Nats : Roma 1 : 17
Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis : ”Orang benar akan hidup oleh iman

Di seluruh Kitab Suci, hanya ada satu kali tercatat ayat yang demikian singkat (Roma 1:17) tentang From Faith To Faith (yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman), namun memiliki semua bijaksana yang tersimpan di dalam Kitab Suci yang menjadi prinsip dari seluruh kehidupan kekristenan. Kalimat ini kemudian disambung dengan pernyataan:” Orang benar akan hidup oleh iman (kepada Tuhan Allah).”
Cetusan kalimat yang pendek ini mulanya terwujud di dalam pikiran Habakuk (Hab 2:4), seorang nabi yang tidak terlalu terkenal dan tidak besar. Kemudian konsep ini tampil di dalam surat Paulus kepada Roma, dan dikonfirmasikan di dalam surat Ibrani. Sesudah itu kita melihat seluruhnya bahwa Kitab Suci diterangi oleh kesinambungan dari prinsip ini: orang benar hidup oleh karena iman.

Apakah arti ungkapan From Faith To Faith ini?

1. Ditinjau dari Sudut Dasar Fondasi Kekristenan

Di dalam Kristus, yang dituntut adalah peniadaan jasa manusia. Yesaya 64:6 mengatakan :”Segala kesalehan kami seperti kain kotor, keadilan dan kebajikan kami hanya merupakan pakaian yang compang-camping. Segala sesuatu yang paling baik dari kami hanya seperti daun yang ditiup angin dan menjadi kering.” Berarti jasa apapun yang mungkin dicapai oleh manusia tetap tidak mungkin memperkenan Allah. Jika kita mempunyai syarat yang cukup untuk memperkenan Allah, buat apa Kristus harus mati di atas kayu salib? Jika manusia dengan jasa yang ditimbun dapat memperkenan Tuhan Allah, maka kita tidak perlu beriman kepada-Nya!

‘Namun kalau dengan kasih karunia (anugerah) saja kita diselamatkan, maka perlukah kita berbuat baik? Kalau tidak perlu syarat dari manusia untuk memperkenan Allah, dan iman di dalam Kristus sudah cukup, berarti kita tidak usah berusaha lagi.’ Itu adalah efek sampingan yang diakibatkan oleh kesalah-pengertian manusia terhadap kekristenan.
Jika seseorang yang beriman mengatakan dengan iman saja sudah cukup dan tidak perlu berbuat baik, tidak perlu mempunyai moral yang tinggi, orang semacam ini seperti orang yang sudah mempunyai benih untuk ditanam, tapi benih itu adalah benih mati yang tidak berbuah lagi. Benih Injil adalah iman. Tetapi iman yang tidak berarti mati di dalam. Iman yang seharusnya menghasilkan buah di luar.

Di sini kita melihat hal yang paling utama mengenai prinsip dasar pondasi kekristenan adalah dengan iman. Bukan dengan uang, bukan dengan jasa, bukan dengan kebajikan, bukan dengan segala kontribusi manusia, dan iman bukan menuju kepada diri sendiri, tetapi kepada Tuhan Yesus Kristus.

2. Ditinjau dari Sudut Metodologi / Prinsip Datang kepada Allah.

Apakah arti From Faith To Faith? Berarti datang kepada Tuhan dengan tidak melalui perantara lain, kecuali iman kepercayaan itu sendiri menjadi penunjang bagi iman selanjutnya. Mengapa harus iman di atas iman? Kalau iman yang pertama adalah dasar, iman yang kedua adalah tumbuhan. Kalau iman yang pertama adalah dasar, iman yang kedua adalah bangunan. Lalu dari mana datangnya iman yang pertama? Ada orang berkata,” Saya ingin beriman, tetapi bagaimana caranya? Kalau engkau menginginkan saya percaya, coba tunjukkan Allahmu kepada saya. Kalau saya bisa melihat Allah, saya akan percaya.” Itu tidak mungkin! Kita bisa percaya hanya karena Tuhan memberikan benih iman di dalam hati, sehingga setelah kita melihat, kita akan dibawa ke dalam pengertian firman yang mengasosiasikan kita beriman kepada Tuhan.

Kita percaya Allah itu hidup, Allah bisa melakukan mujizat. Kita percaya akan segala tanda ajaib yang betul-betul dari Allah dan yang bisa dipertanggungjawabkan masih ada sampai sekarang. Tetapi apakah iman harus ditegakkan di atas dasar itu? Inilah krisis yang harus kita bicarakan. Mari kita melihat beberapa pandangan tentang ini.

