Firman : 1 Korintus 15:54-57

Jika Kristus tidak bangkit maka kita adalah orang-orang yang paling kasihan lebih dari orang-orang yang tidak beragama. Kekristenan bukanlah organisasi, upacara, budaya, atau liturgi. Kekristenan adalah Yesus Kristus. Kekristenan adalah iman manusia terhadap Kristus. Pada waktu liberalisme menjadikan sifat moral Kristus menggantikan sifat ilahi; tingkah lakunya menggantikan imannya terhadap Kristus; waktu menjadikan jasa diri kita menggantikan kemenangan Kristus di atas kayu salib; waktu itu Kekristenan gagal dan mulai merosot. Lalu apa itu Kekristenan? Kekristenan adalah Kristus. Semua anugerah berada pada Kristus. Iman manusia diperkenan Allah Bapa adalah karena Kristus. Demikianlah pusat dari iman kita adalah Kristus yang tersalib. Inti dari pemberitaan Injil kita adalah Kristus yang bangkit dari kematian. Injil tanpa Kristus bukanlah Injil. Salib tanpa kebangkitan adalah salib yang gagal. Kristus yang adalah firman yang menjadi manusia, kehidupan-Nya yang tanpa dosa, pengorbanan-Nya di atas kayu salib yang menggantikan kita, Ia bangkit dari kematian menggenapkan Taurat, naik ke surga dan satu saat nanti akan datang kembali menghakimi seluruh umat manusia.

Semua ini adalah fakta sejarah yang membuat kekristenan melampaui semua agama. Ini adalah perbedaan iman Kristen dan mitos Yunani. Mitos Yunani tidak pernah ada dalam sejarah tetapi Kristus yang lahir, mati, bangkit, dan naik ke surga serta akan datang kembali adalah intervensi Allah Pencipta langit dan bumi di tengah-tengah umat manusia. Setelah Allah menciptakan kita, Ia tidak meninggalkan kita. Ia tinggal di tengah-tengah umat manusia dan membawa anugerah kebenaran secara limpah.

Yesus Kristus mengatakan, waktu kalian melihat Aku kalian bukan melihat Aku tetapi kalian melihat Bapa. Waktu kalian percaya kepada-Ku, kalian percaya kepada Bapa yang mengutus Aku. Allah kita adalah Allah yang mewahyukan diri-Nya. Tetapi tidak ada seorang pun yang mencari Dia, tidak ada seorang pun yang berbuat baik dan tidak seorang pun yang mengerti Aku. Maka apakah yang manusia cari dalam agama? Dalam agama manusia cari kaya, selamat, bisnis lancar, dan lain-lain. Itu sebabnya Allah mengatakan bahwa kita tidak mencari Dia. Agustinus mengatakan jika disimpulkan dalam hidupnya hanya ada 2 perkara yang ingin dicari tahunya yaitu ia ingin mencari tahu: Siapa Allah dan siapa aku? Orang yang mengenal Tuhan barulah akan mengenal dirinya; jika orang sungguh-sungguh meneliti dirinya sendiri, ia akan menemukan relasinya dengan Allah. Alkitab mengatakan hanya dalam Yesus Kristus kita dapat mengenal Allah. Hanya dalam Kristus pula kita dapat kembali kepada Allah. Hanya dalam Kristus kita menerima hidup yang kekal (Kis.4:12). Hanya satu Allah. Antara Allah dan manusia hanya ada satu mediator. Roh Kudus yang mewahyukan Alkitab membawa kita mengenal Dia. Hari ini banyak orang Kristen menjadikan keluarga dan harta bendanya menggantikan Kristus. Bahkan kita tidak menginginkan segala hal yang Allah janjikan pada kita dalam Kristus. Agustinus mengatakan Ia ingin mengenal Allah. Melalui Kristus kita mengenal Allah dan mengerti akan nilai terhadap diri sendiri. Sungguhkah kita mengenal Siapa Dia? Kita berasal dari mana? Mengapa kita hidup dalam dunia ini? Setelah mati kita ke mana? Semua jawaban hanya ada dalam Kristus.

