Tema ini adalah tema terakhir dalam topik “gambar dan rupa Allah” berdasarkan sifat Allah. Hal ini adalah pencetusan esensi substansi Ilahi yang langsung dikatakan di dalam Alkitab, Tuhan itu hidup dan Tuhan itu sumber hidup. Tuhan itu pencipta hidup dan Tuhan juga pemberi hidup. Yesus Kristus berkata: “Aku datang memberikan hidup; bahkan memberikan hidup yang berkelimpahan” (Yoh. 10:10b). Ini tidak ada pada agama dan filsafat lain. Kita perlu membedah, memisahkan, dan membuat perbedaan kualitatif antara iman Kristen dengan semua pengajaran agama. Kekristenan bukan hanya bicara tentang moral. Semua agama mengajarkan kebaikan, menghentikan kejahatan, dan mengharapkan kita melakukan kebajikan. Semua yang membicarakan tentang baik dan jahat adalah etika. Semua filosofi bicara tentang bijak dan bodoh. Semua pengetahuan bicara tentang benar dan tidak benar. Perdagangan bicara tentang untung atau rugi. Tetapi satu-satunya yang bicara tentang hidup atau mati, itu adalah agama Kristen. “Karena demikian Allah mengasihi isi dunia, sehingga dikaruniakan Anak-Nya yang tunggal itu, supaya barangsiapa yang percaya kepada Dia jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Iman Kristen berbicara tentang hidup dan mati, tentang hidup kekal dan kebinasaan. Inilah qualitative difference, bukan saja membedakan manusia, tetapi membedakan manusia yang percaya dengan yang tidak.

Yesus berkata: “Aku datang memberikan hidup, Aku datang memberikan pengajaran.” Bukan memberikan kebajikan, bukan memberikan keuntungan, tetapi memberikan hidup yang berkelimpahan. Setelah mendapatkan kualitas “hidup” baru ditambahkan kuantitas (mendapat hidup dan bertumbuh pada hidup yang berlimpah). Allah itu hidup adanya; Allah bersubstansi hidup; Allah itu adalah sumber hidup; Allah adalah pencipta hidup; Allah yang memberikan kecukupan kepada semua hidup; Allah adalah yang menopang hidup; Allah adalah pemberi segala berkat untuk membesarkan, mempertumbuhkan, melengkapi, dan menyempurnakan hidup; Allah memberikan hidup yang berkelimpahan.

Sebelumnya saya sudah tahu tentang hal-hal ini, tapi semakin sadar, sewaktu saya harus tiga kali masuk rumah sakit karena gegar otak. Pertama kali, setelah 9 bulan baru sembuh total. Yang kedua, kira-kira 31 hari baru sembuh. Ketiga kali tinggal 16 hari. Tahun 1965, setelah mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani berhari-hari, saya mengalami kecelakaan, sehingga gegar otak. Saat itu dokter tidak mengizinkan saya bicara 20 menit karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. Tapi saat itu saya berpikir, kalau memang Tuhan mau panggil, mengapa saya tidak berkotbah. Akhirnya saya memutuskan untuk tetap berkotbah selama 1 jam, selama itu kepala seperti diiris oleh pisau. Sambil berkhotbah dengan kesakitan karena gegar otak, saya memasang lilin dan berkata dalam KKR itu, “Lihatlah lilin ini yang sedang bercahaya; setiap detik ketika lilin ini bercahaya, lilin ini menghancurkan dirinya sedikit demi sedikit. Malam itu, banyak pemuda yang dipanggil untuk menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Tetapi setelah malam itu, saya harus beristirahat dengan tidak boleh gerak cukup lama. Hidup itu dari Tuhan, dan Tuhan Sang Pencipta hidup, Tuhan juga Sang Pemelihara hidup ditambah lagi hidup yang berkelimpahan. Setelah kejadian itu, saya sadar bedanya hidup dan hidup berkelimpahan. Tuhan memberikan hidup, dan orang Kristen diberikan hidup yang baru. Ada dua macam orang Kristen: Semacam hidup yang cukup untuk mempertahankan diri, yang kedua hidup yang berkelimpahan; bukan saja mengurus diri sendiri, tetapi masih mempunyai kekuatan, kelebihan, kesanggupan untuk menolong orang lain.

Ketika Alkitab mengatakan Allah menciptakan manusia menurut peta dan teladan Allah itu sendiri, bagaimana kita mengaitkan ini dengan Allah itu hidup? Tuhan mau manusia seperti Dia, mempunyai semacam misteri, rahasia hidup yang berlainan dengan ciptaan lain. Tuhan mulai menciptakan hidup pada hari ketiga yaitu pada waktu Tuhan menciptakan rumput, pohon, tumbuh-tumbuhan hidup. Kemudian Tuhan menciptakan manusia dengan kapasitas pertumbuhan yang berbeda secara kualitatif.