  • From Vision to Faith : Dari mana datangnya iman? Iman datang dari penglihatan. ‘Kalau saya melihat Allah maka saya akan percaya kepada Allah. Kalau tidak bisa menunjukkan Allah kepada saya, saya tidak akan percaya, karena saya tidak bisa percaya kepada hal yang tidak bisa saya lihat.’ Kalau engkau demikian, ini berarti kau telah mengilahkan matamu. Siapakah engkau, sehingga engkau mengilahkan matamu? Tidakkah engkau mengakui bahwa matamu mempunyai limitasi, telingamu sangat terbatas, dan pengalamanmu juga terlalu kecil? Tetapi Tuhan Yesus berkata kepada Tomas,”Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat tapi percaya.”(Yoh 20:29)

    Orang yang telah menegakkan seluruh motivasi yang didirikan dan didasarkan pada ‘melihat dulu baru percaya’, tidak berani mengkombinasikan seluruh Alkitab yang lengkap dengan tenunan yang teliti. Di dalam konsep mereka “Kalau Allah mau manusia percaya kepada-Nya, Allah harus menunjukkan kuasa-Nya, memperlihatkan diri-Nya, menyatakan wujud dan kemuliaan-Nya, supaya manusia melihat-Nya dan beriman kepada-Nya.”

    Saya ingin bertanya, berapa besar dan berapa hebat matamu, sehingga engkau mau melihat Allah? Kalau Allah menyatakan diri kepadamu, sungguhkah engkau mau percaya? Dari mana engkau menarik kesimpulan bahwa kalau Allah menyatakan diri kepadamu, lalu engkau mau percaya?

  • From Experience To Faith :‘Kalau aku mengalami sesuatu, barulah aku mau percaya. Jika tidak ,aku tidak mau percaya.’ Ini adalah konsep yang salah. Bila iman kita berdasarkan pengalaman, maka bahayanya adalah: iman kita disetir oleh pengalaman, jika beriman hanya karena pengalaman, berarti pengalamanlah yang menjadi pondasi iman kita. Di saat pengalaman kita berubah, maka iman kita pasti akan goyah! Bila agama dan iman kita dirikan di atas pengalaman, sebenarnya kita tidak berbakti kepada Allah, tetapi menyembah kepada pengalaman kita yang dikuasai oleh konsep anugerah. Itu bukan kekristenan.

    Kekristenan dari mula mengajarkan bahwa orang yang mengikut Yesus ada yang dibunuh dengan pedang, dipenggal kepalanya, dipenjarakan, digergaji perutnya, dipaku terbalik di atas kayu salib, tapi semua itu tidak mempengaruhi kepercayaan dan kesetiaan mereka terhadap Yesus Kristus; itulah iman yang sejati.

  • From Evidence To Faith :‘Jika engkau bisa membuktikan, aku akan percaya. Coba buktikan!’ Inilah konsep ketiga. Mana mungkin membuktikan Allah?
    Kalau Allah bisa dibuktikan berarti bukti itu bisa mencakup Allah, Allah lebih kecil daripada bukti, dan bukti lebih besar dari Allah.

    Semua asosiasi hanya suatu pengertian dari pengalaman psikologi atau pengalaman fisika yang tidak bisa dibuktikan di laboratorium. Jika indera kita sendiri tidak dapat disandari, bagaimana mungkin kita bisa menuntut Allah dapat dimengerti melalui pembuktian yang sifatnya amat relative? Iman tidak dapat datang dari pembuktian! Alkitab memberikan satu prinsip yang terbalik secara total: ‘Kalau mereka beriman, maka mereka membuktikan’(Ibr 11:1-3)

  • From Reasoning To Faith : ‘Kalau logis baru saya mau percaya, mari kita berdebat!’ Bukan dengan rasio dan perdebatan manusia bisa percaya kepada Tuhan. Tetapi kita bawa mereka takluk kepada firman melalui rasio dan perdebatan.
    Jika engkau berdebat dengan orang yang rasionya kuat dan akhirnya engkau percaya kepada Tuhan, saya tidak menyangkali hal itu. Saya juga tidak mengatakan rasiomu tidak penting, tetapi iman jangan didasarkan atas rasio. Kita harus membawa rasio untuk takluk kepada Tuhan.

Setelah melihat keempat pandangan ini kita melihat apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan. Tuhan Yesus berkata,”Kalau kau beriman, kau akan melihat kemuliaan Allah. Dari sini bukan karena melihat kemuliaan baru percaya, tetapi karena percaya, engkau akan melihat kemuliaan.”

Alkitab tidak setuju kalau sudah mempunyai pengetahuan rasio baru beriman. Jika engkau percaya, maka engkau akan tahu. Berarti pengetahuan berdasarkan percaya, lain dengan percaya berdasarkan pengetahuan. Kaitan antara pengetahuan dan iman begitu erat, sehingga pertumbuhan kita dapat terus berlangsung: semakin banyak tahu semakin beriman dengan kuat.

Di Ibrani 11:1-3 tertulis mengenai ‘iman dan bukti’ , ‘iman dan saksi’ , ‘ iman dan mengerti’. Selalu iman yang lebih dulu. Iman itu sendiri adalah bukti, bukan sesudah ada bukti baru timbul iman. Iman sendiri adalah bukti dari Allah yang tidak kelihatan. Karena beriman, maka mereka bisa membuktikan. Karena beriman, kita bisa mengerti.

