THE WORD (Part-1)


Allah mewahyukan empat Injil untuk memberikan kesaksian tentang Anak-Nya. Injil Yohanes adalah Injil di atas ketiga Injil yang lain. Injil Yohanes mengandung pengertian Kristologi yang lebih dalam daripada seluruh Kristologi di sepanjang sejarah. Kristologi dalam Injil Yohanes merupakan sumber kebijaksanaan dan pengertian yang melampaui semua kebijaksanaan yang dimengerti oleh manusia. Selain menuliskan Injil ini, Yohanes juga menulis 4 buku dalam Alkitab, yaitu 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes, dan Wahyu yang menutup, merangkumkan, mengkompletkan seluruh Kitab Suci sebagai wahyu Allah. Meski Yohanes adalah murid termuda dari Yesus, dia tidak kalah penting dari Petrus dan Paulus. Saya membahas Injil Yohanes bukan karena saya sengaja ingin menjadikan Injil Yohanes begitu penting, tetapi justru karena Injil Yohanes begitu penting maka saya harus membicarakannya dengan gentar dan dengan sungguh-sungguh supaya sesuai dengan apa yang sudah diwahyukan Tuhan melalui rasul-Nya yang begitu cinta Tuhan. Ketika saya mengajar, saya meminta murid-murid saya untuk mencari perkataan-perkataan Tuhan Yesus yang bersifat revolusioner, yang lain dari semua perkataan baik di Perjanjian Lama maupun di tengah budaya-budaya yang ada. Yohanes mencatat setiap kata-kata Tuhan Yesus yang sedemikian revolusioner.

Ketika Tuhan Yesus berada di dalam dunia, Dia berdaging dan berdarah. Firman menjadi manusia, hidup di tengah-tengah manusia, hidup bersama saudara-saudara-Nya. Yesus yang berdaging dan berdarah adalah Allah menjadi manusia. Kemudian Yesus Kristus memilih rasul-rasul yang akan diutus oleh-Nya ke seluruh dunia untuk membawa umat manusia kembali kepada Allah yang mengutus Dia. Sebelum Dia memilih dua belas murid, sepanjang malam Dia berdoa. Dia tidak gegabah, Dia tidak memilih sesuai dengan keinginan hati-Nya, tetapi Dia meminta Allah Bapa-Nya ikut campur tangan dan Allah memberikan kebijaksanaan kepada Dia sehingga Dia memilih murid-murid yang bisa memberitakan Injil ke seluruh dunia. Lalu timbullah pertanyaan, jika memang Tuhan Yesus berdoa dan dipimpin oleh Allah, mengapa Yudas ikut terpilih? Jawaban tuntas dari pertanyaan ini bukan sekarang. Pada dasarnya itu terjadi karena ada di dalam rencana Allah. Allah telah memberikan kesempatan untuk akhirnya membungkam mulut orang-orang yang mengatakan aku tidak percaya karena tidak pernah diberi kesempatan.

Keduabelas murid Tuhan Yesus dipilih di Galilea bukan di Yerusalem. Ini dikarenakan orang-orang di Yerusalem, para tokoh agama, justru sudah mengikat diri dengan tradisi agama mereka yang akademik dan kaku. Mereka sulit untuk membuka pintu bagi Tuhan yang mewahyukan kebenaran bagi mereka. Mereka sudah menjadi kolot dan membatasi diri. Di Yerusalem ada banyak ahli theologi, profesor, dan rabi yang sangat terkenal. Orang-orang yang dianggap paling mengerti Kitab Suci dan paling membawa tradisi agama, tetapi Tuhan Yesus tidak memilih mereka. Tuhan Yesus tahu bahwa para ahli di Yerusalem sangat menghina Galilea dan Nazaret. Galilea dianggap tidak pernah menghasilkan apa-apa dan tidak akan menghasilkan apa-apa. Di saat seperti itu, justru Tuhan Yesus tidak memilih mereka, tetapi memilih orang-orang dari Galilea. Ini menjadikan saya sangat kagum dan hormat. Kita harus hati-hati, terkadang yang akademis menghina mereka yang dianggap kurang akademis dan kurang memiliki gelar. Kita harus gemetar dan berkata, “Tuhan, biarlah kehendak-Mu saja yang jadi.” Ketika saya berkata, “Betapa agungnya Engkau.” Itu bukan karena keindahan alam ini, tetapi karena Allah telah memilih orang-orang yang dibuang oleh yang lain. Allah bisa menggunakan orang-orang yang dibuang oleh orang-orang yang merasa diri begitu intelektual.

