Di dalam abad II, Gereja mengalami goncangan akibat serangan dari berbagai bidat, filsafat, dan politik, yang menuntut Gereja harus bertahan dengan berperang terus. Di abad II dan III terjadi dua kali peperangan besar di dalam Gereja, yaitu tentang ajaran Tritunggal dan Kristologi. Allah Kristen adalah Allah Tritunggal; Allah yang bukan Tritunggal bukan Allah Kristen.

Mengapa doktrin Allah Tritunggal menjadi iman ortodoks? Pada waktu itu ada seorang bernama Arius. Arius mengajarkan bahwa Yesus bukan sepenuhnya Allah. Yesus hanyalah manusia yang sebenarnya adalah Allah ciptaan. Jadi Allah itu dua macam: Allah Sang Pencipta dan Allah yang dicipta. Arius mengatakan, karena Yesus dicipta oleh Allah maka kita tidak boleh sembah sujud kepada-Nya sama seperti kepada Allah Bapa. Karena Arius begitu fasih berkhotbah maka ajaran ini diterima. Maka hampir seluruh gereja di Eropa dipengaruhi oleh ajarannya, juga di Asia.

Saat itu ada seorang muda yang mengatakan bahwa apa yang diajarkan oleh Arius tidak benar dan ia menyatakan perang, karena jika dibiarkan, dunia tidak akan percaya lagi kepada doktrin Allah Tritunggal. Berkuasa, fasih lidah, khotbah yang menarik begitu hebat, tetapi ajarannya salah, sangat berbahaya. Makin banyak mempunyai anggota, gereja-gereja seperti ini makin mempermalukan. Kesuksesan tidak boleh diukur hanya dengan jumlah orang yang mengikuti kebaktian. Orang muda ini mengatakan bahwa ia akan keliling berkhotbah bahwa Allah itu Tritunggal dan hanya Allah Tritunggallah Allah yang sejati: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Tiga Pribadi Allah ini sama kuasa, sama mulia, sama kekal, sama bersifat ilahi, sama Pencipta, sama Penebus, dan sama Pewahyu. Pemuda ini bernama Athanasius. Arius menganggap Athanasius mengganggu, maka Athanasius diajukan ke pengadilan oleh Arius. Akibatnya, Athanasius dibuang ke tempat yang jauh, tetapi dia lari pulang dan mengabarkan Injil lagi. Ia dibuang sampai tiga kali. Athanasius mendapat pembuangan dari pemerintah, karena yang berkhotbah Allah bukan Tritunggal memiliki kuasa politik yang besar dan memperalat kuasa pemerintah untuk menganiaya orang yang berkhotbah benar. Maka, jika engkau mengikuti Gerakan Reformed Injili lalu mendapat penganiayaan, sudah siapkah Anda?

Athanasius diperingatkan oleh seorang tua untuk tidak melawan karena seluruh dunia memihak Arius. Athanasius menjawab: “Jikalau demikian, maka saya Athanasius akan melawan seluruh dunia, demi menegakkan doktrin yang benar. Saya harus memberitakan Allah Tritunggal, karena inilah ajaran yang benar dari Alkitab.” Adakah semangat seperti ini di dalam hatimu dan hatiku? Adakah pemuda-pemudi seperti Athanasius? Kredo Athanasius sampai sekarang masih dijunjung tinggi, karena ada pemuda yang berjuang dengan semangat keberanian seperti itu.

Selain doktrin Allah Tritunggal, doktrin Kristologi juga menjadi perdebatan yang sangat besar. Marcion dan semua orang yang ajarannya salah telah mempengaruhi begitu banyak orang. Timbul bidat Apolinarianisme, Nestorianisme, dan berbagai ajaran yang salah, menyebabkan Gereja harus menetapkan kepercayaan siapa itu Kristus. Kristus adalah manusia sejati yang yang dilahirkan oleh anak dara Maria, dengan naungan kuasa Roh Kudus yang menurunkan Firman menjadi daging, dan Dia adalah Allah yang sejati. Kristus adalah Allah dan sekaligus manusia. Kristus sekaligus mempunyai sifat ilahi dan sifat manusia, maka Dia mungkin menjadi Perantara di tengah-tengah Allah dan manusia. Ini iman yang harus diperjuangkan dan dipertahankan dengan berperang melawan semua ajaran Kristologi yang salah. Seluruh pertempuran iman abad II dan III akhirnya terkumpul di dalam diri Agustinus, ketika dia hidup menulis satu buku Civitas Dei (City of God).