Mari kita mengerti dari iman kepada iman dari Ibrani 12:1-2. Dalam terjemahan yang asli: Pandanglah pada Yesus yang memberikan dan yang membentuk permulaan iman dan yang memimpin engkau menuju kepada kesempurnaan itu. Dari iman kepada iman dikerjakan oleh Tuhan Allah di dalam Kristus, sehingga orang yang beriman kepada Kristus harus beriman dengan memandang Dia dari permulaan sampai akhir. Jika tidak demikian, imanmu yang tanpa Kristus tidak mungkin disempurnakan, dari iman kepada iman tidak mungkin terjadi di dalam hidupmu, engkau akan terkatung-katung dan tidak akan bertemu dengan Dia di dalam kemuliaan. Kristus yang mengadakan iman, Kristus juga yang menggenapi iman.

3. Ditinjau dari Relasi antara Kedua Wakil Manusia

Seluruh umat manusia diwakili oleh satu orang yang melawan kehendak Allah, yaitu nenek moyang kita yang pertama, Adam. Kemudian, seluruh umat manusia diwakili oleh orang kedua, yang membalikkan situasi pemberontakkan kepada ketaatan terhadap Allah, yaitu Yesus Kristus. Seluruh umat manusia di sepanjang sejarah hanya mempunyai dua wakil di mata Tuhan. Allah tidak mengenal siapapun kecuali melalui kedua wakil ini: Allah mengenal Adam sebagai ciptaan-Nya, yang melaluinya seluruh umat manusia diciptakan. Kedua Allah mengenal Kristus sebagai utusan-Nya, sebagai wakil manusia yang diselamatkan melalui ketaatan-Nya. Allah tidak mengenal eksistensi lain di luar golongan ini. Yang berada di luar Adam pasti di dalam Kristus, demikian juga yang di luar Kristus pasti di dalam Adam. Barangsiapa yang berada di dalam Adam belum menikmati keselamatan di dalam Kristus; barangsiapa di dalam Kristus berarti dia sudah keluar dari kerusakan yang diakibatkan oleh pemberontakan arus hidup Adam.

Kita melihat adanya dua kubu; kubu Adam dan kubu Kristus. Kubu pertama adalah kubu yang dicipta, kubu kedua adalah kubu Pencipta yang masuk ke dalam dunia ciptaan. Kubu pertama adalah kubu manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Allah. Kubu kedua adalah kubu manusia yang tadinya adalah peta dan teladan Allah, kemudian Allah sendiri yang datang menjadi manusia. Kedua kubu ini merupakan representasi yang begitu unik, yang begitu hebat, yang diakui oleh Tuhan Allah.

Apakah perbedaan antara kedua kubu ini? Adam adalah yang dicipta seturut dengan peta dan teladan Allah, sebab itu semua potensi di dalam dirinya paling hebat, melampaui semua makhluk, semua binatang ciptaan Tuhan. Tetapi potensi-potensi ini dengan sendirinya menyimpan bahaya yang tersembunyi. Hanya manusia yang mempunyai rasio. Rasio yang dipakai dengan baik akhirnya akan menemukan, menikmati, mengerti kebenaran. Tetapi jika rasio tidak dipergunakan dengan baik akhirnya akan menjadi akal budi yang rusak, untuk menghancurkan segala sesuatu yang teratur. Sifat rasio mempunyai potensi yang indah, yang bijaksana, tetapi juga mempunyai potensi korupsi dan merusak.
Inilah paradoks yang tersimpan di dalam dunia ciptaan. Demkian juga dengan sifat-sifat lain yang berada dalam diri manusia semua mempunyai kecenderungan yang sama, baik atau jahat. Sifat-sifat ini diwakili oleh Adam, dan pada waktu Adam memberikan respon yang salah kepada Tuhan Allah, dia telah menyalahgunakan sifatnya sebagai wakil kita masing-masing dihadapan Tuhan. Dengan demikian dia menjadikan seluruh manusia yang diwakilinya sebagai anak-anak pemberontak.
Hal ini dimengerti dalam theology sebagai the original sin, dosa asal. Theology Reformed tidak setuju manusia menurunkan dosa kepada anak melalui kegiatan seksual, tetapi dari sifat representative. Namun demikian dosa asal itu tidak membawa anak masuk neraka. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa semua orang akan dihakimi menurut perbuatannya sendiri (band Rm 2:6). Tuhan tidak akan menghakimi anak-anak yang belum berbuat dosa!

Tetapi kita bisa bertanya, bagaimanakah dengan status dosa asal yang diwariskan dari nenek moyang Adam kepada kita? Mereka yang akhirnya menerima Kristus, mereka sekaligus diselamatkan dari semua dosa, termasuk dosa asal. Tetapi bagi anak-anak yang mati sebelum mereka mengerti dan berbuat dosa atas kemauan dirinya sendiri, saya percaya darah Kristus menghapuskannya secara otomatis. Dengan demikian, hubungan antara Adam dan kita adalah dari dosa ketidaktaatan menuju kepada dosa ketidaktaatan.

Juga apakah bedanya antara representative Adam bagi kita dengan representative Kristus bagi kita? Bedanya, Kristus adalah satu-satunya manusia yang mutlak taat kepada Allah, sebab itu Tuhan Allah melihat bahwa di dalam Kristus akan ada kelompok umat yang taat kepada-Nya, karena wakil mereka adalah Kristus yang taat kepada Tuhan Allah. Sekalipun Dia adalah Anak, Dia tetap harus mempelajari ketaatan melalui kesengsaraan dan penderitaan, sehingga Dia boleh menjadi sempurna. Tiga hal yang kita pelajari di sini:
Belajar taat, melalui penderitaan, supaya menjadi sempurna. Jika kita mau menjadi orang yang sempurna, tidak ada cara lain kecuali mau menderita, lalu belajar taat, sehingga bisa menjadi sempurna.

