Nats : Ibrani 1:1-3

Ayat 1,  seolah-olah Allah memberikan firmanNya kepada orang Yahudi. Kita bisa memahami hal tersebut, karena nenek moyang yang pertama-tama memberikan reaksi imannya kepada Firman Allah adalah Abraham, yang disebut bapak orang beriman. Kemudian para nabi dipakai Tuhan untuk berbicara kepada nenek moyang berikutnya.

Siapa itu nabi? Di dalam bahasa Ibraninya berarti juru bicara Allah, waktu kita menerjemahkannya menjadi nabi telah terjadilah penyelewengan arti yang mengakibatkan kita selalu berasosiasi: nabi adalah seorang yang meramalkan sesuatu. Padahal pelayanan nabi jauh lebih luas dari sekedar meramal, karena nabi adalah juru bicara Tuhan, yang dia sampaikan adalah Firman Tuhan. Nabi-nabi dipakai Tuhan, hidup untuk dan bahkan mati untuk Tuhan. Yesus berkata, Yerusalem, Yerusalem, tidak ada nabi yang darahnya dicurahkan di luarmu. Karena di luar kota Yerusalem tidak terdapat pemimpin agama maupun tokoh signifikan yang mempunyai kekuatan dan keberanian untuk meredam suara Tuhan yang disampaikan melalui nabi dengan membunuhnya.

Nabi menerima wahyu langsung dari Tuhan, Yeremia mengucapkan satu kalimat yang mencetuskan mentalitas seorang nabi: jika aku tidak berbicara, bagai ada api yang terbungkus di dalam dadaku, artinya dia tidak akan tahan sampai dia mengutarakannya. Itu sebabnya penulis Ibrani mengatakan, Allah dari purba kala sudah berbicara berulang kali dan dengan pelbagai cara melalui nabi kepada nenek moyang kita.

Nabi-nabi berbicara dan resiko: nyawa mereka melayang. Apakah dengan membunuh mereka dapat menghentikan perkataan Tuhan? Tidak. Karena Firman Tuhan kekal adanya: langit dan bumi akan berlalu tetapi Firman Tuhan akan tinggal tetap sampai selama-lamanya. Bukankah Taurat sudah diberikan kepada nenek moyang orang Yahudi? Ya, bahkan sejak anak-anak mereka berusia lima tahun, orang Yahudi sudah membawanya ke Sinagoge (bahasa Yunani, artinya rumah ibadah) untuk belajar Taurat, sampai anak itu berusia dua belas tahun dia akan dibawa ke Yerusalem untuk ditumpangi tangan dan jadilah dia bar mitzvah (bahasa Ibrani, artinya anak Taurat), yang bertanggung-jawab penuh kepada Tuhan atas setiap kalimat Taurat yang dia pelajari. Kalau begitu, bukankah berarti mereka sudah begitu mengenal Tuhan? Untuk apa Tuhan mengirimkan nabi kepada mereka? Untuk menegur mereka. Karena mereka yang sudah memiliki Taurat bukan bertobat malah menjadi congkak karenanya dan menghina bangsa-bangsa lain.

Setelah pada zaman dulu Allah berulang kali dan dengan pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantara nabi-nabi (plural). Berdasarkan apakah nabi-nabi berbicara? Apakah berdasarkan title? Tidak. Nabi Amos berkata, aku hanyalah seorang gembala, tapi karena Firman Tuhan tiba padaku maka aku berbicara. Di antara nabi-nabi ada yang berasal dari kalangan bangsawan, seperti Yesaya, ada yang Raja, seperti Daud, ada yang berasal dari rakyat jelata seperti Yehezkiel, ada yang berintelektual tinggi seperti Daniel. Tuhan memang tidak memandang latar belakang lapisan masyarakat atau pengetahuan yang mereka miliki.

Apakah dasarnya nabi-nabi berani berkata-kata? Pertama, panggilan. Tidak ada satu orang nabi yang tidak jelas akan panggilannya, karena panggilan Tuhan adalah sumber dan dasar seseorang untuk mengikut Tuhan dengan tekun, dengan setia sampai mati tanpa memperhitungkan untung rugi, mati hidup, sehat atau sakit dirinya sendiri.

Kedua, otoritas Tuhan. lni merupakan tanda yang penting sekali. Di dalam kekristenan, orang bisa saja tetap berbicara tetapi jika dia tidak mempunyai otoritas, gereja akan menjadi suam. Perhatikan: doktrin boleh benar, tapi api, urapan, kuasa, otoritas yang mendampinginya lebih penting dibandingkan hal-hal lain.

Itu sebabnya, para nabi menyandarkan diri pada panggilan Tuhan, pada otoritas Tuhan, pada Firman yang langsung dari Tuhan dan mereka berkata-kata dengan berani. Nabi mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan tanpa kompromi, mereka hanya tahu satu perkara: menyenangkan Tuhan. Apa jadinya kalau Firman yang mereka sampaikan itu membangkitkan amarah raja? Biar saja, dia toh hanya raja, di atas dia masih ada Tuhan. Raja tidak perlu merasa sombong, karena yang ada pada dirinya hanyalah satu hembusan nafas saja.

