Nats : 1Pet.5:1-4; Yeh.34:1-6; Yoh.10:11

Yesus mengatakan ada dua macam orang yang melayani Tuhan, yang semacam adalah gembala dan yang lainnya adalah orang upahan. Gembala mengasihi domba-domba tetapi orang upahan mencintai uang. Apakah hamba Tuhan juga terbagi menjadi dua kelompok ini: ada yang mengasihi gereja dan ada yang mengasihi uang yang ia dapat dari gereja? Hati gembala ada pada domba-dombanya: kesehatan mereka, sakit-penyakit mereka, kelancaran dan bahaya yang mereka hadapi. Inilah hal-hal yang ia pikirkan.

Tetapi tidak demikian dengan orang-orang upahan. Mereka berpikir kalau saya memelihara mereka berapa uang yang saya dapatkan? Kalau aku tidak mendapatkan apa-apa maka aku tinggalkan mereka. Pada waktu seorang gembala melihat singa dan serigala datang maka mereka kuatir dan takut kalau binatang-binatang yang mereka pelihara ini dimakan binatang buas. Tetapi tidak demikian dengan orang upahan, waktu mereka melihat serigala dan singa datang mereka berpikir bahwa upah yang mereka terima itu tidak sebanding dengan nyawa yang harus mereka berikan. Sebab itulah mereka akan lari.

Tidak ada lukisan atau gambaran tentang tuntutan Tuhan Yesus agar kita menjadi hamba Tuhan seperti apa. Yesus mengatakan bahwa gembala yang baik menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya dan domba yang baik mendengarkan suara gembalanya. Aku bukan hanya memiliki domba-domba dalam kelompokku ini tetapi masih ada domba-domba lain di tempat yang jauh yang harus dicari dan dikumpulkan bersama-sama dengan mereka. Lalu Yesus Kristus sang Gembala Agung itu juga mendidik mereka dengan suara-Nya.

Yesus Kristus adalah kebenaran, sumber Injil dan sumber kasih. Banyak dari kita telah mengenal lima jabatan dalam gereja yang tercatat dalam Efesus: nabi, rasul, penginjil, gembala dan pengajar. Dua di depan mewakili mereka yang menuliskan PB dan PL. Yesus Kristus memberi firman kepada para rasul, Allah memberikan firman kepada para nabi. Kedua jabatan itu telah menjadi dasar yang kekal bagi gereja. Gereja yang tidak mendasarkan ajarannya pada ajaran para rasul dan para nabi bukanlah gereja yang sejati, ajarannya palsu. Petrus adalah rasul, tetapi ia juga seorang pemberita Injil, gembala dan pengajar. Namun dalam 1Pet.5:1 ia telah merendahkan dirinya dan hanya menyebut dirinya sebagai seorang penatua saja. Ia melakukan hal ini untuk menjadi teladan supaya para majelis dan penatua juga boleh menjadi hamba Tuhan yang baik. Ia mengatakan bahwa mereka harus memelihara domba-domba yang ada di tengah mereka.

Gereja adalah rumah Allah dan tugasnya adalah menaati kehendak-Nya. Jika gereja tidak mentaati kehendak-Nya maka gereja boleh tidak ada di bumi. Itulah sebabnya kita semua harus menuntut untuk mengerti dan belajar tentang kehendak Allah. Petrus menasehati para penatua untuk menggembalakan kawanan domba yang ada di tengah mereka. Calvin mengatakan bahwa selain Allah tidak ada yang lebih besar daripada kehendak Allah. Di alam semesta ini hal yang paling penting adalah kehendak Allah. Jika orang-orang yang sudah dikuduskan oleh Yesus Kristus sendiri pun tidak mau melaksanakan kehendak Allah, dunia ini mau jadi apa?

Yesus Kristus dalam doa Bapa Kami mengajarkan agar kiranya kehendak Tuhan jadi di bumi seperti di dalam surga. Mengapa? Karena di bumi ini kehendak Allah sering ditentang manusia tetapi di surga kehendak Allah tidak ditentang. Orang-orang yang belum mengenal Allah, yang belum diselamatkan menghina Allah di bumi. Siapakah mereka yang melakukan kehendak Allah? Orang-orang yang Kristen yang sudah diselamatkan yang sudah menerima anugerah Allah. Kristen adalah satu-satunya kelompok yang melakukan kehendak Allah. Tetapi seringkali dalam gereja kita tidak mendengar suara Allah. Kita mendengar suara manusia, suara uang dan suara kuasa. Dengan demikian tahta Allah tidak ada di dalam rumah-Nya. Maka Petrus mengatakan pada para penatua bahwa mereka harus menggembalakan domba-domba itu sesuai dengan kehendak Allah.

