“Peperangan Segala Abad” (The Battle of the Ages) adalah peperangan antara firman Tuhan dan ajaran-ajaran dari manusia dan Iblis. Peperangan segala abad adalah peperangan yang mau menegakkan kebenaran Tuhan di atas bumi ini sampai berbuah dan berkhasiat nilai kekal untuk selama-lamanya. Dan di dalam peperangan ini kita melihat Tuhan sendiri akan memimpin kaum pilihan-Nya yang taat kepada Dia menjadi laskar-laskar untuk memerangi satu kerajaan yang tidak kelihatan, tetapi mempunyai kekuasaan yang luar biasa besarnya.
Peperangan ini sudah dinubuatkan sejak ribuan tahun lalu oleh Tuhan Allah sendiri ketika Adam berdosa. Allah berkata kepada Adam dan Hawa bahwa di antara benih perempuan dan ular ada permusuhan hakiki. Demikian pula, Tuhan berjanji bahwa kemenangan akan datang melalui seorang benih perempuan. Itu yang dimengerti sebagai inkarnasi, atau Natal, yaitu Yesus lahir ke dalam dunia. Dan peperangan ini begitu sengit sehingga Anak Allah sendiri harus diremukkan tumit-Nya, tetapi Dia akan meremukkan kepala si ular. Peperangan rohani ini begitu penting sehingga menentukan nasib manusia – yang dicipta menurut peta dan teladan Allah – akan masuk neraka atau surga.

Bagi saya, sejak tahun 1957 sampai hari ini, saya menyadari bahwa setiap pelayanan saya adalah peperangan, dan saya mengetahui dengan jelas siapa yang menjadi musuh saya. Sampai kapan peperangan ini? Sampai hembusan nafas terakhir. Satu kalimat dari Yesaya 42:1-4, “Dia tidak akan tawar hati, Dia tidak akan putus asa sampai kebenaran ditegakkan di atas bumi ini, dan pulau-pulau sedang menanti ajaran-Nya.” Inilah perintah, inilah perjuangan yang harus kita kerjakan di bumi Indonesia ini.

Hadirnya Kristus di dalam dunia ini merupakan titik pertemuan antara yang turun dari atas secara vertikal bertemu dengan dunia horizontal yang diwakili oleh semua yang terjadi beribu-ribu tahun di dalam agama, kebudayaan, filsafat, masyarakat, sosial, pendidikan, politik, militer, dan semua kerajaan di seluruh dunia. Turunnya Kristus ke dunia merupakan suatu intervensi vertikal dari atas untuk bertemu dengan seluruh peristiwa yang pernah terjadi di dalam sejarah. Saya tidak mengerti mengapa Wallace, seorang sejarahwan Inggris yang terkemuka dan bukan seorang Kristen, dapat mengatakan the whole history is connecting to God (seluruh sejarah berkaitan dengan Allah). Immanuel Kant mengatakan, “membuktikan adanya Allah sangatlah sulit, tetapi membuktikan tidak ada Allah, jauh lebih sulit lagi.”

Kristus datang ke dunia dengan tidak mewarisi apapun dari dunia ini bagi bahan pengajaran-Nya, melainkan melakukan koreksi terhadap semua pengertian Perjanjian Lama yang salah. Kedatangan Kristus langsung mendidik orang-orang yang mau ikut Dia dengan pengajaran-pengajaran yang bersifat revolusioner. Semua theolog yang berusaha menghasilkan sesuatu pengaruh bagi zamannya adalah hasil produksi zamannya dan dia akan digeser oleh zaman yang akan datang. Hanya Kristus yang langsung dari tahta Allah. Dia tidak mungkin digeser karena Dia memiliki sifat kekekalan yang melampaui kesementaraan dan sejarah. Reformed theology akan memberikan pencerahan bagaimana melalui pengertian Kristus yang sejati kita akan memperbaharui seluruh kehidupan gerejawi dan pelayanan gerejawi.