Pada zaman dahulu, Tuhan berfirman melalui nabi-nabi, lalu disambung dengan statement: pada akhir zaman Allah berfirman melalui AnakNya, memberikan indikasi bahwa penulis surat Ibrani membandingkan semua nabi dengan Anak yang adalah klimaks dan seluruh wahyu Tuhan kepada manusia. Istilah asli untuk “Anak” di ayat ini berbentuk singular: satu-satunya Anak. Nabi-nabi berbicara di dalam akhirnya Tuhan mengirim AnakNya untuk “berbicara” mengindikasikan bahwa Allah mengakhiri pembicaraanNya kepada manusia di dalam Kristus, karena Kristus adalah wujud dari wahyu yang paling sempurna dan paling tinggi. Inilah pengertian doktrin wahyu—yang berbicara tentang prinsip, cara Tuhan memberikan wahyuNya melalui Alkitab, apakah wahyu Tuhan ada akhirnya—yang perlu kita ketahui.

Mengapa teologi Reformed menganggap Kitab Suci sudah sempurna, tidak perlu ada wahyu baru lagi? Karena kita perlu setia mutlak terhadap satu hal: firman Tuhan yang sudah sempurna. Bukankah dengan berkata wahyu sudah stop kita membatasi Tuhan? Bukan membatasi, melainkan Tuhan sendiri berdaulat memberikan batasan pada hal-hal yang ingin Dia wahyukan kepada manusia.

Alkitab tidak mengatakan, Allah mewahyukan semua hal kepada manusia. Pada waktu Musa tua, dia berkata, hal-hal yang rahasia adalah milik Tuhan, hal-hal yang dinyatakan kepada kita adalah milik kita dan keturunan kita. I Kor. 2, Allah melalui Roh Kudus dan anugerahNya menyatakan hal-hal yang boleh kita ketahui, artinya Allah tidak memberitahukan semuanya kepada kita. Paulus berkata, sekarang aku melihat secara samar-samar, baru pada hari itu, ketika aku bertemu Tuhan muka dengan muka, semuanya akan menjadi jelas. Yang dimaksud semuanya akan menjadi jelas bukan kita bisa mengetahui semua hal tentang Allah, seperti Allah mengetahui diriNya sendiri. Karena di dalam kekekalan nanti, kita akan mengalami konsumasi, glorifikasi, kita akan disempurnakan seperti Tuhan tapi tetap bukan Tuhan. Di antara kita dan Allah tetap terdapat qualitative difference antara yang mencipta dan yang dicipta.

Ayat 2a, wahyu tidak disambung terus. Lalu mengapa setelah Yesus masih ada rasul-rasul? Rasul-rasul dipanggil khusus untuk memberi penjelasan. Dengan begitu, perbedaan P.L. & P.B. hanya satu: sebelum Kristus datang, semua nabi-nabi menunjuk pada diri Kristus, sesudah Kristus datang, rasul-rasul memberi penjelasan, lalu berhentilah wahyu Allah. Mengapa berhenti? Salah satu sebabnya: since the beginning of creation and the ending of the judgment of the final destination of the human race and the universe has already been written and inspired.

Ibr. 1:1-2 comparative antara nabi-nabi dan Anak-Nya. Yang dimaksud anak sini bukanlah salah satu dari anak-anakNya melainkan AnakNya yang tunggal. Apakah orang Kristen yang sudah diperanakkan adalah anak-anak Tuhan? Ya. Apakah Yesus juga Anak Tuhan? Ya. Kalau Yesus adalah Anak Tuhan dan kita juga anak-anak Tuhan, mengapa Dia disebut Anak tunggal? Bukankah tunggal berarti tidak ada yang lain, mengapa Allah yang disebut mempunyai satu-satunya anak juga mempunyai anak-anak yang lain, bagaimana kita mengerti hal itu? Mudah sekali. Pada waktu kau lahir, kau dibekali satu dokumen yang disebut surat lahir, tetapi waktu kau mau sekolah, mau menikah dan lain-lain, semua instansi meminta surat lahirmu, apa yang harus kau perbuat? Membuat copynya. Begitu juga Allah, Dia mempunyai satu-satunya Anak: Yesus Kristus. Bagaimana dengan kita? Foto copy. Waktu membuat foto copy, ada yang kurang jelas, ada yang miring, ada yang kusut, begitu juga orang Kristen, ada yang miring, yang kusut, yang tidak jelas.

