Mazmur 139.

Ayat-ayat dalam Mazmur ini demikian agung. Di sana dinyatakan, “Ke mana aku menyembunyikan diri dari muka-Mu? Ke mana aku merahasiakan diriku dari mata-Mu? Di mana saja Engkau berada.” Di dalam theologi, kita membicarakan tiga sifat utama Allah:

1. Omnipresence – Maha Hadir: Allah berada di mana saja.

2. Omnipotence – Maha Kuasa: Allah sanggup berkuasa apa saja.

3. Omniscience – Maha Tahu: Allah sumber dan memiliki semua pengetahuan.

Ketiga kata di atas merangkup semua pengertian Mazmur 139 ini. Namun, di sini kita akan mengkhususkan diri pada Kemahaberadaan Allah (Omnipresence of God) dan manusia sebagai gambar dari Kemahaberadaan Allah. “Maha Ada” adalah suatu sifat rohani yang tidak terkurung dalam bidang materi. Kita tidak bisa menempatkan sesuatu yang bersifat rohani dalam konsep ruang yang dicipta oleh Allah yang supra-ruang. Ketika kita mencintai seseorang, di manakah kita letakkan cinta itu? Di hati? 2600 tahun yang lalu orang Tionghoa memiliki dua kalimat yang sangat saya kagumi: “Begitu besar sampai besarnya tidak ada luarnya dan begitu kecil sampai tidak ada dalamnya.” Orang yang tidak mengerti Tuhan lalu melawan Tuhan adalah orang yang bermimpi terlalu besar. Justru ketidakterbatasan Tuhan menjadi dasar kita disebut manusia. Kita disebut manusia karena kita dicipta menurut peta dan teladan Allah. Salah satu sifat dasar Allah adalah Maha Ada, tidak terbatas.

1600 tahun yang lalu, Augustinus, salah satu theolog dan filsuf terbesar sepanjang sejarah berkata, “Aku mencari Engkau di luar diriku, akhirnya aku menemukan bahwa Engkau telah berada di dalam diriku. Aku menemukan bahwa Engkau lebih dalam ketimbang bagian terdalam di dalam diriku.” Ini bukan permainan kata, melainkan kalimat seorang pemikir besar. Ini adalah pengertian ke-Tuhan-an yang luar biasa. Seorang anak mengubah tulisan ayahnya yang atheis dari ‘God is no where’ (Allah tidak ada di mana-mana) men­jadi ‘God is now here’ (Allah sekarang di sini).

Pertama, manusia adalah satu-satunya makhluk yang ingin bepergian, karena manusia memiliki sifat tidak ingin terbatas. Manusia cenderung tidak mudah puas. Jika ia terlalu mudah puas, sifatnya lebih dekat dengan binatang. Sifat Maha Ada dari Tuhan menjadi dasar manusia dicipta menurut peta dan teladan Allah. Orang makin dipengaruhi kekristenan, akan makin dipengaruhi oleh sifat Ilahi dan akan semakin mementingkan bepergian karena Tuhan bukan menciptakan kita untuk dibatas.

Kedua, kita dicipta dengan kemampuan dasar untuk menelusuri sejarah dan untuk mengharapkan hari depan. Ini merupakan hal yang begitu indah dan penting. Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang mungkin mempunyai dua arah ini. Binatang-binatang tidak bisa belajar sejarah dan tidak bisa mengingat tradisi nenek moyang mereka. Karena kita mempunyai kemungkinan mau mengerti, maka kita menoleh ke belakang dan memandang ke depan. Itu menjadikan kita satu-satunya makhluk yang melepaskan diri dari ikatan sekarang. Melepaskan diri dari tempat yang mengikat adalah geographical bondage. Melepaskan diri dari ikatan waktu adalah time bondage. Bondage yang mengikat kita dalam waktu membuat kita tidak puas. Keinginan kita untuk lepas dari bondage ini kalau dikaitkan dengan kekekalan, ketidakterbatasan, akan membentuk suatu unsur dasar dalam pembentukan konsep agama. Agama berada dalam suatu motivasi melepaskan diri dari ikatan waktu dan tempat.

