Kita telah mempelajari bagaimana pemahaman iman menurut orang non-Kristen dan bagaimana iman dipandang dari Alkitab yang dimengerti oleh Theologi Reformed. Prinsip dan kebenaran Alkitab terbalik dari apa yang manusia seringkali pikirkan. Bukan karena melihat baru beriman, tetapi Alkitab ingin kita beriman dulu baru melihat. Seluruhnya harus kembali kepada Allah dan merupakan inisiatif Allah. Ini disebut qualitative difference. Ketika Marta sibuk melayani Yesus, Maria justru sibuk mendengar dan mengerti Firman. Saat ini ada orang-orang Kristen yang kelihatannya sibuk melakukan banyak hal untuk Yesus, tetapi tertidur ketika mendengar khotbah atau mempelajari firman Tuhan dengan mendalam. Ketika orang-orang Reformed terus belajar dan mendengar Firman, orang Kharismatik sibuk menyanyi, yang kadang menyanyi dengan nada yang tidak tepat. Tuhan ingin kita mendengarkan apa yang Ia katakan, bukan kita yang memaksa Tuhan untuk mendengar apa yang kita katakan. Kita harus mau mengoreksi seluruh pemahaman kita sampai hal yang sekecil-kecilnya, sehingga kita lebih berkenan di hadapan Tuhan. Ketika saya berkhotbah, saya menggunakan suara keras, tetapi ketika saya berdoa, saya bersuara lembut. Mengapa demikian? Ketika saya berkhotbah, saya ingin setiap orang, setiap sudut bisa mendengarkan firman Tuhan dengan jelas dan sungguh bisa memperhatikan Firman. Tetapi ketika saya berdoa, saya sedang berbicara dengan Allah yang begitu dekat dengan saya, sehingga saya tidak perlu berteriak. Saya sedang berbicara dengan Allah yang saya hormati, sehingga tidak pantas saya berteriak-teriak kepada-Nya. Jika kita mengenal Allah yang dekat dengan kita, yang begitu mulia dan hormat, yang mendengar doa kita, maka sangat tidak sopan jika kita berteriak-teriak di hadapan-Nya, seolah-olah Dia tidak mendengar. Berbeda dengan Marta, Maria senantiasa mau mendengar dan belajar firman Tuhan. Marta terus sibuk dan menganggap dirinya sudah melayani lebih dari orang lain, akhirnya menjadi sombong dan memerintahkan Tuhan Yesus untuk memarahi adiknya. Sebaliknya, Tuhan Yesus malah menegur Marta. Maria telah mendapatkan bagian yang terbaik, yang tidak bisa direbut dari dirinya. Maka ketika Lazarus meninggal, Marta tidak mengerti dan tidak percaya bahwa Yesus mampu membangkitkan Lazarus. Ia menganggap diri sudah lebih tahu, sudah belajar theologi, dan tahu bahwa Lazarus hanya akan bangkit pada akhir zaman bersama-sama dengan yang lain. Di sini terungkap suatu kalimat dari Tuhan Yesus yang begitu indah, “Jika engkau beriman, engkau akan melihat kemuliaan Allah.” Di sini muncul metode Alkitab yang pertama kali, “Jika beriman, akan melihat kemuliaan Allah.” Ini berbeda dengan konsep orang dunia, bahwa kalau melihat, baru beriman kepada Tuhan Allah.