Di dalam Alkitab terdapat seorang, yang sebenarnya Allah menjadi manusia, yaitu Kristus menjadi pengharapan baru. Yesus adalah manusia yang menjadi representative bagi seluruh umat. Dia dilahirklan di palungan yang bau dan kotor, tetapi Dia rela menderita dari Betlehem sampai Golgota, jalanan yang penuh dengan duri. Dia telah menyatakan diri sebagai wakil umat manusia yang seharusnya hidupnya seperti itu untuk memperkenan Allah, sehingga Allah yang memandang dari sorga berkata,”Lihatlah Anak-Ku yang Kukasihi.” Karena ketaatan Kristus yang mutlak, maka seluruh umat manusia berpengharapan.

Apa yang hilang di dalam Adam hanya dapat kita peroleh kembali di dalam Kristus. Apa yang telah dihancurkan oleh Adam, hanya mungkin disempurnakan kembali di dalam Kristus. Apa yang telah rusak di dalam hidup Adam, hanya mungkin dipulihkan dalam ketaatan Kristus. Dia menaati segala perintah Allah, sehingga Dia tidak menghalangi apapun yang telah Allah rencanakan dalam seluruh hidup umat manusia yang diwakili oleh-Nya. Sebab itu from faith to faith tampak dimana Kristus yang memulai iman dan Dia juga yang menggenapi iman. Permulaan iman yang diberikan Kristus kepada kita adalah from faith to faith, dari ketaatan-Nya kepada ketaatan kita. Adam boleh disebut sebagai bapa bagi mereka yang tidak beriman dan tidak taat, Kristus sebagai Bapa bagi mereka yang beriman dan taat. Siapakah orang yang beriman? Yaitu mereka yang taat kepada Tuhan. Dan ketaatan mereka hanya bisa diakui oleh Allah. Ketaatan Kristus kepada Allah menjadi titik tolak perkenan Allah terhadap Kristus yang dimutasikan kepada kita yang taat kepada Kristus. Kristus taat kepada Allah, kita taat kepada Kristus. Ketaatan Kristus menjadi dasar perkenan Allah kepada kita. Inilah hal yang tidak terdapat pada pendiri agama lain. Sebab itu bukan hanya dengan ajaran baik yang diberikan agama sudah cukup, tetapi Kristus menyelamatkan kita supaya kita diperkenan oleh Tuhan.
Alkitab berkata, tanpa iman tidak ada orang yang dapat diperkenan oleh Allah (Ibr 11:16). Di sini terdapat dua unsur: keberadaan Allah dan ketaatan kepada-Nya hanya bisa dicapai melalui Kristus Yesus, yang menjadi sumber iman kepercayaan (Ibr 12:2). Mari kita memandang kepada Kristus yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah melalui ketaatan-Nya kepada Tuhan Allah, sehingga mengabaikan kematian dan kesengsaraan , dan setelah Dia taat, sekarang dia dapat memimpin kita dari iman kepada iman.

Dengan demikian ,apakah hubungan antara arus pertama dan arus kedua dari manusia? Hubungan antara kedua kelompok manusia di hadapan Tuhan Allah: kelompok pertama adalah arus hidup berontak, kelompok kedua arus hidup taat. Kelompok pertama arus hidup berdosa, kelompok kedua arus hidup beriman. Yang taat menunjukkan iman, yang berontak mengakibatkan dosa. Berontak dan dosa membuahkan kematian, taat dan iman membuahkan hidup yang kekal.
Di dalam Adam semuanya mati, di dalam Kristus semua akan bangkit kembali.
Di dalam Adam semua melawan Tuhan, di dalam Kristus semua taat kepada Tuhan.
Di dalam Adam disebut kaum tidak beriman, di dalam Kristus disebut umat yang beriman.
Di dalam Adam disebut sebagai orang berdosa, di dalam Kristus sebagai orang yang dibenarkan.
Dari Adam kepada kita adalah mutasi dosa kepada dosa. Dari Kristus kepada kita adalah mutasi iman kepada iman. Karena Dialah yang memberikan iman pertama kepada kita, sehingga kita beriman di dalam Kristus dan diperkenan oleh Allah.
Apa artinya beriman kepada Kristus di dalam Allah? Paulus berkata,”Tidak tahukah kamu bahwa kamu yang dibaptiskan adalah masuk ke dalam kematian dan kebangkitan Kristus?” (Rm 6:3-4). Iman adalah bergabung di dalam kematian Kristus dan hidup bergabung di dalam kebangkitan Kristus (1 Ptr 2:24-25): ‘Kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.’