Saya minta Saudara memperhatikan tiga orang, yaitu Agustinus, John Calvin, dan Karl Barth. Ketiga orang ini tidak menggunakan istilah Theologi Sistematika dan tidak memakai istilah theologi dalam buku-bukunya. Calvin menggunakan Institutes of the Christian Religion, Karl Barth memakai istilah Church Dogmatics, dan Agustinus memakai istilah Civitas Dei. Buku-buku mereka yang paling penting tidak memakai istilah theologi, karena istilah “theologi” sebenarnya dari zaman sebelum Socrates itu berarti mythology. Tidak salah jika sekarang kita menyebut theologi sebagai ilmu Ketuhanan, tetapi istilah ini pernah dipakai oleh filsafat Gerika kuno dengan pengertian “mitos.” Dalam Abad Pencerahan timbullah istilah “theologi” yang tidak dikaitkan dengan istilah “mitologi.” Dari sini mulai timbul sistematika. Orang yang mengandalkan organisasi yang rapi, semua harus berada dalam sistem. Kalau segala sesuatu sudah menjadi sistem, maka manusia menjadi mati. Manusia memiliki tujuh sistem dalam tubuh, akan tetapi yang membuat sistem itu hidup adalah sesuatu kekuatan organik (Organic Power), bukan kekuatan sistem (Systematic Power). Di sini kita melihat Theologi Sistematika sebenarnya sudah terjebak oleh Abad Pencerahan (Aufklärung) yang kemudian menuju kepada Abad Ideologi.

Agustinus membedakan antara kota di dunia yang terus berkembang tetapi akhirnya akan menyusut dan lenyap, sementara kota yang dibangun oleh Kristus di dalam dunia dari kecil akhirnya berkembang menjadi Kerajaan Allah kita di dalam Kristus. Di sini kerajaan Allah semakin lama semakin besar sampai pada akhirnya Yesus datang kembali. Theologi Reformed melihat Akhir Zaman seperti yang Alkitab ungkapkan. Dalam perjalanan sejarah, orang beriman akan semakin menyusut dan dosa akan semakin melanda dunia. Yang berkuantitas besar sulit menemukan ajaran dan jalan yang benar. Yang melihat kebenaran hanya sedikit. Saya percaya Gerakan Reformed sedang membawa sedikit orang yang melihat pentingnya kesungguhan dan kemurnian Firman untuk berperang terus dengan arus besar yang melawan Alkitab. Agustinus kemudian memikirkan satu kebenaran penting tentang kedaulatan Allah yang nantinya sangat mempengaruhi John Calvin di dalam doktrin predestinasinya. Agustinus menemukan bahwa Tuhan selalu berinisiatif mendahului reaksi manusia. Calvin menerapkan hal ini dalam doktrin predestinasi bahwa sebelum manusia bisa mencari Tuhan, Tuhan sudah mencari manusia terlebih dahulu (The grace of God is prior to human’s response).

Alkitab sangat menekankan doktrin atau pengajaran Firman. Paulus menasihati Timotius untuk mengawasi diri dan mengawasi doktrinnya (1Tim. 4:16). Sejak 30 tahun yang lalu saya sudah mendengar orang mengatakan bahwa doktrin tidak penting, yang penting adalah kuasa Tuhan. Pertanyaannya adalah, apakah engkau percaya akan Allah Tritunggal? Jika ia percaya, maka itu adalah doktrin; jika tidak percaya, ia sudah menjadi bidat yang melawan doktrin iman Kristen yang benar. Dari abad IV, doktrin kedaulatan Allah sudah ditegakkan, dan itu berpengaruh ke sayap Luther dan Calvin. Luther melihat implikasi di dalam doktrin “dibenarkan melalui iman.” Calvin tetap menekankan kedaulatan Allah dan doktrin anugerah.

Antara abad IV sampai abad X merupakan Abad Kegelapan. Pada abad XI terjadi perpecahan besar antara Roma Katholik dengan Ortodoks. Perdebatan ini menyangkut tema apakah Roh Kudus dikirim oleh Allah Bapa, atau keluar dari Bapa dan Anak.

Peperangan berikut di tahun 1453 dengan hancurnya Konstantinopel oleh orang Islam. Islam menghancurkan Konstantinopel, yang kemudian menjadi Istambul, dengan meriam besar yang dibuat oleh orang Kristen dan dijual ke orang Islam untuk menghancurkan orang Kristen sendiri. Jika kita mempelajari sejarah, kita akan menemukan bahwa barangsiapa mengutamakan uang dan diri pasti akan menghancurkan banyak hal. Demi uang, kawan bisa jadi lawan; demi uang, dunia didahulukan dan pekerjaan Tuhan ditinggalkan. Demi kepentingan diri, kebenaran akan dikompromikan dan Firman Tuhan diabaikan. Mari kita bekerja, berperang hanya untuk Tuhan, untuk Firman, untuk kebenaran, dan untuk kerajaan-Nya.

