Di dalam sejarah Reformasi, Tuhan membangkitkan dua orang, yang satu untuk merobohkan yang salah dan yang satu untuk membangun yang benar. Tuhan memakai Martin Luther untuk merobohkan yang salah dan Johanes Calvin untuk membangun yang benar. Ini yang disebut sebagai Reformed.

Johanes Calvin mengadopsi beberapa prinsip paling besar Martin Luther, yaitu: pertama, Sola Scriptura (Hanya Alkitab). Artinya kita jangan melihat filsafat lebih tinggi dari Kitab Suci, atau psikologi lebih tinggi dari Kitab Suci. Jangan melihat pendidikan lebih tinggi dari Theologi atau melihat politik lebih tinggi dari Theologi. Banyak pemerintah, demi kelancaran pemerintahan, ingin semua agama berada di bawah mereka. Mereka mau menjadi allahnya Allah. Dari sejarah kita belajar bahwa semua politikus menganggap semua agama harus taat kepada dia, termasuk Komunisme sekarang.

Prinsip yang kita pegang ini adalah prinsip yang ada pada jiwa orang-orang seperti Yesaya, Yeremia, Daniel, Yehezkiel, Yohanes Pembaptis, dan Paulus. Yesaya dipanggil pada waktu raja Uzia wafat. Yesaya masuk ke Bait Allah dan melihat Allah duduk di atas takhta-Nya, dan kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi. Inilah iman Kristen. Tuhan lebih tinggi dari presiden. Tuhan lebih tinggi dari Mao Zedong. Siapa yang engkau sembah atau layani? Engkau kelihatan seperti menyembah Tuhan, tetapi ekor hatimu bergoyang-goyang untuk mencari kesenangan manusia, maka engkau bukan Reformed, mungkin hanya anggota Gereja Reformed. Demikian Yehezkiel, Daniel, satu persatu dianiaya dan Yohanes Pembaptis dipenggal kepalanya, karena mereka mempertahankan kedaulatan Allah, takhta Yahweh, kuasa Raja di atas segala raja. Ini ajaran Reformed. Hanya Alkitab saja. Jangan Alkitab dicampuri filsafat dan jangan menafsirkan Alkitab melalui psikologi. Alkitab harus independen. Sola Scriptura berarti jangan mengerti Alkitab melalui politik, jangan menafsir Alkitab melalui teori-teori manusia.

Prinsip Reformed kedua: Sola Gratia (Hanya Anugerah). Kita diselamatkan hanya berdasarkan anugerah tanpa sedikit pun jasa manusia. Di dalam gereja jangan ada orang berpikir kalau tidak ada dia, gereja akan roboh. Kalau seorang merasa berjasa, ia mengajak Tuhan bekerja sama. Tuhan memberi anugerah dan saya mengeluarkan iman, maka ada kerjasama. Tidak! Semua adalah anugerah, termasuk kita bisa beriman pun adalah karena Firman Tuhan ditanamkan di dalam hati kita dan akhirnya Firman yang menjadi benih menghasilkan buah yang namanya iman. Jadi semua merupakan anugerah Tuhan.

Kita bisa berkhotbah adalah anugerah Tuhan, kita bisa main piano adalah anugerah Tuhan, kita bisa melayani adalah anugerah Tuhan. Kita bisa menjadi majelis adalah anugerah Tuhan, kita bisa bersaksi adalah anugerah Tuhan, kita bisa pergi menginjili adalah anugerah Tuhan. Kita masih hidup adalah anugerah Tuhan, kita masih sehat adalah anugerah Tuhan. Kalau Tuhan marah, satu detik saja cukup untuk menghanguskan dunia ini, dan menjadikan kita ini debu. Tidak ada orang yang patut sombong. Orang kaya jangan bermegah karena kekayaannya, orang pintar jangan bermegah membanggakan kepintarannya, orang berkuasa jangan membanggakan jabatannya. Perkataan nabi Yeremia ini dia simpulkan dalam satu kalimat: “Jikalau engkau bermegah, bermegahlah demi Tuhan” (Yer. 9:23-24). Ini ayat-ayat yang dikutip oleh Paulus di dalam Roma: “Barangsiapa bangga, banggalah dengan menuju kepada Tuhan, waktu engkau menunjuk, menunjuklah kepada Tuhan karena kita sadar bahwa tidak ada yang bisa kita banggakan.“

Tiga prinsip yang mendasari konsep anugerah: 1) Tidak ada jasa manusia sedikit pun; 2) Tidak ada perbuatan baik, dan 3) Tidak ada kelayakan pada diri manusia. Anugerah hanya berdasarkan bijaksana, kedaulatan, rahasia, kemurahan Tuhan dan kerelaan-Nya mau membagikan anugerah kepada siapa Ia mau memberi.