Lima puluh lima tahun yang lalu setelah selesai perang dunia, Amerika Serikat melakukan program pemulihan Eropa yang disebut sebagai Marshall Plan. Saat itu, Marshall, pemimpin program ini, melihat bahwa Cina yang juga mengalami nasib sama tidak mungkin dipulihkan. Namun, 50 tahun kemudian, Cina bangkit menjadi negara yang begitu dahsyat. Sir Arnold Toynbee (seorang pujangga dan sejarawan terbesar abad 20 dari Inggris) mengatakan bahwa Cina akan menjadi raksasa dunia. Dua ratus tahun lalu, Napoleon pernah mengatakan, “Naga yang tidur ini akan bangun dan akan mengatur seluruh dunia.” Dan di bulan September 2008 ini, Asian Week Magazine mengeluarkan artikel dengan judul, Can China save America? (Dapatkah Cina menyelamatkan Amerika?) Yang menganggap diri hebat, jangan sombong dan jangan membius diri! Yang menganggap diri kaya, jangan congkak! Karena segala sesuatu bisa berubah dan sedang berubah. Saya melihat cara Tuhan bekerja luar biasa. Tidak ada orang yang menduga bahwa orang-orang Galilea bisa mengubah dunia, tetapi justru Yesus memilih murid dari Galilea. Dan kita melihat bagaimana Yohanes lebih mempengaruhi dunia ketimbang Aristoteles. Nama Yohanes, Yahya (versi Arab), John (versi Inggris), Ivan (versi Rusia), dan lain-lain, begitu banyak di dunia, melampaui nama Aristoteles.

Jika Petrus diduga adalah murid yang paling tua di antara semua rasul, maka Yohanes adalah murid yang paling muda di antara mereka. Petrus adalah kakak Andreas dan Yakobus adalah kakak Yohanes. Dengan demikian, pasti Yohanes lebih muda daripada Yakobus dan Andreas lebih muda dari Petrus. Maka Petrus mungkin sekali lebih tua dari Yohanes. Mengapa Tuhan Yesus sengaja memanggil Yohanes, yang paling muda untuk berjuang sampai tua, pada saat semua rasul yang lain sudah meninggal? Ini adalah kebijaksanaan Tuhan yang begitu tinggi dan kita harus dengan rendah hati mempelajarinya. Pada saat Yohanes menulis kitab Injil Yohanes, dia sudah berumur lebih dari 80 tahun. Saat itu Paulus dan Petrus sudah mati sebagai martir. Tuhan memanggil rasul yang masih begitu muda supaya dia mempunyai hidup yang paling panjang, menjadi saksi terakhir untuk mempertahankan iman Kristen tanpa kompromi. Bukan saja demikian, semua murid Yesus Kristus setelah mati, pengaruh mereka berhenti, pengaruh mereka tidak sebesar pengaruh Yohanes. Kalau kita melihat sejarah, bukankah Alkitab mengatakan Paulus mempunyai penerus seperti Timotius, Titus, dan Silas? Tapi apakah yang dicatat sejarah tentang Timotius, Silas, ataupun Titus? Siapa yang meneruskan Petrus? Sejarah tidak mencatatnya. Sejarah mencatat yang meneruskan seluruh kekristenan berasal dari sayap Yohanes. Mulai dari Yohanes, diteruskan oleh Polycarpus, Irenaeus, Hippolytus, terus sampai Augustine.

Sekalipun Yohanes adalah murid yang paling muda, tapi ia hidup paling lama. Dia adalah seorang murid yang paling kurang matang waktu dipanggil, tapi akhirnya paling matang pada masa tuanya. Dia adalah seorang murid yang paling keras sifatnya, tapi pada waktu tua menjadi yang paling penuh cinta kasih. Ada rencana Yesus yang paling panjang untuk dunia ini melalui Yohanes yang muda sekali. Saya memikirkan, ketika ia mendengar perkataan Yesus bersama dengan Petrus, Yakobus dan lain-lain, seberapa banyak yang ia bisa terima? Tetapi sejarah mencatat, yang ditulis di dalam Injil Yohanes jauh lebih dalam dari yang ditulis di dalam Injil Matius, jauh lebih sistematis dibanding Injil Markus, jauh lebih tinggi derajat pengertiannya dibanding dengan Injil Lukas. Ini berarti Tuhan Yesus tidak menghina yang muda, dan Ia telah mempersiapkan jenius yang paling besar untuk meneruskan pekerjaan-Nya meskipun waktu dia masih muda, rasul yang lain tidak melihat potensinya. Yang penting adalah Tuhan melihat.

Sebagai orang tua, saya berkata kepadamu, ”Jikalau engkau yang muda dihina atau tidak dimengerti, tidak apa-apa, kamu harus terus berjuang pelan-pelan. Siapa tahu 50 tahun kemudian, Gerakan Reformed berada di dalam tanganmu. Waktu itu banyak orang Reformed termasuk Stephen Tong sudah mati. Engkau yang sekarang masih remaja akan memangku jabatan, akan mempunyai kewajiban yang berat untuk meneruskan Gerakan Reformed tanpa kompromi. Sebagai hamba Tuhan, saya terus-menerus mengincar, melihat potensi pemuda ada di mana. Saya mendorong mereka agar tidak menghamburkan waktu mereka dan untuk tidak mau berkompromi dengan setan. Kita tidak boleh mempermainkan hidup kita karena ada rencana Tuhan yang besar atas diri setiap kita.

