Karena Allah itu suci adanya, maka manusia diberikan kemungkinan mengisi kesucian dan kepekaan tentang hal yang najis yang senantiasa mengincar dan merusak kesucian kita. Hati nurani menjadi cahaya yang menyinarkan Firman ke dalam hati kita. Dan hati nurani menjadi co-knower bersama dengan diri kita, sehingga kita tidak bisa melarikan diri dan tidak bisa berdalih saat berbuat salah. Kalau polisi, hakim, pengacara terkadang bisa disuap, hati nurani adalah wakil Allah yang tidak bisa disuap. Hati nurani hanya bisa dikebalkan. Kalau hati nurani sudah memberikan teguran, peringatan, pencerahan, lalu diabaikan ketika ia terakhir bicara, maka ia mulai tidur tidak bicara lagi.Banyak orang rusak moral karena menekan hati nuraninya.Di dalam Roma 1:18 dinyatakan murka Allah jatuh kepada orang yang fasik dan lalim karena mereka menekan kebenaran. Istilah menekan kebenaran berarti engkau menindas kesaksian kebe­nar­an di dalam intuisi. Intuisi adalah persamaan hati nurani. Inilah yang membedakan manusia dengan semua binatang karena Tuhan Sang Pencipta campur tangan dalam diri kita.

Sang Pencipta berbicara kepada kita melalui alam semesta ciptaan-Nya. Semua keajaiban, keindahan, keteraturan ciptaan tersimpan dalam cara-Nya merancang, merawat, memelihara seluruh ciptaan-Nya yang mengelilingi engkau. Inilah external witness (kesaksian eksternal), tanpa bersuara tapi berkata-kata. Tetapi external witness belum cukup. Tuhan memberikan internal witness yang menjawab, “Benar, itulah ciptaan Allah.” Seluruh kuasa, hikmat dan misteri keagungan Pencipta terpampang dan berada di dalam hatimu. Dengan melihat ke luar dan meninjau ke dalam, kita menemukan Tuhan. Orang atheis adalah orang yang sengaja menekan kebenaran, kesaksian internal yang diberikan oleh Tuhan. Orang atheis adalah orang yang sengaja membutakan mata dan tidak mau melihat apa yang dikerjakan Tuhan dalam seluruh alam semesta.

Kesaksian eksternal membuktikan Allah ada. Allah tidak perlu dipaksa untuk menyatakan Dia ada. Dia bukan anak kecil, yang kalau diminta untuk membuktikan, maka dia tertantang untuk membuktikan. Banyak orang menuntut Allah membuktikan diri-Nya, baru mau percaya. Allah tidak mungkin ketakutan lalu membuktikan diri, agar engkau mau percaya. Allah sudah meletakkan kesaksian eksternal di dalam alam dan internal di dalam hati nuranimu. Ini yang dikatakan oleh Mazmur 19.

Allah adalah Allah yang adil, maka manusia sebagai peta teladan Allah adalah satu-satunya makhluk yang mempunyai pertimbangan keadilan. Pertimbangan keadilan sudah muncul pada anak-anak sejak usia sangat dini. Anak di usia 2 atau 3 tahun sudah memiliki kepekaan keadilan yang tinggi.

Anak kecil tidak pernah tidak puas karena papanya miskin. Anak kecil tidak pernah tidak puas karena mamanya kurang cantik. Tidak ada anak yang tidak puas karena orang tuanya kurang kaya. Yang penting bagi anak-anak adalah apakah orang tua mereka adil. Kalau mama baik kepada kakaknya saja, langsung dia memberontak karena tuntutan keadilan. Tuntutan keadilan merupakan satu hak yang paling hakiki di dalam dasar manusia. Manusia mempunyai tuntutan keadilan karena dia dicipta menurut peta teladan Allah.

Suatu saat ketika saya sedang menggendong seorang anak, anak saya sendiri mendatangi saya lalu memukul saya. Saya pikir anak ini kurang ajar, saya memanggil dan menanyakan mengapa dia pukul saya. Langsung dia menangis keras. Saya tahu terjadi sesuatu kesakitan dalam hatinya. Saya melepas anak lain dan menggendong dia. Dia mengatakan bahwa saya tidak cinta dia tapi cinta anak orang lain. Waktu dia meneriakkan kesusahannya, saya rasa dia sedang dilukai perasaan keadilannya.