Fillsuf Jerman, Immanuel Kant, sebelum meninggal dunia menulis sepucuk surat kepada temannya dan mengatakan bahwa sepanjang hidupnya hanya ada 4 perkara untuk dipikirkannya: Siapa aku? Apa yang dapat kuketahui? Bagaimana seharusnya perbuatanku? Apa pengharapanku? Keempat perkara itu adalah perkara yang ingin diketahui Agustinus. Apakah filsuf-filsuf menemui jawabannya? Immanuel Kant tidak pernah menemukan jawaban dari pertanyaan keempat. Pertanyaan pertama merupakan filsafat anthropologi, kedua filsafat epistemologi, ketiga filsafat etika, keempat filsafat agama. Immanuel Kant memberikan definisi agama yang terkenal dalam sejarah. Agama adalah sistem dari moral dan ibadah. Dalam agama kita pasti berbicara soal moral, soal tingkah laku manusia. Kedua hal yang sangat mendalam ini adalah peta teladan Allah. Allah merupakan Diri-Nya kebenaran. Waktu Allah menciptakan kita, Ia memberikan kita kemampuan untuk berpikir. Waktu kita gunakan rasio kita bukan untuk kembali kepada Allah maka semua penelitian kita adalah kosong. Allah adalah Allah Tritunggal. Hanya pada Allah Tritunggal yang terjadi relasi antar pribadi (interpersonal relationship). Ini adalah esensi yang tidak mungkin dicapai agama manapun. Dalam pasal 1 dari Al-Quran telah memberikan 99 sebutan bagi Allah tetapi satu istilah yang paling penting justru tidak ada yaitu Allah adalah Bapa kita. Kita dimungkinkan memanggil Allah sebagai Bapa. Allah menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya. Doktrin tentang kasih dan hubungan dengan Anak dan Bapa yang intim itu tidak terdapat dalam agama lain. Doktrin Allah Tritunggal adalah wahyu Allah.

Apakah hubungan antara Allah yang kekal dan kasih yang kekal? Allah Pencipta sebelum menciptakan segala sesuatu adalah kasih. Siapa yang akan dikasihi-Nya? Ia berada dalam kekekalan. Kalau Ia bukan merupakan Allah Tritunggal tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah ini. Allah Tritunggal merupakan esensi yang harus ada dalam Allah dengan sendirinya. Dengan demikian Allah Bapa mengasihi Allah Putra, Allah Bapa mengasihi Allah Roh Kudus. Allah Putra mengasihi Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Allah Roh Kudus mengasihi Allah Bapa dan Allah Putra. Kasih menjadi esensi yang penting sekali dalam komunitas. Interpersonal relationship ini menjadi mungkin karena mengikuti peta teladan Allah Tritunggal. Allahlah yang mewahyukan kebenaran-kebenaran ini. Allah yang adalah Sumber kebenaran akan memuaskan hati kita. Seorang yang tidak memiliki Kristus tidak memiliki segala-galanya. Seorang yang mengenal Kristus akan menerima janji yang Allah berikan di dalam Kristus. Immanuel Kant memberikan sumbangsih yang sangat besar tetapi ia sendiri tidak menemukan jawaban di dalam Kristus.

Agama seharusnya bukan merupakan sistem moral dan ibadah saja. Agama merupakan sistem dari moral, ibadah tentang pengharapan kepada Allah yang kekal. Jika kita tidak mengenal pengharapan dalam Kristus maka betapa agungpun manusia ia akan menuju kepada kematian. Kierkegaard mengatakan jika manusia tidak punya pengharapan ke dalam kekekalan maka hidupnya sia-sia. Paulus mengatakan jika Kristus tidak bangkit kita adalah orang yang paling kasihan dari siapapun juga. Puji kepada Kristus yang memberi pengharapan bagi kita. Apa akhir dari orang yang tidak punya pengharapan? Bunuh diri. Ini dilakukan banyak orang yang kaya, sukses, terkenal, dan punya banyak harta oleh karena mereka tidak punya pengharapan. Mereka yang tidak punya pengharapan dalam Kristus hatinya tidak mungkin diisi oleh apapun juga. Kekosongan ini hanya dapat diisi oleh pengharapan dalam Kristus. Manusia tanpa Kristus akan mengalami tekanan-tekanan yang membuatnya tidak mampu meneruskan hidupnya. Pemimpin militer yang diktator, agama palsu, politik yang tidak tahu malu, hakim yang tidak adil adalah kuasa yang membuat manusia merasa penting dan membunuh Yesus. Jika Yesus mati dan tidak bangkit maka manusia tidak punya pengharapan apa-apa. Banyak orang mempertanyakan di mana Allah ketika ada kejahatan dan kesengsaraan. Namun sesungguhnya Yesus Kristus sudah mengalami kesengsaraan dan kejahatan lebih daripada yang pernah dialami seluruh umat manusia. Hukuman, penghinaan yang paling besar sudah Kristus derita dan Ia sudah menang. Itu sebabnya di atas kayu salib Yesus berseru kepada Bapa, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Yesus tahu bahwa Allah itu ada dan selalu ada. Kita bertanya mengapa hal-hal yang tidak adil itu menang tetapi syukur kepada Tuhan karena maut sudah dikalahkan waktu Kristus bangkit. Yesus tahu bahwa salib adalah kehendak Allah. Tanpa salib tidak ada mahkota, tanpa penderitaan tidak ada kemuliaan, tanpa ketaatan tidak akan ada hidup.