Ketika Yohanes sudah menjadi tua, dia tahu bahwa semua murid yang lain sudah mati martir, dan dia tersisa sebatang kara. Tomas yang pergi jauh, mati di India. Saat itu, Yohanes telah menjadi yang paling tua karena yang lain sudah tidak ada. Yakobus dipenggal kepalanya, Bartolomeus dipaku di atas salib yang bentuknya silang. Petrus ketika mau disalibkan, ia minta disalibkan terbalik karena ia merasa tidak layak mati disalib sama seperti Yesus.

Para murid harus mati martir karena dianggap berkhianat kepada kaisar Romawi. Kaisar Romawi disebut sebagai ‘Kyrios’ (dalam bahasa Yunani berarti Tuhan). Setiap orang yang berada di dalam wilayah kerajaan Romawi adalah milik kaisar dan mereka harus menyebut kaisar sebagai ‘Kyrios’. Orang Kristen menolak karena bagi mereka ‘Kyrios’ adalah Tuhan Yesus Kristus. Akhirnya mereka dianggap mengkhianati Kaisar dan satu per satu dipenggal kepalanya. Tetapi kalau orang Kristen itu ternyata bukan warga negara Romawi, sebagai warga negara asing mereka akan dipaku di atas kayu salib. Itulah cara mereka menyiksa, menghina, melecehkan bangsa lain. Kalau dia orang Romawi, dipotong kepalanya langsung mati. Kalau dia bukan orang Romawi, dipaku sampai berhari-hari. Tetesan darah yang terus turun manyebabkan turunnya tekanan darah dan lambat laun orang itu akan pingsan. Lubang tempat paku ditancapkan menjadi makin besar karena menyangga tubuh yang berat.

Paulus mati dengan dipenggal kepala karena ia adalah warga negara Romawi. Paulus adalah seorang Yahudi yang lahir di Tarsus, di dalam keluarga yang mampu sehingga seluruh keluarga secara legal mempunyai kartu warga negara Romawi. Itu sebabnya Paulus tidak boleh dipukul sembarangan, Paulus tidak boleh dipaku di atas kayu salib. Ketika para pembesar kota Filipi memukul Paulus karena dia mengabarkan Injil, mereka begitu kaget dan ketakutan ketika mengetahui bahwa Paulus adalah warga negara Romawi. Karena memukul orang Romawi itu merupakan pelanggaran hukum. Paulus pernah dicambuk ketika memberitakan Injil. Sebagai seorang Romawi, Paulus seharusnya tidak boleh dihukum cambuk. Tetapi tidak setiap kali Paulus menyatakan identitasnya sebagai orang Romawi. Ia rela menderita bagi Kristus dan terkadang tidak membela diri. Inilah kerohanian yang jarang diketahui orang di dunia. Inilah kerohanian Kristen. Saat ini begitu banyak orang yang mengaku mencintai Tuhan, tetapi mengalami sedikit kesulitan saja sudah menyerah, atau baru mendapat sedikit ancaman sudah sedemikian ketakutan.

Paulus mengalami dua kali dicambuk sebanyak 40 kali kurang satu. Semua ini ia rela alami demi Injil, bukan supaya mendapatkan kaya seperti banyak berita hari ini, atau supaya mendapatkan pengampunan sebagai suatu tindakan asketis menyiksa diri, tetapi sungguh-sungguh karena ia telah memberitakan Injil sejati dan dunia tidak menyukainya. Paulus dicambuk sedemikian mengerikan itu demi Yesus dan demi mengabarkan Injil. Banyak pendeta Tiongkok di bawah pemerintahan komunis yang mendapatkan penderitaan yang begitu pahit. Ada orang yang dipaksa berpuasa selama 128 hari sehingga bisa dianggap memecahkan rekor dunia, ada yang disiksa dan dipenjarakan dalam penjara yang sangat kecil dan jorok selama bertahun-tahun. Jikalau hari ini kita mengenal Injil, itu karena ada orang yang berani mati untuk mengabarkan Injil.