4.Ditinjau dari Karya Penebusan Kristus
(Luk 24:1-6; Rm 1:16-17; 3:22; 4:25; Ibr 9:23-28)
Apa artinya ‘Kristus menanggung dosa kita?’ Pada waktu kita datang kepada Kristus yang mati di atas kayu salib; yang menderita sengsara karena hukuman Tuhan Allah; dan yang menggantikan engkau dan saya, maka dosa yang menggerakkan kematian dalam diri kita ditanggung oleh-Nya sehingga kuasa dari gerakan yang mematikan itu sekarang berada pada diri Yesus Kristus. Itulah artinya Dia menanggung dosa kita. 1 Petrus 2:24 mengatakan,”Dia sudah menanggung dosa kita di dalam tubuh-Nya sendiri.” Semua tubuh telah diperalat oleh jiwa yang memberontak sebagai instrument-instrumen yang melakukan kejahatan melawan Tuhan Allah. Hanya satu-satunya tubuh di dalam sejarah yang menjadi instrument untuk menyatakan kebenaran Ilahi, yaitu tubuh Yesus Kristus.

Di dalam Roma 4:25, karya Kristus dibagi menjadi 2 bagian:

  1. Diserahkan karena Pelanggaran kita :Secara aktif Kristus menyerahkan diri untuk mematuhi rencana Allah, secara pasif Dia rela dipaku di atas kayu salib. Di sini terdapat paradoks besar. Manusia berdosa mengira bahwa mereka sudah menang karena mereka sudah menangkap Yesus dan memakukan-Nya di atas kayu salib. Tetapi dari sudut lain, hanya orang rohani yang mengerti perkataan Yesus,”Jika Aku tidak rela menyerahkan nyawa-Ku,niscaya tidak ada satu orang pun bisa merebutnya dari pada-Ku.” Kalimat selanjutnya adalah,”Jika Aku rela menyerahkan nyawa-Ku, maka Aku yang berhak menyerahkannya juga berhak menerimanya kembali.”(Yoh 10:17,18). Allah adalah inisiator dari segala sesuatu! Dia belum pernah pasif. Dia selalu aktif. Jadi pada waktu Allah menyatakan diri seolah-olah pasif, sebenarnya terkandung sifat paradoks yang amat dalam. Alkitab berkata kepada kita,”Sebab Allah telah menetapkan untuk meremukkan Dia dengan kesakitan” (Yes 53:10), dan Yesus sendiri mengatakan,”Aku datang untuk menjalankan kehendak-Mu”(Ibr 10:7). Di sinilah rahasia kemenangan Kristus melalui kekalahan; kebangkitan Kristus melawan kematian; yang paradoks menuju kepada kesuksesan yang luar biasa.

    Pada waktu Yesus dipaku di kayu salib, Dia sedang menanggung dosa kita, dan kuasa penggerakan dosa yang membawa kita kepada kematian dipindahkan kepadaNya. Mengapa perlu pengalihan seperti ini? Karena penghakiman Allah tidak mungkin ditanggung oleh siapapun, kecuali kuasa Allah sendiri yang sanggup menanggung penghakiman-Nya. Kebenaran dan keadilan yang ada pada diri manusia tidak satu pun yang sanggup atau cukup untuk mengimbangi tuntutan dari keadilan Allah atas pelanggaran-pelanggaran dosa manusia. Allah yang suci tidak dapat bertoleransi terhadap dosa, Allah Yang Maha Adil harus menuntut keadilan terhadap pelanggaran. Allah Hakim Tertinggi harus menghukum semua dosa yang sudah diperbuat. Sebab itu adakah tempat untuk melunaskan penghakiman, untuk memuaskan Tuhan Allah dalam tuntutan keadilan itu? Tempat satu-satunya adalah di atas kayu salib. Sekali pun Yesus adalah Anak, Dia juga harus menderita dan belajar taat, bahkan sampai mati di kayu salib, baru Dia menjadi sempurna. Sekalipun Dia adalah Anak, juga tidak diberikan hak istimewa. Sebab itu Dia berseru dengan suara nyaring,”Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Tidak ada hak istimewa!

    Pada waktu Kristus menerima penghakiman ganti engkau dan saya, gambaran neraka yang menakutkan itu kita lihat di atas Bukit Golgota. Pada waktu Anak Allah yang tunggal memikul dosamu dan dosaku, Dia harus dibuang sedemikian. Keadilan Allah, tuntutan penghakiman Allah baru selesai pada saat Yesus menanggung dosa kita. Itulah yang disebut Dia diserahkan untuk pelanggaran kita. Jika kita tidak mengasihi Tuhan, patutlah kita dikutuk , jika kita mengasihi Tuhan, kita diketahui oleh Tuhan. Betapa besar bedanya mereka yang sudah mengerti kasih Tuhan dan mereka yang belum mengerti.
    Kasih kita terhadap Kristus tidak dapat terlepas dari besarnya pengertian kita terhadap pengorbanan-Nya. Dia diserahkan untuk pelanggran kita.