Itulah manusia yang menuntut keadilan. Kepekaan hati nurani, perasaan refleksi dari jiwa yang sedalamnya sudah mengutarakan tuntutan keadilan itu. Mengapa keluarga Yakub mengalami bencana yang besar? Karena Yakub terlalu menyayangi Yusuf, sehingga hanya Yusuf yang dibuatkan baju yang paling bagus. Akhirnya saudara-saudara Yusuf, yang menaruh dendam dan benci, menjual Yusuf. Bahkan mereka melumuri baju Yusuf dengan darah binatang, lalu menipu Yakub dengan mengatakan Yusuf telah mati diterkam binatang buas.

Mungkin engkau mendendam seorang saudara karena merasa diperlakukan tidak adil. Dendam itu membentuk karaktermu sampai engkau selalu tidak senang dan selalu memberontak di dalam masyarakat, kelas, gereja, camp, apa saja. Ada semacam keadilan yang bisa dituntut, ada semacam kedaulatan yang tidak boleh adil semuanya. Kalau raja melahirkan tiga anak, satu yang boleh jadi raja mewarisi dia, yang dua tidak mungkin. Ini adalah ketidakadilan yang tidak bisa diselesaikan oleh sistem. Tetapi terkadang orang juga tidak mau diperlakukan secara adil, meskipun ia sudah berbuat tidak adil dan tidak baik. Di sini kita melihat dosa telah merobek-robek peta teladan Allah.

Apa artinya keadilan? Sebelum Musa mati, Tuhan Allah menyuruhnya mengatakan beberapa kalimat penting sekali yang tercantum dalam Ulangan 32. Di situ dikatakan, “Ingatlah Allahmu adalah Allah yang adil.” Kalau keadilan itu terjadi, mengapa ada orang yang begitu sehat dan ada yang lemah? Mengapa ada yang umur panjang dan pendek? Mengapa ada yang lahir dalam keluarga kaya dan ada yang di keluarga miskin? Ketidakadilan sudah menjadi satu gejala dalam masyarakat yang tidak bisa diselesaikan.

Mao Zedong berusaha menyelesaikan ketidakadilan dengan cara menerima komunisme. Dia adalah orang pertama yang mengimpor komunisme untuk memperbaiki Cina. Padahal Cina mempu­nyai ideologi, filosofi, tradisi lebih kuat dari Rusia dan Jerman. 2600 tahun yang lalu Kong Fu Cu menegakkan Analeks dengan kebenaran-kebenaran untuk mengatur masyarakat. Waktu itu belum ada Rusia atau Jerman. Mao Zedong mengimpor komunisme, karena ia percaya semua tradisi ini tidak pernah membereskan ketidakadilan, hanya Marxisme yang bisa menyelesaikannya. Dia berusaha mengganti semua ritual kuno dengan komunisme dari Karl Max. Puncak dari keliarannya adalah Revolusi Kebudayaan dan Konfusianisme dijatuhkan. Tetapi komunisme tidak menjalankan keadilan dengan sungguh-sungguh. Banyak orang menyangka Mao Zedong akan membawa kekayaan yang rata kepada Cina. Akibatnya terbalik, yang ada adalah kemiskinan yang merata. Pada waktu orang tidak puas dengan kapitalisme mereka mengharapkan komunisme datang. Tetapi ketika komunis datang bukan orang miskin menjadi kaya, tetapi orang kaya menjadi miskin.

Manusia dicipta menurut peta teladan Allah, tetapi sulit mengerti keadilan dan kita suka menuntut keadilan. Namun, kita selalu menuntut keadilan dengan mentalitas yang tidak adil. Orang teriak tidak adil karena merasa diri kurang mendapat keadilan. Merasa diri kurang mendapat keadilan karena merasa diri kurang kaya. Itu bukan kurang mendapat keadilan tapi kurang ajar.