Lalu muncul perintah-perintah yang bersifat negatif: mereka tidak boleh melakukan hal itu dengan paksa, tidak boleh karena uang, bukan karena suka menguasai orang lain. Ini merupakan tiga penyakit yang ada di dalam pelayanan kita. Hari di dalam gereja ketika orang-orang mulai giat mereka mulai melakukan ketiga macam hal ini. Sambil melayani Tuhan dengan terpaksa sambil terus menghitung-hitung jasa dirinya dan berapa besar kerugian yang sudah ia derita. Mereka ini melayani sambil hitung-hitung untung rugi tanpa ada sukacita. Melayani tapi tidak mengembalikan kemuliaan kepada Allah. Contoh pelayanan terbaik adalah para ibu yang berkorban begitu besar untuk anak-anaknya tetapi tidak pernah memperhitungkannya, bukan untuk mencari jasa. Seorang ibu yang sungguh mengasihi anaknya akan membesarkannya dengan sukarela. Seringkali jika seisi keluarga sakit maka si ibu akan bertahan tidak sakit, sampai seisi keluarga sembuh baru dia sakit. Dia memiliki kasih begitu agung karena berpikir tanpa dia apa jadinya rumah tangganya? Anak-anak dan suaminya sudah sakit masak dia ikut sakit? Maka seorang ibu yang berjerih lelah tanpa menghitung-hitung adalah teladan bagaimana kita harusnya melayani. Dari prinsip ini kita dapat mengetahui siapa yang layak jadi penatua dan siapa yang tidak layak.

Orang yang sedikit bicara banyak melayani adalah orang baik. Mereka yang banyak melayani dan banyak bicara adalah di tengah-tengah, Tetapi siapa yang tidak melayani dan banyak bicara adalah orang jahat. Orang yang sudah melakukan banyak hal tetapi tidak menonjolkan diri adalah seorang yang memuliakan Allah. Kita kawanan domba Allah yang sudah ditebus Kristus. Bagaimana Tuhan kita sudah berkorban, bagaimana Tuhan kita melayani adalah secara sukarela. Demikian juga pelayanan kita. Jangan melayani dengan terpaksa.

Kedua, jangan melayani karena cinta uang. Kalau kita memang mau menjadi kaya maka lebih baik kita jangan ikut campur dalam pelayanan, jangan dalam rumah Tuhan kita memikirkan profit diri sendiri. Karismatik yang memegang theologi sukses sudah jauh menyimpang daripada prinsip Alkitab dengan beranggapan bahwa orang yang setia kepada Tuhan akan mengalami kesuksesan. Ini tidak berbeda dengan agama-agama di luar mereka yang berpikir bahwa menyembah adalah untuk memperoleh kekayaan. Itulah sebabnya apabila Allah mereka memberikan mereka kekayaan mereka akan beribadah dengan lebih giat lagi. Saat keinginan mereka tidak tercapai maka mereka akan meninggalkan agama mereka dan tidak lagi menyembah dewa mereka. Motivasi mereka bukan untuk beribadah dan menyembah Tuhan tetapi untuk memperalat Allah memenuhi segala keinginan mereka. Ini mengerikan. Prinsip kedua yang mereka pegang adalah Allah yang paling kaya maka anak-anak-Nya pasti harus kaya. Karena Kristus adalah Raja atas segala raja maka kita yang menjadi pengikut-Nya harus memakai yang paling bagus dan paling mahal. Tidak heran kalau satu stel jas Benny Hinn harganya $7,000. Inilah motivasi mereka, kalau Allah sudah memberikan kepadaku maka Ia pasti memberikan kepadamu. Dengan cara semacam ini mereka menarik banyak sekali orang ke dalam kebaktiannya.