Kita tidak bisa menjadi laskar Kristus jika kita hanya mempedulikan kepentingan kita, mencari keuntungan bagi diri kita sendiri. Kita tidak bisa dipakai Tuhan, karena yang diutamakan adalah diri kita sendiri. Berbahagialah mereka yang sehati di dalam hidup hanya mau memuliakan Tuhan dan kebenaran-Nya. Berbahagialah mereka yang mau berjuang hanya bagi kerajaan-Nya untuk menggenapkan kehendak-Nya.

Gerakan Reformed Injili dimulai oleh seorang yang berjuang keras dan hanya mau melihat pimpinan dan kehendak Tuhan digenapkan. Jika saya mau, sekitar 30 tahun lalu sudah bisa menjadi Uskup di Hongkong menggantikan Uskup di sana, atau menjadi pendeta besar di Amerika. Tetapi saya meninggalkan Malang sekeluarga untuk memulai gerakan ini. Ketika gerakan ini dimulai, selama dua tahun penuh saya tidak menerima honor sama sekali dari GRII. Saya harus menanggung delapan anggota keluarga saya dengan bersandar pada Tuhan. Saya bukan masuk ke GRII dengan semua fasilitas sudah disediakan. Ketika gerakan ini dimulai, kita tidak memiliki tempat, harus menyewa setiap minggu untuk kebaktian. Tuhan memberkati, sampai hari ini Tuhan mencukupkan semua, bahkan bisa memberikan persembahan ke berbagai badan atau lembaga Kristen. Gereja ini bisa mendukung pelayanan lain, tetapi tidak satu rupiah pun dikirim untuk mendukung sekolah anak saya. Biarlah semangat dan perjuangan pelayanan seperti ini boleh menjadi teladan bagi setiap orang yang berjuang untuk kemuliaan Tuhan dan penggenapan kehendak-Nya.

Abad XI sampai abad XV adalah Abad Pertengahan. Di zaman ini filsafat dan theologi diaduk menjadi satu, sampai Martin Luther dan Calvin bangkit. Mereka meneriakkan Sola Scriptura, artinya jangan lagi minta dukungan dari Aristoteles, jangan lagi bersumber dari Sokrates, Plato, jangan lagi mendengar Neo-Platonism. Jangan lagi mencampuradukkan Firman dengan pikiran filsafat manusia. Marilah kita murni kembali kepada Firman Tuhan. Gerakan sedemikian adalah gerakan yang terlalu besar dan terlalu agung. Dalam Institutes of the Christian Religion ada lebih dari 6.000 kutipan ayat yang dipakai Calvin untuk mendukung doktrin yang ditegakkan. Calvin tidak mendirikan doktrin baru. Calvin hanya mengupas Kitab Suci, menyinkronkan seluruh ayat dan membawa seluruh manusia masuk ke setiap detil kebenaran Firman dengan begitu teliti dan konsisten. Semenjak kekristenan sampai sekarang, orang yang pikirannya paling konsisten dari permulaan sampai akhir hanyalah John Calvin.

John Calvin adalah salah satu pemberian Tuhan kepada umat manusia yang sangat luar biasa. Tuhan memakai Martin Luther untuk merobohkan iman yang salah dari sistem Roma Katholik. Setelah Katholik dijatuhkan, 100 tahun kemudian di Jerman orang Kristen hidup berfoya-foya, mabuk-mabukan, maka perlu Pietisme. Tetapi Tuhan memakai Martin Luther menjatuhkan ajaran yang salah dari Katholik. Ada doktrin Katholik yang benar, tetapi semua yang salah dirobohkan. Tetapi Luther tidak membangun kembali doktrin yang benar; Tuhan memakai Calvin. Pikiran Calvin begitu sistematis, konsisten, tajam, dan begitu akurat. Dia membangun selama beberapa puluh tahun sejak usia 26 tahun sampai sebelum mati Institutio menjadi buku yang agung, sehingga Will Durant pada tahun 1920 mengatakan “The Institutes of the Christian Religion is one among the ten books that change the history of mankind.” Apakah Calvin didewakan? Tidak! Calvin tetap memiliki kelemahan. Namun, sekalipun memiliki kelemahan, pikiran Calvin tetap dipakai Tuhan untuk mengadakan perubahan, maka kita harus meneruskan.

Peperangan dari abad ke abad sudah tiba pada periode engkau dan saya. Selama hidup dalam dunia, kita tidak bisa mengendur. Kita tidak boleh mengantuk, tidak boleh tidur, tidak boleh malas. Kita tetap terutus seperti domba di tengah-tengah kawanan serigala. Kita tetap diperhadapkan kepada orang Kanaan yang lebih gagah, lebih kuat dari kita. Namun, ada satu hal, yaitu iman di dalam diri tidak boleh kompromi dan melalui iman itu Tuhan akan memberikan kemenangan. Soli Deo Gloria!

Oleh : Pdt. Dr.Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/the-battle-of-the-ages-bagian-4