Apa itu keadilan? Kita sedang menjelajahi suatu kebenaran yang Tuhan berikan untuk kita pelajari dan supaya kita memperbaiki diri. “Keadilan” dalam bahasa Yunani ialah dikaiosune, yaitu kebenaran-keadilan (Inggris: righteousness). Keadilan itu mengandung unsur kebenaran. Di seluruh Kitab Suci paling tidak ada lima unsur: setia, lurus, tegas, tulus, tidak menipu. My God is a righteous God. Allah tidak pernah menipu. Kita tidak senang bergaul dengan orang yang berliku-liku. Kita tidak suka bersahabat dengan orang yang berpura-pura. Kita suka akan orang yang lurus dan sungguh-sungguh, meskipun kadang-kadang marah tapi marahnya sungguh. Orang yang marahnya jujur lebih baik daripada orang yang senyumnya palsu. Alkitab mengatakan teguran di depanmu lebih baik daripada penipuan di belakangmu. Itu namanya righteousness (kebenaran-keadilan). Pertama, righteousness adalah ketulusan. Kedua, righteousness adalah kebenaran sebagai isinya. Yang disebut kebenaran yaitu tulus dan lurus.

Kalau kamu bisa membedakan ini, maka kamu seumur hidup tidak akan masuk ke dalam jerat Iblis. Politikus-politikus yang berjuang untuk kebenaran itu bahagia bagi bangsa. Politikus-politikus yang pintar berpidato tapi berjuang bagi profit keluarga sendiri itu maling-maling negara. Bisakah engkau menghargai orang miskin sama seperti orang kaya? Bisakah engkau menghargai orang yang tidak berpendidikan tinggi seperti menghargai seorang profesor? Bisakah engkau menghargai orang yang kurang baik kepadamu sama seperti orang yang baik kepadamu? Righteousness berarti mempunyai keberanian melawan dosa, ketegasan yang tidak bisa kompromi. Sikap ketegasan untuk melawan semua dosa adalah sifat righteousness. Orang yang benar hidup di dalam kesucian, motivasi yang bersih sampai pada tangan, mata, dan mulut yang bersih.

Marcus Aurelius, kaisar Romawi abad kedua, menganut filsafat Stoicism. Filsafat ini berjaya selama 750 tahun dari tiga abad sebelum Kristus sampai empat abad sesudah Kristus. Filsafat yang begitu dalam, dengan idealisme tinggi dan inti pengajaran yang baik ini telah menjadi tantangan sulit bagi penginjilan. Namun, orang sepandai apa pun tetap membutuhkan Injil. Stoicisme mengajarkan orang tidak boleh berperang, dan ini membuat Marcus Aurelius, sebagai kaisar, mengalami konflik batin. Ia harus berperang melawan musuh, tetapi diajar tidak boleh berperang. Akhirnya kerajaan di masanya tidak berkembang. Anaknya, Commudus baru memperkembangkan lagi, karena melawan paham Stoicisme ini, tidak mempedulikan kedamaian dan keadilan. Sebagai manusia yang dicipta menurut peta teladan Allah, sifat keadilan ini telah tertanam dalam hati manusia. Sayangnya keadilan ini seringkali hanya dimengerti dalam bidang materi saja. Kalau kekurangan materi dianggap tidak adil.

Ada orang berkata, “Tuhan, saya tidak setuju karena Engkau tidak adil.” Saat itu ia sedang memakai ketidakadilan untuk menghakimi Allah yang adil. Alkitab mengatakan Tuhan menurunkan Taurat melalui Musa untuk menunjukkan tiga hal: kesucian, keadilan, dan kebajikan Allah. Taurat diberikan untuk memberitahukan kepada manusia bahwa karena mengenal Allah itu suci barulah engkau sadar bahwa engkau tidak suci; Engkau sadar Allah itu adil baru sadar bahwa engkau tidak adil; Engkau mengerti Allah itu bajik baru sadar bahwa engkau tidak bajik. Kita dicipta menurut peta dan teladan Allah tetapi peta itu sudah rusak. Peta itu sudah dikoyak-koyak oleh dosa, maka kita perlu pertobatan. Firman diberitakan untuk menilai diri, menyadari siapa saya. Mari kita kembali kepada Tuhan dengan sungguh rendah hati dan jujur minta diperbaharui oleh Tuhan. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong (Januari 2008)

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/manusia-peta-teladan-allah-bagian-7#hal-1