  2. Dibangkitkan karena Pembenaran Kita :Hal penting yang terdapat dalam kalimat ini adalah mutasi keadilan Allah kepada kita. Persis seperti ucapan Martin Luther,”Aku menyerahkan dosaku di atas kayu salib, dan dari atas salib Allah memberikan kebenaran dan keadilan-Nya kepadaku.” Mutasi kebenaran dari Kristus kepada kita menjadi satu fakta: jika karena dosa Adam semua yang diwakili olehnya menerima dosa sebagai akibat status Adam sebagai representative, demikian sekarang dengan ketaatan Kristus, orang yang berada di dalam Kristus patut mendapat status taat melalui Kristus yang menjadi representative bagi mereka. Karena Dia adalah satu-satunya representative, dan kebangkitan-Nya membuktikan Dia sudah selesai dalam hal menanggung dosa, berperang dengan dosa, melunaskan hutang dosa, mematahkan tanduk-tanduk kuasa kegelapan, meluputkan manusia dari rencana Allah unutk menghakimi mereka, menghentikan kemurkaan Allah. Dengan menghentikan murka Allah, manusia tidak perlu terus menuju kepada binasa atau neraka.

Karena kebangkitan Kristus kita diberikan kebenaran. Pembenaran itu dilakukan melalui kebangkitan. Berarti Kristus bukan hanya menjadi contoh yang paling besar dalam hal berkorban, Kristus bukan hanya menjadi teladan yang paling baik, yang melampaui semua pendiri agama tetapi Dia betul-betul telah menang atas kuasa dosa. Roma 3:22 mengatakan: ‘karena iman kepada Kristus, maka kebenaran dan keadilan Allah dikaruniakan kepada mereka yang beriman kepada Kristus.’ Iman kepercayaan Kristus yang sudah membawa kita menuju kepada pembenaran ini mengakibatkan timbulnya iman kepercayaan di dalam diri kita masing-masing. Jika ketaatan Kristus menjadi sumber ketaatan dan menjadi pengabsah ketaatan semua orang yang berada di dalam Kristus, maka artinya iman di dalam Kristus adalah iman yang perlu diimani oleh kita masing-masing.

From faith to faith bukan hanya merupakan system perjalanan rohani dari awal sampai akhir saja, tetapi juga merupakan sistem mutasi dosa dan keadilan. Iman yang berada di dalam Kristus, system iman di dalam Kristus menjadi system yang aku percaya. Aku percaya hanya di dalam iman kekristenan aku boleh diselamatkan. Martin Luther memakai istilah ‘iman di dalam iman’ ini sebagai the acceptance of the acceptance. Yesus Kristus bangkit untuk pembenaran kita. Yesus Kristus memberikan satu kemungkinan yang dianggap tidak mungkin oleh orang lain: mengalahkan kematian dengan kebangkitan-Nya. Roh Kudus – yang membangkitkan Kristus – mengalihkan kebenaran – yang hanya ada pada Allah sendiri – kepada manusia yang berada di dalam Kristus, sehingga kita boleh dibenarkan. Iman kita diperkenan bukan karena kelakuan, bukan karena kebaikan (karena bila Allah mau menilai kelakuan, kita semua masuk neraka pun tidak cukup untuk memuaskan tuntutan keadilan-Nya), tetapi pembenaran Allah diberikan kepada kita melalui Kristus yang taat. Di dalam-Nya kita memperoleh pembenaran yang dimutasikan kepada kita. Mutasi kebenaran yang berada di dalam diri Kristus diberikan kepada setiap orang yang percaya dengan iman pada Kristus. Roma 3:22 menulis: ‘Barangsiapa yang percaya dan beriman di dalam Kristus, dia akan dibenarkan oleh Allah.’

Kristus satu-satunya oknum kedua dari Allah yang tidak berdosa dan mempunyai sifat hidup yang tidak mungkin rusak itu, datang ke dalam dunia, telah melewati kematian dan menyatakan hidup yang tidak binasa, yang tidak berkesudahan dan tidak terbatas. Dia bangkit untuk membenarkan kita, untuk memberikan pengharapan kepada kita. Sudahkah engkau mengenal Kristus?

Sudahkah engkau tahu akan arti kematian dan kebangkitan Kristus bagi kita? From faith to faith juga mencakup from righteousness of God will be put into your life according to your faith in the faith of Jesus Christ.
Martin Luther berkata,”Aku tidak bisa percaya, bahwa Dia mau menerima diriku yang seperti ini, tetapi ini adalah fakta. Karena itulah aku tidak mempunyai jalan lain, kecuali menerima fakta bahwa Dia sudah menerimaku.”

5.Ditinjau dari Pengalihan Iman Natural ke Iman Keselamatan
Tuhan sudah menanamkan iman dasar atau iman natural di dalam hati setiap manusia ciptaan-Nya tanpa kecuali. Dengan adanya iman natural ini manusia percaya dan tahu akan keberadaan Allah(Rm 1:19,20). Manusia tidak bisa berdalih ataupun melarikan diri, melainkan harus bertanggung jawab atas iman natural itu di hadapan Tuhan.

Tetapi memiliki iman natural ini saja belum cukup, karena iman ini tidak mengaitkan manusia dengan anugerah Tuhan yang selanjutnya, dan iman natural ini juga tidak membuat kita mempunyai hubungan secara pribadi dengan Tuhan. Banyak orang bersaksi dalam hatinya bahwa Allah ada, tetapi mereka belum pernah hidup dengan takut akan Tuhan. Allah dianggap Allah yang tidur, jauh dari keberadaan mereka, tidak hadir dalam hidup mereka dan keberadaan Allah tidak pernah mempengaruhi prinsip tingkah laku mereka masing-masing. Iman natural hanya mengakibatkan pengertian dan pengetahuan sedalam-dalamnya pada insting kita bahwa Allah itu ada, namun tidak menyelamatkan kita dan tidak membawa menuju kepada hidup yang berkomunikasi dengan kehidupan Allah. Iman natural tidak pernah menjangkau wilayah hidup spiritual di dalam kekekalan.