Yesus Kristus mengatakan bahwa jikalau kita tidak menyangkal diri maka kita tidak dapat menjadi murid-Nya. Yang dimaksud dengan menyangkal diri adalah tidak egois. Yesus Kristus sedang mengumpulkan sekelompok orang yang tidak egois untuk menjadi gereja. Orang-orang karismatik sedang membentuk sekelompok orang yang egois sekali untuk menjadi gereja. Mereka menasehati orang yang percaya Tuhan Yesus akan menjadi kaya maka mereka sendiri mencontohkan dengan terlebih dahulu menjadi kaya. Alkitab belum pernah mengajarkan bahwa kita adalah anak-anak raja. Mereka semakin banyak yang masuk dalam gereja dan menjadi pengikutnya semakin mempermalukan Tuhan. Mereka menyangka bahwa dengan banyaknya orang yang ikut ke gereja membuktikan bahwa Roh Kudus memberkati mereka. Ada seorang pemimpin Karismatik yang seharusnya ke Indonesia. Mereka sudah booking hotel dan menyewa tempat berkhotbah tetapi akhirnya tidak jadi datang. Lalu orang-orang mulai menyelidiki mengapa tidak jadi datang. Ternyata bukan karena sakit atau terlalu sibuk. Tetapi karena ia ingin supaya orang-orang itu terlebih dahulu mengirimkan lebih dari 2,5 Milyar rupiah kepadanya. Panitia tidak dapat memperoleh dana tersebut. Itu sebabnya ia tidak jadi datang.

Alkitab mengatakan kita jangan melayani dengan terpaksa. Hati kita jangan diarahkan pada harta dan jangan suka menguasai orang lain dan tidak mau urus yang lain. Ada orang yang ingin didengarkan dan semua orang harus mengikutinya tetapi pekerjaan penginjilan tidak dilakukan. Ia hanya duduk di tempat yang tinggi dan ingin dianggap hebat oleh orang lain. Apakah ini sikap yang harus dipunyai oleh seorang pendeta dan penatua? Sama sekali bukan. Saya pernah melihat orang seperti ini. Bahkan sampai ia menjadi ketua sinode kelakuannya tetap sama. Selama beberapa tahun ini kami sulit sekali untuk memikirkan hamba-hamba Tuhan yang akan diutus. Banyak kesulitan-kesulitan dalam mengambil keputusan. Tidak ada satu orang pun yang kita utus tanpa melalui doa yang sungguh-sungguh. Termasuk pengutusan mahasiswa. Bukan bersandarkan pada hukum, kuasa, untung rugi, atau diatur oleh uang. Kita sungguh-sungguh mencari kehendak Allah. Petrus menasehati sebagai seorang penatua: jangan melayani karena gila kuasa untuk memerintah orang banyak, tetapi jadilah teladan bagi kawanan domba. Melayani harus bertitik tolak dari kerelaan. Jika engkau tidak rela, maka segala sesuatu menjadi berat luar biasa dan kita tidak akan melakukan apa-apa. Ini merupakan prinsip Alkitab.

Ada seorang anak yang ayahnya sedang batuk keras. Ia meminta anak itu membelikan obat ke tempat lain. Anak ini menolak karena sudah tengah malam. Ayahnya memohon karena masih ada apotek yang buka. Anak itu tetap menolak dan terus tidur. Ayahnya masih batuk terus. Setengah jam kemudian pintu kamar anak itu diketuk. Pembantunya mengatakan pacarnya mencarinya. Anak ini bergegas keluar. Ia melihat pacarnya sedang sedih. Pacarnya mengatakan ayahnya sedang sakit keras. Ia meminta supaya anak ini membelikan obat bagi ayahnya. Saat itu sudah malam sekali. Tanpa berpikir dua kali anak ini segera pergi ke apotek dan membelikan obat untuk ayah pacarnya. Dalam kisah ini, ada dua orang yang sama-sama sakit dan membutuhkan pertolongan. Tetapi reaksi anak ini sangat berbeda. Terhadap ayahnya ia menolak, tetapi terhadap permintaan pacarnya ia menerima. Karena rela. Saat kita mentaati kehendak Allah, bagaimana sikap kita? Waktu kita melakukan pekerjaan Tuhan, lakukanlah dengan rela. Bukan karena paksa, tetapi untuk menjadi teladan bagi orang lain.

Yesus mengutus orang berdua-dua untuk memberitakan Injil. Setelah mereka pergi, Yesus pergi seorang diri ke kota, ke desa untuk memberitakan Injil. Mengapa demikian? Karena Yesus melakukan pekerjaan yang paling sulit, yang paling berat. Setelah murid-murid pergi, mereka baru menyadari bahwa Nama-Nya begitu hebat. Di dalam Nama-Nya mereka menyembuhkan, mereka mengusir setan, melakukan mujizat, bahkan setan pun takut. Nama Yesus begitu agung. Semua pelayanan murid-murid-Nya berhasil. Bahkan Yudas dan pasangannya pun berhasil. Yudas nebeng mendapatkan kemuliaan. Tetapi Yesus sendiri memberitakan Injil tanpa hasil. Tidak seorang pun menerima-Nya. Ia mengangkat kepala-Nya dan berkat, “Tuhan langit dan bumi, inilah kehendak-Mu yang indah.” Ada orang yang melayani sukses ada yang tidak. Mereka yang sukses jangan sombong, yang gagal jangan rendah diri. Karena yang mengutus adalah Allah. Biarlah kita mengatakan, “Ya Tuhan, memang kehendak-Mu seperti ini.”