Pada zaman Tuhan Yesus, orang yang paling banyak membawa orang beriman kepada Tuhan Yesus sebelum Ia mati di kayu salib adalah Yohanes Pembaptis. Melalui Yohanes Pembaptis, seluruh negeri saat itu digoncangkan. Mereka bergetar dan menjadi gentar, dan mulai dibawa kembali beriman kepada Tuhan Allah. Yohanes Pembaptis lebih agung dari Elia. Elia mengakibatkan sekelompok orang di atas gunung Karmel berhenti menyembah Baal dan kembali kepada Yehova. Yohanes Pembaptis seorang diri berteriak-teriak di padang gurun tanpa dukungan siapapun. Makanannya adalah belalang, bajunya adalah kulit unta, dan ia berteriak, “Kerajaan Allah sudah dekat, bertobatlah kamu!” Beribu-ribu bahkan beratus-ratus ribu orang berduyun-duyun dari semua kota dan semua desa berkumpul di tepi sungai Yordan untuk mendengar khotbahnya dan mereka menangis lalu bertobat. Mereka mengalami kebangunan rohani yang sesungguhnya. Yohanes Pembaptis tidak pernah satu kali pun melakukan mujizat tetapi orang yang percaya kepada dia begitu banyak. Saya menghormati orang Islam yang mengakibatkan berjuta-juta orang percaya dan mereka tidak mengadakan mujizat. Sedangkan di dalam gerakan Kharismatik sudah timbul sebuah perasaan rendah diri, sehingga mereka beranggapan seolah-olah jika tidak ada mujizat maka tidak ada orang mau bertobat. Akhirnya mereka membuang firman Tuhan yang paling penting lalu mengejar terjadinya mujizat supaya orang bisa percaya. Mujizat terbesar adalah Kristus bangkit dari antara kematian, mujizat terbesar adalah kuasa kebangkitan yang membuat manusia percaya kepada Dia. Sedangkan mereka yang mengejar kesembuhan atau kekayaan akhirnya beberapa tahun kemudian menjadi sakit lagi dan kemudian tetap mati juga. Yang sementara kaya, suatu saat kekayaannya hilang dan mereka mengalami penderitaan besar. Mereka tidak mementingkan firman, hanya mementingkan anugerah dan berkat dari Tuhan. Tidak heran, akhirnya beberapa pemimpin Kharismatik yang paling penting dalam sejarah satu per satu jatuh ke dalam skandal seks dan keuangan yang tidak beres. Tuhan memperbolehkan setan memberikan umpan uang dan memberikan berkat lalu menghancurkan Kekristenan melalui kepimpinannya yang tidak beres. Sedikit pendeta yang melihat semua tipuan ini, sehingga Yesus berkata kepada Marta bahwa ia telah salah mengerti theologi. Kalau ia betul-betul beriman, ia akan melihat kemuliaan Allah. Bukan sesudah engkau melihat baru engkau beriman. Ini metode yang salah, yang pertama-tama harus dibongkar dan diberi satu kekuatan revolusi untuk membalikkan manusia kepada metode Alkitab yang benar. Ini tugas dan panggilan Theologi Reformed.

Kedua, Alkitab mengatakan bukan karena engkau mengalami atau engkau sudah mengerti secara rasio baru kemudian engkau beriman. Namun sebaliknya, ketika engkau beriman, engkau akan mengetahui. Di dalam Ibrani 11:3 dikatakan, “Karena kita percaya bahwa dunia ini dicipta oleh Allah melalui firman-Nya.” Jika saya sudah tahu, sudah masuk akal, atau saya rasa itu logis, maka barulah saya mau percaya, itu adalah metode orang berdosa, itu metode dunia. Alkitab mengatakan, “Jika engkau percaya, maka engkau akan mengetahui.” Percaya itu dari mana? Di dalam khotbah-khotbah yang lain, beberapa tahun yang lalu saya membedakan empat tahap iman, yaitu:

  1. Iman yang sudah ditanam terlebih dahulu sebelum seseorang mendengar firman;
  2. Iman yang timbul setelah mendengar firman;
  3. Iman yang dikaruniakan Roh Kudus untuk pelayanan; dan
  4. Iman yang bersandar kepada firman Tuhan setiap detik serta mengambil berkat dan kuasa Tuhan, di mana kita bisa senantiasa memegang tangan-Nya. Kita harus beriman, kita harus percaya kepada Tuhan terlebih dahulu, barulah setelah itu kita mendapatkan pengertian yang Tuhan akan berikan kepada kita. Di dalam iman mengandung pengetahuan, sehingga Paulus mengatakan, “Aku tahu siapa yang aku percaya” (1 Tim. 1:12). Maka, percaya dulu baru mengetahui akan ikut.