Kita ingin mempunyai kebebasan, namun kebebasan itu bukanlah kebebasan berkelakuan, bukan kebebasan berbicara, bukan kebebasan satu kebiasaan atau pemilihan, dan sebagainya. Itu adalah kebebasan yang diperjuangkan oleh PBB dan banyak konstitusi negara, tetapi ini masih terlalu dangkal. Kebebasan itu adalah kebebasan inovasi, yaitu menemukan yang belum ada. Pada waktu Karl Barth menulis buku, ia tidak mengutip karena terlalu banyak inovasinya. Pada waktu Lao Zi menulis “Dao De Jing” dianggap tidak akademik karena mengeluarkan kalimat-kalimat yang semuanya inovasi dan tidak ada pada orang lain. Ini semua merupakan salah satu aspek aktualisasi manusia yang dicipta oleh Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Ada. Dan kemahaberadaan itu menuntut kita untuk menerobos lokasi dan waktu yang mengikat kita.

Ketiga, manusia adalah satu-satunya makhluk yang mempunyai daya imajinasi. Imajinasi berarti kita tidak hanya puas dengan yang ada, tetapi kita memikirkan sesuatu yang belum pernah kita alami. Istilah imajinasi yang dipakai oleh psikologi justru berdasarkan satu akar perkataan yang berarti image (gambar). Imagination adalah suatu penerobosan karena merupakan kemungkinan kita melihat, memikirkan, merenungkan, mempresuposisikan sesuatu yang tidak ada pada waktu itu. Justru Allah adalah Allah yang Maha Ada maka waktu Allah menciptakan manusia menurut peta dan teladan-Nya, manusia diberikan benih dan potensi ini, diberikan kesanggupan dan potensial yang begitu besar. Sebelum manusia meluncurkan roket sampai ke bulan, sudah ada komik Flash Gordon yang pergi ke bulan. Bahkan 1000 tahun sebelum Flash Gordon, sudah ada cerita Tiongkok yaitu Chang E Ben Yue.

Mengapa kita membayangkan hal-hal yang tidak ada? Mengapa kita memikirkan kemungkinan terjadinya hal-hal yang belum pernah terjadi? Herannya orang-orang dewasa tidak percaya ketika mendengar mitos dan menganggapnya dongeng, sedangkan anak-anak percaya ketika mendengar dongeng karena anak kecil lebih mirip Tuhan, lebih bersih pikirannya, dan lebih belum tercemar oleh yang namanya realita dalam dunia ini.

Kalau suatu hari kelak kita mempunyai suatu gedung gereja yang besar, itu karena dulu berpuluh-puluh tahun yang lalu ada seorang pendeta muda memakai imajinasinya memikirkan suatu kemungkinan yang tidak mungkin. Anak muda yang dihantui pikiran “tidak mungkin” pasti hari depannya buntu, engkau harus belajar bagaimana optimis, positif, dan memungkinkan segala sesuatu. Ini sifat teladan Allah. Ini salah satu bagian yang menjadikan engkau manusia yang berguna. Manusia yang sungguh-sungguh hebat adalah manusia yang menerobos dan menantang diri sekeras mungkin, mendisiplin diri supaya tidak dihantui “tidak mungkin.” Itulah imajinasi. Apa yang terlaksana di dalam dunia adalah penggenapan realita orang gila. Orang gila adalah orang yang memimpikan dan merealisasikan sesuatu yang dianggap tidak mungkin, dan mereka yang memimpin dunia. Gila ada dua jenis, yaitu gila di dalam rencana Tuhan dan gila di dalam kegagalan diri. Gila dalam kegagalan adalah karena engkau memiliki sesuatu yang berlebihan.

Alkitab mengatakan: ”Jangan membayangkan sesuatu yang terlalu tinggi” (Rom 12:3). Tetapi Alkitab juga mengatakan kita harus beriman kepada hal yang mustahil, dengan bersandar pada Tuhan hal itu akan terjadi. Bukankah keduanya bertentangan? Memang keduanya ini bertentangan, dan di sini Tuhan-lah yang harus menjadi Penentunya. Yang Tuhan janjikan, jangan engkau tinggalkan dan menyerah, sebaliknya, yang tidak Tuhan janjikan, janganlah engkau rebut.

Seorang pemuda yang tidak berani mimpi, ia sudah tua; seorang tua yang masih mimpi, ia masih muda. Saya sempat memberikan ceramah kepada badan majelis GRII Pusat dalam master class dengan judul “What makes a dream realized?” Banyak orang mau ikut Gerakan Reformed Injili, tetapi tidak mau ikut konsep dan pengertian penerobosan yang saya pimpin. Ini suatu gerakan yang mempunyai prinsip-prinsip dari Alkitab tetapi sudah lama tidak dihiraukan oleh manusia. Banyak gereja kehilangan pengertian sejati yang segar terhadap prinsip-prinsip yang paling kuno dari Alkitab, yang sedemikian vital adanya.