Yesus Kristus datang dengan proklamasi tujuh alasan kedatangan-Nya. Yang pertama, Anak Manusia datang mencari dan menyelamatkan yang sesat. Ini satu pra-anggapan awal yang penting. Manusia sudah kehilangan arah. Ketika engkau kehilangan uang puluhan juta, engkau marah-marah, karena engkau terlalu peka kehilangan materi, tetapi tidak peka ketika kehilangan kesempatan. Engkau bahkan tidak peka ketika kehilangan arah, kehilangan relasi dengan Tuhan Allah.

Yesus juga berkata bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani tapi untuk melayani. Dia akan mempermalukan semua orang komunis yang mengatakan bahwa mereka adalah hamba yang baik tetapi mereka mempunyai kekayaan melalui korupsi yang banyak. Yesus satu-satunya pemimpin yang tidak memiliki harta bagi diri sendiri.

Yesus juga mengatakan Aku datang untuk menyerahkan nyawa untuk menebus orang lain. Yesus juga berkata Ia datang untuk memanggil orang berdosa supaya bertobat. Yesus datang untuk memberikan hidup bahkan hidup yang berkelimpahan. Yesus datang untuk menggenapkan Taurat, karena tidak ada satu titik atau satu iota akan terlewatkan, karena Ia datang untuk menggenapkan kehendak Allah, kehendak Bapa-Nya yang di sorga. Dan yang ketujuh Tuhan Yesus mengatakan Aku memang dilahirkan sebagai Raja, di hadapan Pilatus.

Semua kalimat Yesus bersifat revolusioner, bersifat koreksi, bersifat memberikan pengharapan yang baru. Tuhan Yesus tidak seperti agama yang membicarakan baik dan jahat; tidak seperti filsafat yang membicarakan yang bijak dan bodoh; tidak seperti sains yang membicarakan yang benar dan salah. Ia membicarakan hidup dan mati, supaya manusia tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Ini bidang tersendiri yang melampaui agama, filsafat, kebudayaan, sastra, ataupun musik. Semua adalah menyangkut hidup matinya manusia. Untuk ini manusia perlu kembali kepada kebenaran. Dalam upaya manusia, seringkali terjadi kelemahan manusia untuk mengerti dan kembali kepada kebenaran. Untuk itu, Tuhan Yesus membuat sesuatu untuk mengisi kebocoran ingatan mereka, yaitu, “Setelah Aku pergi Roh Kudus akan turun. Dia akan mengingatkan kembali semua kalimat yang pernah Kuucapkan kepadamu.” Hal ini sangat penting, karena ketika Allah mengirim Anak ke dalam dunia lalu Anak kembali kepada Bapa, Bapa mengirim Roh Kudus, Roh Kudus akan memimpin gereja masuk ke dalam segala kebenaran. Kecelakaan besar dalam gereja adalah yang membicarakan Roh Kudus adalah pemimpin-pemimpin gereja yang paling tidak mengerti Roh Kudus, tetapi seolah-olah merekalah yang paling mengerti.

Roh Kudus dalam Injil Yohanes 14-16 adalah Roh yang disebut Roh Kebenaran. Sekarang Roh yang dibicarakan oleh banyak gereja adalah roh perasaan. Yang berteriak dipenuhi Roh Kudus, tetapi kebenarannya entah di mana? Roh Kudus adalah Roh yang membawa pikiran manusia, ingatan manusia kembali kepada jalur yang benar, Roh Kudus adalah Roh yang membawa kita kembali kepada Firman. Roh Kudus tidak pernah memimpin orang melawan Alkitab, karena Roh Kudus adalah Roh Kebenaran.

Tentang peperangan ini, ketegangan Yesus Kristus dengan orang-orang Farisi, ahli Taurat, para pemimpin agama sampai sedemikian sengitnya hingga mengatakan satu kalimat fakta yang menghancurkan relasi Kristus dengan mereka: “Bapamu bukan Allah! Bapamu adalah Iblis.” (Yoh. 8:40-44). Di sini peperangan harus membayar harga. Hari ini, banyak orang mau melayani Tuhan baik-baik, tetapi tidak bersedia berkorban. Ini bukan perjuangan Kristen. Peperangan ini bukan perang yang menguntungkan, tetapi sebuah peperangan yang menuntut penyangkalan diri, peperangan yang menuntut keberanian berkorban, peperangan yang berani seperti Yesus yang rela dipaku di kayu salib.