Ada satu orang Karismatik yang mencetak satu buku dan mengatakan, “Allah berkenan pada Petrus karena saat itu 3000 orang bertobat dan Allah mengutuk pelayanan Stefanus karena itu dirajam sampai mati.” Ia mengatakan jika pelayanan kita berhasil maka kita diberkati Allah, jika tidak berhasil maka kita dikutuk Allah. Penulis ini meminta saya menulis introduksi untuknya. Saya menolak karena saya tidak setuju dengan pandangannya. Tetapi ia berkeras bahwa itu adalah wahyu Allah kepadanya. Apa motivasinya? Apa titik pusatnya? Apa prinsipnya? Sama sekali bukan pengajaran Alkitab. Ini merupakan hal yang tragis dalam gereja. Orang tersebut berkhotbah dengan semakin berani mengatakan itu wahyu Allah.

Semua murid-murid Tuhan Yesus melayani Tuhan membuahkan hasil, termasuk kelompok Yudas. Hanya Yesus seorang Diri yang pergi menginjili tidak membuahkan hasil. Dan bukankah berarti murid-murid diberkati Tuhan dan Yesus adalah Orang yang dikutuk. Yesus mengatakan, “Pencipta langit dan bumi, kehendak-Mu memang seperti ini.” Kehendak Allah, kemuliaan bagi Allah untuk selama-lamanya adalah sama. Hari ini ada pendeta-pendeta yang akan ditahbiskan dan kelak ada penatua yang akan kita pilih. Bukan kesempatan untuk orang duduk paling tinggi dan mengatur ini itu. GRII sudah menunggu 11 tahun untuk majelis, dan sekarang ini tahun ke-21 belum punya penatua. Mengapa? Karena hari yang panjang kita mengenal hati seorang dan jalan yang jauh kita dapat mengetahui kekuatan seekor kuda. Apakah seorang menerima jabatan karena kedudukan yang tinggi atau demi Tuhan ia mau memikul salib? Ini merupakan hal yang harus jelas diketahui setiap orang di GRII.

Petrus mengatakan, “Aku sebagai penatua menasehati kamu. Gembalakanlah domba-domba itu seturut dengan kehendak Allah. Bukan karena paksa melainkan dengan rela dan senang hati.” Saya bersyukur banyak hamba Tuhan pergi menginjili ke mana-mana. Orang-orang yang melayani di gereja ini semakin lama semakin mengerti. Ini merupakan gerakan Reformed Injili. Orang yang hanya mengerti theologi Reformed tapi tidak menginjili seharusnya tidak berbagian dalam pelayanan. Orang yang hanya menginjili tetapi tidak mau belajar theologi Reformed tidak akan mengerti kehendak Allah. Orang yang suka kedudukan tetapi tidak mau menjadi teladan bagi domba-domba tidak layak menjadi pemimpin. Saya berani mengatakan karena saya berjuang menjadi teladan bagi kalian. Saya lebih lelah dari siapa pun. Saya pergi menginjili ke lebih banyak tempat dengan rela dan dengan pimpinan Tuhan, dengan motivasi mau menjadi teladan bagi domba-domba. Bukan untuk mendapat uang lebih banyak uang. Kalau saya punya uang saya ingin melakukan hal yang lebih besar bukan untuk diri tetapi untuk Allah.

Selama 21 tahun ini kita sudah melakukan banyak perkara-perkara yang kekal untuk kemuliaan Allah. Kita sudah membangun theologi dan memberitakan Injil keluar. Bahkan kita mengembangkan mandat budaya, memperkenalkan musik dan lukisan yang paling indah. Supaya setiap orang Kristen bukan hanya rohaninya dibangun, tapi juga semangatnya dibaharui dan budayanya dibangunkan. Setiap penginjil harus melayani seturut dengan prinsip Alkitab. Setiap saat harus kembali re-dedikasi supaya kita menjadi hamba Tuhan yang setia, berpengetahuan, berkenan pada Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah – Transkrip: BA.)

Sumber : https://www.grii-ngagel.org/index.php?option=com_content&view;=article&id;=102:ringkasan-khotbah&catid;=6:ringkasan-khotbah&Itemid;=15