Alkitab mengatakan, setelah Allah memakai nabi-nabi sebagai perantara, akhirnya Allah berbicara melalui AnakNya. Apakah perbedaan antara Yesus dengan nabi-nabi? Dia mempunyai sifat Allah sendiri. Semua nabi-nabi dicipta, tapi Yesus adalah sang Pencipta. Dia ditetapkan oleh Allah sendiri, sedangkan nabi-nabi dipanggil melalui Roh Yesus. Dia berbicara tentang diriNya sendiri sebagai first hand authority, sedangkan nabi-nabi berbicara tentang Dia. Dia menggenapkan keselamatan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diriNya sendiri, sedangkan nabi-nabi menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di dalam hidupNya.

Tujuh sifat perkataan Yesus Kristus yang tidak terdapat di dalam perkataan nabi-nabi:

  1. The word spoken by Christ is the word of Diety. Tidak ada nabi yang berkata, langit dan bumi akan lenyap tetapi perkataanKu akan tinggal tetap sampai selama-lamanya. Karena kalimat itu bersifat Ilahi, hanya Allah yang mempunyai hak untuk berbicara seperti itu.
  2. Perkataan Yesus adalah perkataan yang langsung dari atas. Mungkin kau berkata, bukankah nabi-nabi digerakkan oleh Roh Kudus dan mengatakan kata-kata yang dari atas? Betul. Tapi pembicaraan nabi lain sekali dengan pembicaraan Yesus, karena ketika nabi-nabi berbicara, mereka harus mengatakan: demikian firman Tuhan, barulah…, sedangkan Yesus yang langsung dari atas bisa berkata, I am the bread of life, come down from above.
  3. Perkataan Yesus adalah the word of life (Yoh. 6:63). Waktu manusia berbicara, dia selalu menggunakan napas. Istilah napas di dalam bahasa Ibraninya: nefes, yang berarti Roh, sehingga statemen Yesus, perkataan yang Ku katakan kepadamu adalah Roh, adalah hidup, lain dengan nabi-nabi yang menggunakan napas untuk menyampaikan Firman. Itu sebabnya waktu kau mendengar perkataan Kristus, rohanimu langsung mendapatkan suplai, mendapat kekuatan dan penghiburan yang luar biasa.
  4. Perkataan Yesus adalah perkataan yang bersifat revolusionir. Waktu konsep agama lain bertemu dengan konsep Yesus akan menemukan bahwa perkataan Yesus bukan tambal sulam, bukan berubah-ubah, melainkan perkataan yang tuntas, orisinil, sanggup menggugah, merombak seluruh sistem pikiran logika manusia. Salah satu contohnya: Yesus berkata, janganlah takut kepada dia yang hanya bisa membunuh tubuhmu, takutlah hanya kepada dia yang bisa membunuh jiwamu. Kalimat itu mengubah seluruh konsep orang Yahudi, dulu Daniel, tiga kawannya mengalami bahaya tapi karena perlindungan Tuhan, mereka tidak mati. Sedangkan di P.B., satu per satu orang percaya dibunuh tapi mereka tetap setia. Karena mereka sudah menenerima konsep yang revolusioner.
  5. Perkataan Yesus mempunyai otoritas yang tertinggi. Dia berkata kepada orang Yahudi kamu pernah mendengar orang berkata tetapi Aku berkata kepadamu. Artinya I myself come to you as the first person to declare the supreme authority of the Word. Jangan mengira perkataan Yesus itu mempertentangkan P.L. dan P.B., karena yang Yesus maksudkan dengan orang kuno adalah tradisi Yahudi yang ditafsirkan oleh Talmut, Miznah, Midras dan Dia membandingkannya dengan perkataan yang langsung dari Tuhan, membuktikan bahwa diriNya adalah Allah sendiri. Dia berbicara dengan otoritas tertinggi.
  6. Perkataan Yesus bersifat mutlak identik dengan perkataan Allah. Waktu orang Yahudi mendengar Dia berkata kepada si lumpuh, dosamu sudah diampuni, mereka tidak bisa menerimanya, karena mereka hanya Allah yang mutlak yang boleh mengampuni dosa, tapi mengapa Dia memerankan peran Allah yang mutlak? Yesus berkata, Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Mana yang lebih gampang, mengatakan dosamu diampuni atau bangun dan angkat tilammu? Untuk membuktikan bahwa Anak manusia mempunyai hak untuk mengampuni dosa, maka angkatlah kasurmu dan pulang. Orang sakit itupun mengangkat tilamnya dan pulang.
  7. Perkataan Yesus adalah Firman yang kekal (Mat. 24:35). Mengapa setiap minggu kita mendengar Firman? Mengapa Roh Kudus dikirim untuk mengingatkan kita akan semua perkataan yang pernah Yesus katakan? Karena dulu Allah berbicara melalui nabi dan akhirnya Dia berbicara melalui Kristus, maka kita mau menyimpan Firman Tuhan di dalam hati kita masing-masing.

 

(Ringkasan kotbah ini belum dikoreksi oleh Pengkotbah, W.H.)

 

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.mriila.org/pustaka/eksposisi-ibrani/perbedaan-kristus-dengan-nabi/