Ada lukisan yang besar dan sangat indah, lukisan ini menggambarkan seorang yang kurus di atas sebuah kapal sedang membawa Kitab Suci dengan tangannya, sedang jarinya menunjuk ke sorga. Matanya dan mukanya seperti kurang makan, ia memberitakan Injil. Dan di atas kapal itu, orang-orang Cina sedang menghisap candu, ada yang merokok, dan ada orang yang menertawakan Injil yang dikabarkan. Tapi ada anak kecil yang memperhatikan khotbahnya. Saya melihat ini sebagai satu lukisan yang membuktikan ada seorang yang mau pergi ke Tiongkok untuk mengabarkan Injil, meski ia masih di tengah-tengah laut ia tidak menunggu lagi dan segera memberitakan Firman meski ditolak dan diejek. Dia mau melayani Tuhan. Lukisan semacam ini sangat menggugah hati manusia yang cinta Tuhan dan lukisan ini sangat menggugah ingatan kita bagaimana sulitnya Injil diberitakan ke negara Asia. Orang Asia cenderung sombong! Bukankah di Asia ada Kong Hu Cu? Bukankah ada Buddha? Bukankah ada Mensius? Mengapa saya harus menerima Yesus? Penghinaan semacam itu menjadikan banyak misionaris sampai mati martir di negara-negara yang jauh. Selama saya hidup, saya akan menggugah Anda untuk menjadi orang Kristen yang sejati, orang Kristen yang rela menderita, orang Kristen yang sungguh-sungguh setia kepada Tuhan. Paulus rela menderita sengsara karena ia mengerti bagaimana Kristus pernah menderita bagi kita. Inilah semangat Kristen yang sejati. Inilah fakta Kristen yang sejati. Dan inilah sejarah Kristen yang sejati. Saya sangat terharu. Kalau mau menjadi orang Kristen main-main, lebih baik tidak usah menjadi orang Kristen. Mari kita belajar baik-baik Firman Tuhan, mengerti sampai tulang sumsum semangat kekristenan, lalu berjanji: “Tuhan, saya mau menjadi murid-Mu yang baik, demi memuliakan nama-Mu.”

Yohanes pernah dipanggil dan divonis karena mengkhianati kerajaan Romawi, dan dinyatakan bahwa ia harus dibunuh. Ketika itu ia divonis hukuman mati dengan cara siksaan yang berbeda dengan yang lain. Ia akan dimasukkan ke penggorengan yang berisi minyak yang mendidih. Lalu Yohanes yang sudah berumur lebih dari 80 tahun diikat dan akan dimasukkan ke dalam penggorengan. Tapi ketika dia sudah diikat, seorang jenderal tua mengatakan, “Untuk apa menggoreng orang tua ini? Buang saja dia ke pulau Patmos. Karena di pulau yang sangat gersang itu orang akan sulit sekali untuk bisa bertahan hidup.” Tuhan memakai kalimat dari jenderal tua itu untuk menyelamatkan dia. Rasul Yohanes yang sudah berumur lebih dari 80 tahun, rela mati demi Injil dan demi imannya kepada Allah, akhirnya dilepaskan, dikirim dengan sebuah kapal dan dibuang ke pulau Patmos, hidup sebatang kara di situ. Tidak ada orang yang tahu, siapa yang melayani, siapa yang mengirimkan makanan. Mungkin di situ ada nelayan yang bergaul dengan dia atau mengasihani dia. Tetapi pada suatu hari Minggu, waktu dia sedang berdoa di hadapan Tuhan, mendadak Tuhan menyatakan kepadanya kitab Wahyu. Ini suatu peristiwa yang tidak mungkin ada pada Paulus, Petrus, dan yang lain. Jikalau tidak ada Yohanes, Kitab Suci ini tidak lengkap karena di Kitab Suci ada buku Kejadian, tetapi tidak ada buku akhirnya. Tuhan berkata, “Yohanes, Aku mewahyukan kepadamu hal-hal tentang akhir dunia ini. Aku akan memberikan kepadamu wahyu berkenaan dengan eskatos itu.” Istilah eskatos, berarti akhir. Eskatologi mempelajari bagaimana dunia akan berakhir.

Satu-satunya murid yang mengetahui bagaimana dunia ini akan berakhir adalah Yohanes. Dan dia melihat muka Yesus Kristus yang sudah mati dan bangkit berada di sorga. Yesus memakai pakaian putih dan dari mulut-Nya keluar satu pedang dan pedang itu menulis Firman Allah. Tidak ada orang pernah melihat kemuliaan Tuhan Yesus sedemikian besar. Kemuliaan seperti itu pernah dicicipi oleh 3 orang di bukit Hermon, yaitu Petrus, Yohanes, dan Yakobus. Yohanes mencatat dengan teliti semua kalimat sehingga hari ini kita mempunyai kitab Wahyu. Kita mengetahui Yesus akan datang kembali, dunia akan selesai di bawah penghakiman Tuhan yang terakhir. Saya sangat terharu, kalau saya bicara tentang Yohanes, begitu banyak hal yang menggugah saya untuk lebih mencintai Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita, memperdalam iman kita dan menambah cinta kita kepada Tuhan. Kiranya segala hormat dan pujian bagi Tuhan. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/the-word-part-1