  1. The law of growth. Hidup normal adalah hidup bertumbuh. Kita ingin bersamaan usia bertambah, kita juga bertumbuh. Bukan berarti Allah bertumbuh, tetapi Allah menjadi sumber pertumbuhan. Ia menjadi sumber hidup yang memberikan hidup yang limpah pada manusia.
  2. The law of maturity. Pertumbuhan menuju kedewasaan. Hidup harus mencapai kemahiran, kematangan hidup, sehingga hidup bisa mengontrol diri, menopang diri, dan bergantung pada diri. Allah menciptakan manusia untuk bertumbuh sampai akhirnya bisa mandiri. Dibanding binatang, pertumbuhan manusia tergolong lambat. Tetapi manusia bertumbuh dalam banyak aspek, di dalam pikiran, karakter, moral, dan bijaksana. Ini adalah misteri sifat Ilahi yang menjadi dasar sifat manusia yang dicipta menurut peta dan teladan-Nya.
  3. The law of responsibility. Bertumbuh juga dalam tanggung jawab. Setelah dewasa, kita diberi tugas yang merupakan anugerah Allah. Anak yang dewasa adalah anak yang bisa menjalankan apa yang dia janjikan, mengerjakan apa yang dimandatkan kepadanya, dan memelihara baik apa yang dipercayakan kepadanya. Anak kecil yang mempunyai tanggung jawab lebih dihormati ketimbang orang tua yang tidak bertanggung jawab. Ini adalah misteri dan suatu keunikan Tuhan menciptakan hidup. Inilah hidup yang matang, hidup yang diperkenan oleh Tuhan.
  4. The law of reproductivity. Dalam hidup yang luar biasa, semua makhluk yang bertumbuh diberi kemampuan berbuah. Hidup bertumbuh adalah hidup yang menghasilkan. Di dalam buah atau biji terkandung kekuatan yang luar biasa untuk melestarikan diri dan melanjutkan kehidupan. Pendeta yang baik harus menghasilkan pendeta yang baik, penginjil yang baik harus menghasilkan penginjil yang baik, guru sekolah minggu yang baik harus menghasilkan guru sekolah minggu. Pemuda Kristen yang baik akan menghasilkan pemuda Kristen lain, karena ia mengikut Tuhan.

Ketika Agustinus meninggal dunia, dia boleh pergi dengan sejahtera, karena dia sudah mempengaruhi 80 uskup untuk melanjutkan pekerjaannya. Seorang tua ditanya: “Siapa yang lebih besar? Billy Graham atau D.L. Moody?” Ia menjawab: “Saya tidak tahu Billy Graham kelak akan bagaimana, tetapi saya tahu setelah D.L. Moody meninggal, dia telah mempengaruhi dan menghasilkan hamba-hamba Tuhan yang boleh melangsungkan pekerjaan rohani selama seperempat abad.” Kalimat ini sangat merangsang saya dan saya memikirkan bahwa seorang hamba Tuhan kalau bisa mempengaruhi selama 25 tahun dan yang dipengaruhi mempengaruhi 25 tahun lagi dan seterusnya, maka setiap abad paling sedikit akan ada 4 kali kebangunan rohani yang baik. Perhatikan dengan seksama mengapa sekarang gereja di Eropa kosong. Ini karena di abad ke-20 kesempatan kebangunan rohani tidak dipegang. Langsung era pasca-Kekristenan mengambil alih posisi Gereja dalam sejarah. Ini tidak boleh terjadi dalam pelayanan saya. Tuhan sudah membuat bibit ditaruh ke dalam segala jenis, seperti kucing melahirkan kucing, manusia melahirkan manusia. Hamba Tuhan menghasilkan hamba Tuhan, orang Kristen menghasilkan orang Kristen baru.

Tuhan adalah Tuhan yang meneruskan hidup dan mengirimkan Anak-Nya untuk memberikan hidup kepada kita masing masing. Tuhan menjadi pencipta hidup dan menjanjikan satu hal yang sangat penting dalam pengertian theologi yaitu ‘hidup yang kekal’. Alkitab adalah satu-satunya buku yang mengatakan Tuhan itu hidup, memberikan hidup dan satu-satunya yang dijanjikan Tuhan Allah adalah hidup yang kekal. Roma 6:23 mengatakan “karunia hidup kekal” (band. Yoh. 3:16). Istilah janji artinya belum datang tapi sudah diberitahu. Janji (promise) mempunyai suatu kekuatan untuk manusia melihat ke depan dan menembusi sejarah untuk mengetahui apa yang pasti terjadi.