Tuhan menciptakan dan memberi benih di dalam hati dan jiwa kita yang tidak ada pada binatang. Manusia diberikan imajinasi sehingga manusia bisa bermimpi. Sebelum sesuatu mungkin terjadi engkau telah memimpikannya. Dalam beberapa puluh tahun terakhir, kalimat yang paling dikagumi oleh orang Amerika adalah kalimat Martin Luther King, Jr., “I have a dream.” Itu kalimat menggugah orang Amerika, kalimat yang menghina masa kini dan berjuang untuk hari depan. Setiap pemuda harus memiliki mimpi, namun apa yang dimimpikan? Apa motivasi mimpinya? Apakah engkau bermimpi untuk dirimu? Aku tidak! Aku bermimpi demi Tuhan dan Kerajaan-Nya, demi Injil-Nya, demi membangun pemuda-pemudi bersama-sama untuk mengerti kehendak Tuhan. Augustinus ketika kecil hanyalah seorang anak kecil, tetapi ketika mati dia sudah mempengaruhi 80 uskup. Belum pernah ada seorang hamba Tuhan lebih besar daripada dia. Dia mempunyai imajinasi “I am going to be someone like that”, dan itulah yang menjadi sasaran hidupnya.

Pemimpin paling besar sepanjang sejarah adalah Yesus Kristus. Ia tidak memiliki kuasa hukum dan masyarakat. Namun, Yesus mempengaruhi orang paling banyak dalam dunia sejarah dan Dia tidak mempunyai pengaruh yang buruk. Yesus hanya memberikan contoh yang baik, adil, suci, dan bermutu dalam moral dan rohani bagi dunia. Yesus selalu menjadi contoh yang tidak pernah dilampaui dan dilewati oleh siapapun. Banyak pemimpin yang berbohong, korupsi, egois, dan tidak memikirkan rakyat, satu per satu diturunkan oleh Tuhan. Pemuda-pemudi harus mempunyai keberanian, tahan diri, bijaksana, keadilan, dan mimpi untuk melakukan sesuatu yang mustahil. Apa yang saya rasa Tuhan mau saya kerjakan, saya selesaikan dengan mimpi berdasarkan imajinasi.

Sebagai manusia yang dicipta dalam peta dan teladan Allah seharusnya engkau tidak menghina diri. Engkau harus berani bergumul dan menerobos keterbatasan dirimu yang diikat oleh dosa-dosamu. Lepaskanlah ikatan-ikatan yang engkau pasang pada hari-hari yang lampau. Lepaskanlah diri dari belenggu yang engkau tenun bagi dirimu sendiri. Seringkali secara tidak sadar setiap hari kita membuat jerat untuk diri kita sendiri, atau melempar batu ke depan jalan kita sendiri. Salah cinta, salah emosi, salah pikiran, itu semua adalah kurungan-kurungan yang membuat engkau dibatasi, dikurung, dan dipenjara oleh hari depan. Hindarkan diri dari semua yang tidak beres. Larikan dirimu dari semua jerat Iblis. Tolak semua rayuan setan dan hancurkan semua pencobaan Iblis. Belajar mendisiplinkan dirimu, menyiksa dirimu, menyangkal dirimu sesuai rencana Tuhan. Hidup suci sehingga hari depanmu tidak ada hambatan.

Imajinasi membuat kita lebih besar daripada keberadaan kita. Orang miskin boleh berimajinasi suatu hari dia kaya. Orang yang remeh boleh berimajinasi kelak dia menjadi orang yang mulia. Orang yang sakit boleh berimajinasi dia menolong orang-orang sakit menjadi sembuh. Yesus berkata kepada Petrus, “Kemarilah, ikutlah Aku, dan Aku akan membuat engkau menjadi…” Kalimat ini berarti: “keadaanmu saat ini tidak Aku inginkan.” Puaskah engkau menjadi nelayan Galilea? Engkau puas sudah bergaji besar? Bisa bekerja yang engkau inginkan? Hidup bukan karena nilai uang, tetapi hidup untuk siapa? Kalau hidup Anda diperalat orang kaya, atau sekedar untuk mengisi perut, hidup Anda tidak ada artinya. Yesus berkata: “Aku akan jadikan kamu penjala manusia.” Artinya: “Saya akan ubah hidupmu.”