Satu-satunya cara memperoleh hubungan pribadi dengan Allah hanyalah melalui pengalihan iman natural menuju iman kepada Kristus. Pengalihan iman ini hanya mungkin oleh pekerjaan RohKudus. Dari iman natural menuju iman yang menyelamatkan. Dari iman kepada iman, suatu perubahan status atau peningkatan status pada suatu posisi yang baru, sehingga orang yang memiliki iman ini memperoleh status baru di dalam rencana dan kuasa keselamatan yang berada di dalam karya penebusan Yesus Kristus.

6.Ditinjau dari Pengenalan dan Pertumbuhan akan Kebenaran
Mana yang lebih dulu, iman atau pengetahuan? Kalau saya tidak pernah mendengar, tentu saya tidak akan tahu, lalu bagaimana saya bisa percaya? Tetapi kalau saya tidak beriman, bagaimana mungkin saya mau mendengar? Dengan demikian bagaimana mungkin saya bisa tahu?

Iman natural sebagai benih yang pertama mengakibatkan manusia ingin tahu. Waktu keingintahuan itu digarap oleh Roh Kudus, menghasilkan pengertian terhadap firman, dan pengertian terhadap firman akan menghasilkan iman yang lebih bertumbuh. Iman yang sudah bertumbuh ini membuat kita ingin tahu lebih banyak. Keingintahuan itu membuat iman kita semakin bertumbuh.
Pada suatu saat pertumbuhan jasmani kita berhenti dan tidak bertumbuh lagi. Tetapi pertumbuhan rohani tidak pernah berhenti. Pertumbuhan rohani perlu berlangsung terus. Di Efesus 4, Paulus berkata,”Kita bertumbuh sampai sama seperti Kristus.” Bilakah kita akan sama seperti Kristus? Secara kuantitas memang tidak mungkin, tetapi secara kualitas harus. Kita mempunyai hati Kristus dan kita bertumbuh menuju kepada kesempurnaan seperti Kristus. Meskipun demikian, kita mengetahui bahwa secara kualitas kita sudah memiliki benih sifat Kristus di dalam hati kita. Apa yang kita terima dari firman Tuhan, kita terima dengan iman. Semakin menerima, iman kita semakin tebal, semakin kita mengejar akan pengertian tentang firman yang lebih banyak. Dengan demikian , from faith to faith tidak akan pernah ada habis-habisnya.

7.Ditinjau dari Pertumbuhan Iman dalam Kuasa dan Penyertaan Tuhan
Mengalami penyertaan Tuhan yang lebih nyata, mengalami anugerah Tuhan yang lebih berwujud. Pada waktu kita berada di dalam kesulitan, pada waktu kita diuji oleh Tuhan, iman kita tidak gampang dipatahkan. Iman yang lemah bagaikan kertas yang mudah dirobek. Iman yang kuat seperti karet yang tidak mudah dipatahkan, ulet, dan kuat. Iman menjadi kuat karena penyertaan Tuhan itu sudah semakin kita sadari, bahkan kita alami sendiri, bukan lagi merupakan argumentasi atau perdebatan, melainkan merupakan fakta. Jika kita sudah mengalami akan penyertaan Tuhan secara nyata, untuk apa kita berdebat lagi? Silahkan orang atheis melawan Tuhan, silakan membuat teori untuk melawan keberadaan Allah. Bagi kita tidak ada kompromi, Karena fakta tentang penyertaan Tuhan kepada kita adalah begitu riil, sehingga kita tidak merasa takut. Seseorang yang mengalami penyertaan Tuhan yang begitu nyata akan memiliki iman yang kokoh.

Iman akan penyertaan Tuhan, janji Tuhan, keberadaan Tuhan dan pemeliharaan Tuhan sudah sepatutnya menjadi senjata kita untuk melawan kekuatiran, kegelisahan dan kecemasan yang tidak perlu. Celakalah kita jika mengaku diri sebagai orang Kristen, tetapi masih memiliki kecemasan yang lebih besar, lebih sering kuatir daripada beriman, lebih sering takut daripada berpegang pada tangan Tuhan. Waktu kita tidak mengalami bahaya, kita tidak sadar kalau Yesus sudah menyertai kita. Kadang-kadang Tuhan mengijinkan kita mengalami kesulitan, bahaya, penderitaan untuk mencelikkan mata kita, untuk membuka mata kita supaya kita melihat dengan jelas dan lebih sadar akan pimpinan Tuhan.