Di dalam kitab suci ada dua macam janji: Janji yang mengikat dua pihak seperti pernikahan dan janji dari satu pihak, seperti: “Aku akan memberkati engkau”, “Aku akan menyertai engkau”, “Aku akan menyatakan kehendak-Ku kepadamu”, “Aku akan memberikan hidup kekal kepadamu”, “Aku akan mengirim Kristus, Mesias menjadi juruslamat“. Tuhan kita disebut Tuhan yang berjanji, sehingga nama-Nya adalah Yahweh dan buku-Nya adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama mencatat Tuhan berjanji dengan satu bangsa, yaitu Israel, memakai materai darah dari binatang. Dalam Perjanjian Baru, Tuhan berjanji kepada umat yang baru, yaitu kaum pilihan, yang disebut gereja yang kudus dan am, melalui Kristus, memakai meterai darah Anak domba, yaitu Yesus Kristus yang mati bagi kita.

Hidup kekal lain dengan hidup sementara yang dicipta di dalam taman Eden. Hidup kekal adalah hidup yang dikaruniakan setelah Kristus bangkit daripada kematian, sehingga kita bukan hanya hidup di dalam dunia ini, melainkan hidup yang kekal (1Yoh. 2:25). Jikalau tidak ada Allah, jikalau semua hidup itu akan habis dan tidak ada janji hidup kekal, maka manusia tidak memiliki arti hidup sama sekali. Manusia mempunyai pengertian yang begitu besar, bijaksana yang begitu tinggi, mempunyai potensi yang begitu hebat. Kita mau mengerti alam semesta, apa itu sejarah, menganalisa apa itu waktu, sesuatu yang tidak terbatas di dalam ruang, kita mau menerobos. Tapi hanyalah hidup kekal yang menjadi jaminan semuanya ini menjadi berarti. Puji Tuhan!

Alkitab mengatakan: “Aku menjanjikan (promise) hidup yang kekal padamu,” yang melampaui ilmu pengetahuan, etika, filsafat, pendidikan, psikologi, bahkan agama. Bayangkan, kita masih ada setelah meninggal, setelah dunia lenyap kita masih ada, setelah waktu berhenti kita masih terus, terlepas dari keterbatasan ruang dan waktu yang mengikat kita, kita menuju kepada kekekalan. Di dalam kekekalan kita bertemu dengan yang berjanji, Tuhan Allah: Pemberi dan Penjanji.

Dalam bahasa Latin, promise terkumpul dari dua istilah ‘pre’ dan ‘mission’. Betapa indahnya “janji” ini. Sebelum engkau mengerjakannya, ada visi yang diberikan padamu. Seperti Musa boleh melihat tanah perjanjian, tanah yang Tuhan janjikan. Hai, semua pemuda dan pemudi, jikalau Tuhan Allah sudah memberikan janji, janganlah takut! Tidak usah takut dan jangan gentar. Banyak orang yang mengerjakan banyak hal bukan tanpa halangan, tapi dikarenakan memiliki mata yang menembus rintangan dan halangan, yang memegang janji Allah: hidup yang kekal.

Saya pernah memberikan nasihat kepada seorang yang baru diangkat menjadi rektor dari sebuah sekolah theologi. Saya mengenalnya dari kecil dan ia memiliki mentalitas penakut, maka saya memperingatkan dia supaya berhati-hati mendidik murid, jangan hanya mengusahakan mengerjakan yang bisa saja. Sifat ini jangan diturunkan kepada semua murid. Bedanya pendeta Protestan dan Kharismatik adalah pendeta Protestan banyak mengerti, tetapi kurang berani mengerjakan sesuatu, sedangkan pendeta Kharismatik tidak banyak tahu, tetapi sembrono, memiliki keberanian besar.

Biarlah kiranya hidup yang kita terima dari Tuhan bukan hidup yang berhenti, tetapi hidup yang bertumbuh, berbuah, berbiji, bereproduktivitas, berkembang, dan hidup yang menurut janji Tuhan menuju kepada hidup yang kekal. Kita mengembangkan potensi, aktualisasi, realisasi semua yang ada di dalam diri kita yang melampaui segala keterbatasan demi menggenapkan rencana-Nya. Dicipta menurut gambar dan rupa Allah adalah mau serupa Allah. Kita memiliki sasaran, hidup seperti Tuhan, harus berkembang sesuai dengan yang Tuhan janjikan. Menerobos keterbatasan karena potensi yang ada di dalam dan ‘pro-missi’ yang ada di luar. Semua yang mungkin dicapai sudah ditanam oleh Tuhan, sudah dijanjikan. Potensi dan Pro-missi bertemu menjadi realisasi dan inilah ‘mandat’. Amin.

Oleh : Pdt. Dr. Stephen Tong (september 2008)

Sumber : https://www.buletinpillar.org/transkrip/manusia-peta-teladan-allah-bagian-15