Dasar peperangan iman adalah iman yang ortodoks. Iman ortodoks adalah iman kekristenan yang betul-betul tidak berkompromi. Tetapi apa yang disebut sebagai iman Kristen? Agama Kristen berbeda dengan semua agama karena yang kita imani bukan kumpulan doktrin-doktrin yang dihasilkan dari pemikiran manusia tetapi adalah satu pengertian iman yang kita terima sebagai fakta sejarah bahwa kekristenan adalah Kristus. Christianity is Christ adalah credo. Kristus bukan sesuatu hasil bayang-bayang manusia, bukan ciptaan dari pikiran imajinasi, bukan hasil angan-angan manusia yang mengharapkan seorang juruselamat. Dia turun dari sorga kontak secara vertikal yang berbentur dengan sejarah yang mengakibatkan revolusi, mengakibatkan koreksi, mengakibatkan suatu pengharapan, pengarahan yang baru adalah Kristus. Segala kelimpahan Allah, bijaksana, kebenaran dan rencana-Nya yang kekal berada di dalam satu manusia, Pribadi Allah yang berinkarnasi, yaitu Yesus Kristus. Inilah iman Kristen yang sejati. Dengan iman seperti ini kita dimungkinkan terus berperang di dalam dunia ini.

Ada satu lukisan yang mempengaruhi saya yang sekarang ada di Musée d’Orsay di Paris. Lukisan di mana Yohanes berlari di depan Petrus dengan latar belakang danau Galilea. Peristiwa kebangkitan Kristus sungguh merupakan berita yang sangat mengejutkan dan menakutkan. Tidak ada yang lebih terkejut selain murid-murid Kristus, khususnya Petrus dan Yohanes yang diungkap dalam lukisan ini. Mata Petrus besar sekali, rambutnya ditiup oleh angin, tangannya dilipat satu dengan yang lainnya, matanya penuh dengan rasa ingin tahu, seolah-olah mengatakan, “Apakah Dia sudah bangkit? Apakah Dia masih mau mengampuni saya yang sudah tiga kali menyangkali Dia? Apa betul saya masih diterima oleh Dia? Saya mau pergi melihat Dia!“ Satu dorongan yang berat dari jiwa Petrus mendorong dia maju tapi karena Petrus sudah tua, maka memiliki gerakan lebih lambat sedikit. Oleh sebab itu, Yohanes ada di depannya. Semua pelukis agung adalah filsuf. Lukisan yang agung menceritakan ribuan kalimat, orang yang pandai melihat lukisan akan mendapat bijaksana, kristalisasi pengalaman manusia. Lukisan tersebut mengutarakan roh yang dinamis, pengharapan yang baru telah datang melalui kebangkitan Kristus.

Mengapa gereja begitu dingin? Karena gereja menganggap kalimat-kalimat dari atas mimbar tidak ada harganya. Saya tidak akan mengeluarkan satu kalimat yang tidak berharga dari mimbar. Yesus mengatakan begitu banyak kalimat, tetapi murid-murid-Nya melupakannya. Sekarang Roh Kudus datang mengingatkan mereka apa yang telah dikatakan-Nya. Sekarang mereka tahu Yesus bangkit, lalu mereka mulai berpikir bahwa apa yang Yesus pernah katakan, tidak diingkari-Nya. Apa yang dikatakan-Nya adalah kebenaran. Sampai berapa besar iman Saudara kepada kebenaran, sampai berapa banyak ketaatan Saudara kepada Firman, berapa perhatian Saudara kepada setiap kalimat penting yang sudah diucapkan oleh Tuhan? Manusia hidup bukan bersandar pada roti saja, akan tetapi bersandar pada setiap kalimat yang keluar dari mulut Tuhan Allah. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/the-battle-of-the-ages-bagian-1