Iman adalah nyanyian pada malam gelap. Orang yang beriman akan menyanyi di malam yang gelap. Di mana iman kita menyanyi, di situ setan takut. Di mana iman kita menyanyi, di situ Tuhan memperkenan kita. Dia akan menghibur, karena Dia mengerti isi hati kita. Puji Tuhan! Iman membuat kita menyadari penyertaan-Nya, pekerjaan-Nya, kesetiaan-Nya. Allah adalah Allah yang setia dan tidak berubah, yang berjanji dan bekerja. Allah sudah berjanji tidak meninggalkan kita. Yesus tidak pernah mengecewakan kita. Yesus menyertai kita. Dia tidak pernah meninggalkan kita(Ibr 13:5-6). Allah adalah Allah yang menyertai kita sampai selama-lamanya. Dari iman kepada iman membuat kita terus bertumbuh, terus mengalami pimpinan Tuhan di dalam sepanjang hidup kita sebagai pimpinan yang membawa kita dari iman kepada iman.

8.Ditinjau dari Pemeliharaan Tuhan dalam Perjalanan Iman
Inilah iman kepada iman dari titik permulaan sampai titik terakhir as a total journey. Dimulai oleh iman dan akan diakhiri oleh iman yang disempurnakan. Allah yang menggerakkan kebajikan, juga adalah Allah yang akan mengakhiri dengan kebajikan. Allah yang memulai pekerjaan baik di dalam kita, akan menggenapkan pekerjaan baik itu juga di dalam kita. Alkitab berkata,”Yesus Kristus,kemarin, hari ini dan selama-lamanya tidak berubah; Jesus never change, yesterday, today, and for ever ever more,” dan Alkitab juga berkata,”Pandanglah kepada Yesus Kristus yang mengadakan dan yang menyempurnakan iman kita”(Ibrani 12:2)

Di sinilah kita melihat: Tuhan yang kita percaya adalah setia, Tuhan yang tidak berubah, yang tidak pernah menyangkali diri, dan tidak pernah digoncangkan oleh situasi apapun dalam sepanjang sejarah, karena Dialah yang menguasai sejarah, Dia Pencipta waktu, Petunjuk hal-hal yang terjadi. Dan Dialah Tuhan yang akan menguasai sampai detik yang terakhir. Dia adalah Tuhan yang tidak pernah berubah, Tuhan yang setia menjamin bahwa Dia dapat menyempurnakan pekerjaan-Nya.

Dia memelihara dengan senantiasa memperlihatkan kita, bukan saja karena kita dijamin oleh kesetiaan-Nya dan ketidakberubahan-Nya, tetapi Dia akan terus memelihara dengan mata-Nya yang tidak pernah meninggalkan kita. Kadang-kadang kita merasa seolah-olah ditinggalkan oleh-Nya, sebenarnya tidak! Tuhan bersabda,”Aku memelihara kamu: waktu kamu menangis, waktu kamu tidak mempunyai uang, waktu kamu sakit, waktu mengalami umpatan fitnahan dan umpatan besar.” Tetapi jangan mengira Dia akan langsung menyelesaikan semua itu seturut dengan waktumu. Pemeliharaan Tuhan mempunyai satu prinsip: menurut waktu dan cara-Nya, bukan menurut waktu dan cara kita! Sekalipun Tuhan belum muncul dan belum memberikan pertolongan pada saat-saat yang sulit, biar iman kita akan tetap teguh di dalam Dia.
Pengalaman seperti ini justru akan membuat iman kita bertumbuh terus untuk menuju pada ketenangan yang tidak bisa direbut, dan akhirnya kita tahu bahwa Allah belum terlalu terlambat dan belum pernah salah, karena Dia adalah Allah yang tidak mungkin bersalah.

Bahkan kadang-kadang keterlambatan yang kita kira justru merupakan persiapan Tuhan untuk melatih kita dalam disiplin yang lain. Kadang-kadang keterlambatan Tuhan menjadi berkat Tuhan untuk fase yang tidak kita lihat. Banyak hal yang tidak pernah kita tahu, kalau Tuhan betul-betul setia akan janji penyertaan-Nya, jangan ragukan pimpinan-Nya, Karena Tuhan tidak pernah bersalah. Puji Tuhan!
Keterlambatan selalu menjadi berkat yang lebih besar, keterlambatan melatih kesabaran kita yang bermutu, dan membuat kita lebih dewasa di hadapan-Nya.
Waktu Kristus datang kembali, iman kita akan disempurnakan. Itulah yang disebut konsumasi dalam theologi. Berarti Tuhan akan melengkapi, menyempurnakan, Tuhan pasti akan menyempurnakan iman kita yang kurang sempurna pada waktu Kristus datang kembali. Sekarang kita mempunyai satu tugas yang berat sepanjang perjalanan dari iman kepada iman. Kita perlu taat terus, berpegang kepada-Nya, bersandar kepada-Nya, percaya kepada-Nya dan setia kepada janji-Nya. Dan akhirnya setelah kita menjalankan tugas kita . Dia akan melakukan bagian-Nya, menyempurnakan iman yang sudah diberikan kepada kita, sehingga kita boleh berjumpa dengan Tuhan di dalam kekekalan. Amin

Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Artikel ini dikompilasi dari ringkasan khotbah GRII Pusat Ke-183,186,187 dan 188
Sumber : https://www.sarapanpagi.org/from-faith-to-faith-vt2953.html