu apa yang sudah orang lain capai. Jadi, jangan hanya menikmati diri: rajin, setia, tanpa tahu apa kekuranganmu.

Semua orang hanya melihat apa yang dia miliki. Mari kita membaliknya: apa yang orang lain miliki, tapi tidak kita miliki. Saya selalu menemukan kelebihan orang. Maka ada kalanya terlalu cepat memuji seseorang. Tapi tahukah saudara, lewat apa yang kau anggap lemah ini Tuhan membawa orang-orang yang paling pintar berada di sekeling saya? Karena I am ready to find out, to appreciate, to praise the grace of God in your life. Karena Alkitab mengajar kita untuk menghormati orang yang patut dihormati, takut pada orang yang patut ditakuti….. Jadi, mana boleh kita mengabaikan ajaran itu? Apa kau pikir, tidak memuji orang, agar dia tak kehilangan pahala yang akan dia terima dari sorga? Tidak.

Kita harus menghargai, memberi orang kesempatan untuk menggali kemungkinan yang telah Tuhan berikan padanya. Misalnya: DR. Lip Bun Tan, pembicara kita di APCCF dan Seminar di akhir bulan ini, adalah salah satu orang Chinese yang paling intelek. Tetapi tak ada Chinese Church yang menemukannya. Apalagi setelah dia menikah dengan orang Inggris, gereja Chinese sengaja melupakannya, takut tersaing olehnya. Tapi I see the potencial in him is so high, saya juga tak takut disaingi olehnya, bahkan merasa, orang sepintar dia tak boleh dilewatkan begitu saja. Apalagi saat saya mengundang dia, tak seperti teolog Reformed lain, yang mengaku dekat dengan saya, tapi saat diundang justru mengatakan: tak punya waktu, sibuk….. beliau justru cancel his vocation with his family in Spain, and go to Cisarua. Kedatangnya pasti akan mendatangkan berkat yang amat besar buat kita.

Orang Yahudi tak mengerti Yesus, mereka menyambut Dia hanya karena roti, kesembuhan…; profit diri. Padahal Yesus tak perlu ditinggikan oleh mereka, karena Dia berasal dari tempat yang tertinggi, tapi rela merendahkan diri datang ke dunia. Dan Dia tahu, saat itu memang merupakan saat yang paling sulit bagiNya: karena pemimpin Yahudi ingin membunuh Dia, masa menjunjung tinggi Dia, dan orang Yunani berminat mengudang Dia. Ada penafsir Alkitab yang menafsirkan: orang Yunani ingian bertemu Yesus, karena mereka ingin mengundang Dia berceramah di Gerika, di Atena, guna mengimbangi tiga aliran filsafat yang ada pada mereka: 1. Stoicism, yang mengajar orang menuntut kebajikan. 2. Epicuranianism yang mengajar orang mencari kesenangan. dan 3. Skepticism yang mengajar orang untuk meragukan segalanya. Karena mereka mendengar, di Yudea, ada seorang yang dapat menyembuhkan dan dapat mengajar tentang Kerajaan sorga… something we had not heard before. Merekapun mengutus profesor-profesor datang ke Yudea dan berkata pada murid Yesus: can we see your Master? Tapi Yesus tidak tertarik; Dia tidak menjawab dan tetap menggumuli the moment of history, dimana Dia harus mati, menggenapi rencana Allah bagi keselamatan umat manusia. Jadi, semua orang menyambut Yesus, bukan karena mereka mengenal siapa Yesus dan mencintai Dia, melainkan karena profit diri.

Begitu juga orang Yunani, mereka ingin memperkaya ajaran filsafat Gerika. Maka Yesus tak melayani. Karena Dia tahu, inilah saat; moment yang telah Allah tetapkan, dimana Dia harus mati dan bangkit. Satu perkara yang tak dimengerti oleh siapapun. Maka Yesus menengadah ke langit, berkata kepada Bapa: “muliakanlah AnakMu”. Karena Dia tahu, sebentar lagi; di ‘saat’ itu, Dia akan dipermalukan: diolok, dihina, bahkan dibunuh.

Only God can lift Him up, and only God understand His feeling. Dia tak mungkin berharap pada manusia, karena semua yang mereka perbuat palsu adanya. Dan jawab Bapa: Aku sudah memuliakanMu dan Aku akan memuliakan lagi. Bila kita sejajarkan dengan statemen Yesus di Yoh.17, “muliakanlah AnakMu ya Bapa, sebagaimana Anak sudah memuliakanMu di dunia” baru kita mengerti, saat Yesus menghadapi kematian di atas kayu salib, memang tak ada orang yang mengerti Dia.

(ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – EL)

sumber : https://www.noah.byethost22.com/Ringkot/MRI1127.pdf