Perbedaan antara kematian Kristus dan kematian semua orang yang lain adalah kematian semua orang bukan kehendak Allah. Satu-satunya kematian yang berada dalam kehendak Allah adalah kematian Kristus. Alkitab belum pernah mengatakan kematian seseorang ada dalam kehendak Allah. Kematian semua umat manusia adalah upah dosa. Hanya kematian Yesus Kristus yang bukan karena dosa. Gal.1:4, “Kristus menyerahkan nyawa-Nya bagi kita karena kehendak Allah,” jadi inilah satu-satunya kematian yang dikehendaki dan direncanakan Allah. Kematian kita adalah karena kita berdosa menentang kehendak Allah. Itu sebabnya sengat maut menawan kita. Dalam Rm.6:23, “upah dosa ialah maut tetapi karunia Allah di dalam Kristus adalah hidup yang kekal.” Ini poin pertama perbedaan kematian Kristus dan semua orang.

Poin kedua, semua orang karena berdosa harus mati. Yesus Kristus yang adalah Sang Kudus, yang mengalahkan pencobaan seharusnya tidak mati. Kristus yang tidak pernah berdosa mengapa harus mati? Karena Allah memakai Kristus untuk mati menggantikan kita. Pengorbanan Kristus menggantikan kita. Yesus mati menggantikan yang berdosa, menggantikan yang tidak menang. Itu sebabnya Yesus berdoa kalau boleh singkirkan cawan ini daripada-Ku. Cawan itu adalah perpisahan antara Allah Bapa dengan Allah Putra. Yesus bukan sedang menentang kehendak Bapa, mengapa harus berpisah? Kematian Kristus merupakan satu keharusan. Kalau pada saat itu Allah Bapa tidak membuang Anak-Nya maka kita tidak mungkin kembali pada Bapa. Inilah kasih, inilah keselamatan. Kematian Kristus justru karena Ia tidak berdosa. Ia mati menggantikan yang berdosa. Dengan demikian kematian Kristus berbeda dengan kematian semua orang.

Setiap kita satu saat harus mati di bawah kuasa maut. Yesus Kristus terkecuali. Kristus tidak pernah berada di bawah kuasa maut. Ia secara aktif menyerahkan nyawa-Nya. Ia punya kuasa untuk menyerahkan nyawa-Nya juga untuk mengambilnya kembali. Yesus masuk dalam kematian dengan kerelaan-Nya sendiri. Waktu Ia bangkit menyatakan kekalahan segala ketidakadilan dunia ini. Demikian pula politik yang tiran pada waktu itu tidak bergigi. Tidak ada yang dapat menghalangi Kristus bangkit. Waktu matahari terbit adakah kuasa yang dapat menghalanginya terbit? Demikian pula tidak ada kuasa yang dapat menghalangi kebangkitan Kristus! Itu sebabnya waktu manusia bertanya dimanakah Allah saat ada kejahatan? Sesungguhnya Kristus sudah mengalami yang terburuk dari semua penderitaan yang mungkin dialami manusia dan puji Tuhan karena dengan kebangkitan-nya Ia mengalahkan semua kuasa dosa, kuasa kejahatan dan kematian. Allah kita adalah Allah yang kasih, adil, Mahakuasa dan juga merupakan Tuhan kehidupan.

Poin ketiga, keberanian manusia yang terbesar adalah berani membunuh Penghulu hidup. Mengapa Yudas berani menjual Yesus? Karena Ia terlebih dahulu berpikir bahwa Tuhan tidak mungkin mati dan setelah Yesus ditangkap ia dapat kabur dan dapat banyak uang. Yesus dapat menang karena Ia bisa membangkitkan orang mati, jadi mana mungkin Yesus mati? Tetapi setelah ditunggu-tunggu, ternyata perhitungan Yudas salah. Yesus mati, disalibkan. Yudas terlalu malu. Yudas bunuh diri, menggantung diri. Ini akibat yang harus dialami bagi orang yang menganggap dirinya pintar dan tamak hati. Yesus Kristus harus mati bukan karena Ia tidak berdaya dari orang-orang yang menangkap-Nya. Tuhan kita adalah Penghulu Hidup, Sumber dari segala kehidupan. Itu sebabnya kematian Kristus berbeda dengan semua manusia. Kematian Kristus merupakan hidup yang menelan semua kematian (1Kor.15:54). Gelap ditelan oleh terang. Pada waktu Yesus bangkit, Ia bukan saja Sang Suci mengalahkan dosa tetapi juga adalah Sang Hidup yang mengalahkan kematian. Itu sebabnya Paulus mengatakan, “Hai maut di manakah kemenanganmu?” Puji Tuhan! Kematian sudah ditelan oleh kemenangan.

Masihkah kita takut mati? Orang Kristen sejati tidak takut mati. Murid Yesus satu per satu mati martir bagi Tuhan. Kita yang mengikut Tuhan akan menang atas maut. Mari kita ikut Kristus, pikul salib tanpa takut mati. Barangsiapa mau menjadi murid Yesus harus memikul salib, menyangkal diri dan mengikut-Nya. Bagaimana dengan kita, sudahkah kita mengenal Yesus?

(Belum diperiksa oleh pengkhotbah. VP)

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.grii-ngagel.org/index.php?option=com_content&view=article&id=208:ringkasan-khotbah&catid=6:ringkasan-khotbah&Itemid=15