Prinsip Reformed ketiga: Sola Fide (Hanya Iman). Kita percaya hanya dengan iman kita dapat datang kepada Tuhan, tidak ada jalan syarat. Firman anugerah tiba pada seseorang lalu orang tersebut menerima Firman anugerah dengan lembut hati maka akhirnya tumbuhlah iman, itulah “syarat,” kalaupun masih ingin memakai kata “syarat”. Tidak ada cara memperkenankan hati Tuhan, kecuali melalui iman. Itulah Sola Fide. Konsep iman dalam pemikiran Martin Luther yang begitu tajam sangat mengagumkan saya. Baginya iman adalah the acceptance of the acceptance (penerimaan atas penerimaan). Iman berarti saya menerima anugerah Allah, bahwa siapa yang menerima Yesus sebagai Juru selamat yaitu yang percaya kepada nama-Nya, dia diberikan hidup yang kekal. Iman berarti membuka hati menerima penerimaan Allah. Menerima penerimaan artinya menerima satu fakta yang tidak mungkin. Ini disebut mission impossible. Iman yang mustahil, tetapi dimungkinkan oleh Allah ketika saudara diterangi dan bisa mengerti rahasia iman ini—rahasia bahwa Tuhan mau menerima saya. Saya menerima bahwa Tuhan sudah menerima saya. Itulah iman dalam pikiran Luther. Di dalam hal ini Luther melampaui Calvin.

Iman kepercayaan dalam bahasa Latin: pistos, artinya setia kepada aslinya. Dalam buku saya, saya mengatakan yang disebut iman adalah setia kepada kebenaran. Berbeda dari definisi Calvin, Luther, Katholik, saya menemukan apa yang disebut dengan fidelity: Kesetiaan terhadap yang asli. Ketika rasio kita, yang sudah menjadi anak terhilang, kacau balau, berkeliaran, dan sekarang kembali kepada kebenaran, setia kepada kebenaran, itulah iman. Tapi Luther mengatakan penerimaan atas penerimaan yaitu bahwa saya menerima satu fakta bahwa Tuhan menerima saya. Saya yang begitu rusak dan Tuhan terima. Tuhan kini bertanya, “Sekarang maukah kamu percaya?” Jawaban saya: “Saya menerima fakta yang tidak mungkin, tetapi sudah terjadi, maka aku bersyukur dan menerima.” Itulah iman.

Orang yang mengerti pengertian iman sedemikian, mungkinkah akan merajalela dalam gereja, mungkinkah ia sombong mau merebut kemuliaan, mungkinkah akan sembarangan menindas orang lain, sombong menyatakan lebih kaya, lebih hebat, lalu meminta hak status istimewa di dalam gereja? Bolehkah orang yang mau melayani tidak mau datang ke persekutuan doa karena terlalu sibuk? Yesus Anak Allah berdoa sepanjang malam baru melakukan pelayanan dan memilih murid, sampai akhirnya naik ke atas salib. Anak Allah setiap hari berlutut, sedangkan kita menganggap diri kelas superior. Kita sering menganggap diri luar biasa di dalam gerakan Reformed. Biarlah kita hancurkan kecongkakan semacam itu dan kita belajar merendahkan diri. Saya memimpikan kemuliaan Tuhan tercapai bukan di luar tapi di dalam kekristenan. Banyak orang mengatakan, “Aku hidup untuk Tuhan.” Betulkah kita hidup untuk Tuhan? Betulkah kita sungguh-sungguh mengabdi untuk Tuhan? Di mana dapat dilihat hal tersebut? Kita harus mengembalikan yang terbaik untuk Tuhan. Kita semua hanya diberi anugerah saja.

Gerakan Reformed Injili ini adalah gerakan yang sangat mahal, tetapi saya memakai uang paling sedikit untuk menghasilkan hasil sebaik mungkin; dengan waktu sesedikit mungkin bekerja sebanyak mungkin; dengan kesehatan sedikit bekerja seberat mungkin, dengan orang yang sedikit bisa mempengaruhi sebanyak mungkin orang, dengan kesempatan yang paling minim bisa mempengaruhi sebesar mungkin demi kemuliaan Tuhan. Ini prinsip “squeeze-isme” (diperas sampai keluar minyaknya).

Jikalau saudara menyadari besarnya anugerah Tuhan, apa yang saudara akan kerjakan? Apakah saudara tamak, atau mau berbagi? Sangkallah diri untuk kemuliaan Allah dan jadilah berkat bagi sesama. Gerakan Reformed tidak boleh berhenti, harus terus berjuang, karena Kekristenan sudah tidak mungkin diwakili oleh orang Liberal yang sudah menjual iman, tidak mungkin diwakili oleh orang Pantekosta Kharismatik yang menginjak-injak doktrin, tidak mungkin diwakili oleh orang Injili yang tidak mengerti mandat budaya.

Prinsip yang terakhir: Soli Deo Gloria (Segala kemuliaan bagi Allah). Memuliakan nama Tuhan bukan memuliakan politik, orang kaya, orang pintar tetapi memuliakan yang menciptakan kekayaan, yang memberikan kepintaran, yang menguasai segala raja. Yesus Kristus yang pernah dihina, diejek, dilahirkan di palungan, dipaku di kayu salib, diperlakukan tidak adil, dikutuk, dimatikan dengan ditusuk kedua tangan dan kaki-Nya, yang menderita sengsara paling dalam dan paling kejam di atas salib, Dialah yang patut dimuliakan. Kita harus hidup hanya untuk memuliakan Tuhan. Mari kita tidak bermain-main dan berespon kepada Tuhan.  Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

NREC Sesi ke-3, 28 Desember 2004

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/reformed-and-history#hal-1