Saya pernah mengatakan bahwa kredo iman Kristen mengatakan bahwa, “Faith seeking understanding” (credo ut intelligas, en inteligum un credas)iman menghasilkan pengertian dan pengertian membawa kita untuk beriman lagi. Dengan demikian iman – pengetahuan, pengetahuan – iman, seperti lingkaran tahun dari setiap pohon. Setiap pohon memiliki lingkaran tahun yang setiap tahun bertambah satu lingkaran lagi. Pertumbuhan ini menggambarkan bagaimana iman membawa kita pada pertumbuhan pengertian, lalu pengertian itu akan membawa kita pada pertumbuhan iman yang semakin kuat. Itu terus berulang menjadi putaran lingkaran yang semakin besar. Akhirnya putaran ini menjadikan kita orang yang penuh iman yang dipertanggungjawabkan oleh pengertian kebenaran karena kita patuh dan percaya kepada Tuhan.

Terakhir, Alkitab mengatakan karena iman maka nenek moyang kita mendapat bukti. Jadi, bukan karena sudah terbukti barulah nenek moyang kita percaya. Saat ini, ajaran-ajaran Alkitab yang penting ini telah diabaikan oleh banyak orang Kristen. Bahkan ajaran-ajaran Kristen banyak dimanipulasi, diubah, dan dirusak oleh orang yang tidak mau mengerti kedaulatan Tuhan Allah. Saya tidak perlu mendapatkan bukti yang dahsyat tentang Allah baru saya bisa percaya; saya juga tidak perlu mengalami anugerah besar baru saya bisa percaya; saya tidak perlu menjelaskan dengan berbagai dalil logika manusia, baru saya bisa percaya. Prinsip Alkitab mengatakan bahwa karena iman, nenek moyang kita mendapatkan bukti. Ketika firman Tuhan dikabarkan, cahaya dari firman yang mempunyai khasiat khusus akan langsung menembusi awan-awan gelap di dalam hati dan otak manusia, memberikan iman yang ditanam sebagai benih di dalam hati manusia itu. Mengapa saya percaya? Itu karena saya berespon kepada Allah yang telah menyatakan diri-Nya melalui alam ciptaan-Nya dan khususnya melalui firman-Nya. Melalui itu, saya percaya dan menjadikan saya bisa mengerti bahwa Ia ada. Melalui firman, saya mengetahui bahwa Allah yang ada itu adalah Allah yang hidup. Allah yang hidup itulah yang telah menyatakan diri-Nya kepada saya, sehingga saya bisa melihat kemuliaan-Nya dan mengerti seluruh kebenaran yang Ia wahyukan kepada saya. Dari semua itu, akhirnya terbukti bahwa Allah itu adalah Allah yang sejati, Allah yang benar. Semua metode yang tercantum dalam Alkitab ini mengakibatkan kita mengatakan, “Aku orang percaya.” Dan ketika iman kita berespon kepada Tuhan, maka respon iman ini berbeda dari semua iman agama lain. Iman ini adalah iman yang sesuai dengan firman dan merupakan respons kepada firman. Jangan karena kita mengetahui beberapa doktrin, lalu kita sudah mengaku sebagai orang Reformed atau bertheologi Reformed. Saya ingin agar di dalam segala segi termasuk metode kita, kita boleh sesuai dengan wahyu Tuhan di dalam Alkitab.

Mari kita bertobat secara pikiran; mari kita bertobat secara pelayanan; bertobat secara mental; bertobat secara metode; bertobat di dalam berapologetika; dan kembali kepada prinsip-prinsip Alkitab. Mari kita memohon kepada Tuhan agar Ia memimpin kita seumur hidup agar tidak menyeleweng, tidak jatuh, tidak terpeleset, tidak jatuh ke dalam metode-metode manusia yang salah, sehingga seumur hidup kita bisa berkenan di hadapan-Nya. Soli Deo Gloria. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong
SUmber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/sifat-iman-bagian-3