Seorang pemimpin bukan seorang yang memakai lencana begitu banyak dan tampak gagah. Pemimpin ada­lah seorang yang bisa melihat zaman yang akan datang dan mampu membawa orang sezamannya menuju zaman yang baru. Kristus adalah Pemimpin paling besar. Kristus adalah Pemimpin yang merangsang dunia, menggali potensi, memberikan imajinasi manusia untuk menantang diri, dan menantang keterbatasan menuju hari depan melalui imajinasi. Engkau harus membayangkan engkau akan menjadi apa. Akan menjadi orang seperti apakah engkau di masa depan? Bagaimana Tuhan membentuk engkau menjadi seperti yang Ia inginkan? Di situ kemahaberadaan Tuhan kini mengkristalisasi menjadi makhluk yang dicipta menurut peta dan teladan Allah. Ketika kita telah menggunakan semuanya itu, kita akan bersyukur dan melihat bahwa Tuhan bisa membentuk dan menjadikan kita sedemikian besar. Namun, di sini kita tidak boleh sombong. Kita tetap harus melihat ke depan dan terus menantikan imajinasi berikut. Di sini kita akan selalu peka akan pengarahan baru dari Roh Kudus. Itulah yang disebut mengikut Tuhan. Setiap tahun saya mempelajari satu pelajaran baru secara otodidak (belajar sendiri). Saya tidak pernah berhenti belajar, selalu berusaha menerima sesuatu yang baru. Biarlah semua hal ini menjadi pembentukan bagi karakter Saudara, sehingga kita tidak berhenti dan berpuas diri.

Berimajinasi, engkau akan foresee. Foresee berarti melihat ke depan, melihat kemungkinan. Keterbatasan ada di sini, kakiku berhenti di sini, tetapi mataku tidak boleh berhenti di sini. Kecelakaan paling besar menimpa Musa adalah ketika Tuhan meminta Musa naik ke gunung Nebo waktu ia berumur 120 tahun. Saya tidak mengerti mengapa Allah begitu kejam meminta Musa yang sudah berumur 120 tahun naik gunung. Musa disuruh naik ke gunung itu bukan untuk lihat pemandangan, naik ke situ untuk diberi batasan kepada dia yaitu boleh pandang tetapi tidak boleh masuk. Lihat dan masuk itu dua hal. Yesus berkata, “Jika engkau tidak diperanakkan maka engkau tidak akan melihat Kerajaan Allah.” Kedua, “Jika engkau tidak diperanakkan oleh Roh Kudus dan air, engkau tidak akan masuk ke dalam kerajaan Allah.” Ini dua hal. Lihat itu visi, masuk itu fakta. Musa disuruh naik tetapi tidak disuruh turun, dia mati di situ. Kalau dia mati di situ waktu itu, itu bukan waktunya ia mati tetapi Tuhan menghentikan hidup dia karena dia bisa naik. Justru di atas Ia disuruh lihat jelas. Apa yang dijanjikan oleh Tuhan engkau harus lihat. Selain potensi bisa berimajinasi, engkau harus membaca Kitab Suci baik-baik, menemukan prinsip-prinsip total dan engkau melihat something will happen. Always a new start, never stop. Replace stop with the concept of start, maka engkau akan tetap muda. Dengan demikian kita melihat, setelah melihat lalu visi. Kita melompat dari imajinasi kepada visi yang sudah diberikan oleh Tuhan. Kita memungkinkan diri dengan iman yang bersandar kepada Tuhan. Depend on You, trust in You, I can do it. Pemuda-pemudi harus mempunyai pikiran positive-thinking, saya bukan mengikuti Norman Vincent Peale yang tidak terlalu kuat kepada iman Reformed, tetapi berdasarkan kepada Sola Scriptura, berdasarkan theologi dan metode Reformed kita menjalankan sesuatu akibat janji Tuhan. Hanya positive-thinking tidak cukup. Dinamika, kepatuhan, dan ketaatan bercampur jadi satu, itu baru menjadi dinamis dan sungguh-sunguh energetic.

Dengan demikian kita akan melaksanakan sifat peta dan teladan Allah dalam poin Allah Maha Ada, bersandarkan kepada prinsip-prinsip ini dan berjuang untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan yang membatasi kita. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong (Februari 2008)

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/manusia-peta-teladan-allah-bagian-8#hal-1