Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendakMu, ya AllahKu.”
Lukas 22:42-43
“Ya BapaKu, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi.” Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya.
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Kisah Para Rasul 13:36
Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan.
Ibrani 10:36
Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
Mengerti dan menjalankan kehendak Allah memang bukan hal yang mudah, namun kita perlu mempelajari terus prinsip-prinsip Alkitab mengenai kehendak Allah. Jika kita tidak rela untuk mentaati kehendak Tuhan, Roh Kudus tidak akan memberikan kehendak Allah ke dalam hati kita masing-masing. Untuk mengerti dan menjalankan kehendak Allah, kita akan melihat contoh bagaimana Tuhan Yesus menjalankan kehendak Allah.
1. Seumur hidup jalan di dalam kehendak Allah
Di dalam Ibr. 10:7 Tuhan Yesus menegaskan bahwa korban bakaran dan korban penebus dosa tidak diperkenankan karena itu merupakan hukum tambahan. Korban yang sejati adalah diri Kristus sendiri. Kita melihat betapa Tuhan Yesus datang sudah dengan satu tujuan yang jelas, yaitu: menjalankan kehendak Allah, berkorban bagi penebusan dosa umat Allah. Teladan Kristus ini merupakan contoh bagi kehidupan setiap orang percaya. Jika kita mengatakan di dalam Kristus tetapi tidak meneladani Kristus, itu omong kosong.
2. Memprioritaskan kehendak Allah
Ketika Tuhan Yesus mengajar murid-muridNya berdoa, hal kehendak Allah menjadi prioritas utama. Setelah doa penyembahan kepada Allah, akan status Allah, maka permohonan yang pertama diajukan adalah “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Ini merupakan keinginan Tuhan yang sedemikian diutamakan oleh Kristus. Kehendak Allah tidak mendapat rintangan di sorga, tetapi di dunia mendapat rintangan dari manusia berdosa. Oleh sebab itu Tuhan Yesus mengajar kita untuk berdoa sedemikian. Ia bukan saja menjalankan kehendak Allah, tetapi juga mengajar kita agar kita mempunyai keinginan supaya kehendak Allah yang terlaksana.
Di dalam seluruh tutur kata, tingkah laku, dan perbuatan, Tuhan Yesus sama sekali tidak mau menjalankan kehendak-Nya sendiri. Di dalam Yoh. 12:48,49 Ia mengatakan: “Aku tidak menuruti kehendak-Ku mengatakan perkataan-perkataan ini.” Semua yang Yesus katakan sesuai dengan apa yang dikehendaki Bapa. Kristus memiliki kemauan total, yaitu menjalankan kehendak Allah. Kristus mengajar orang Kristen berdoa supaya kehendak Allah yang jadi. Dari perkataan-perkataan Kristus, tidak ada satupun yang keluar berdasarkan kehendak-Nya sendiri. Demikian juga kelakuan- Nya, tidak ada satupun yang dilakukanNya berdasarkan kehendak sendiri. Juga pada saat mengalami kesulitan. Dalam Matius 11 dan Lukas 10:1-24 Tuhan Yesus menyatakan suatu kontras yang luar biasa. Ia mengutus ke-70 murid-Nya untuk pergi mengabarkan Injil, lalu Ia sendiri juga pergi menginjili. Alkitab mencatat mereka sukses, sedangkan Tuhan Yesus tidak. Mereka melaporkan bagaimana demi nama Yesus, setan-setan ditaklukkan. Namun respon Tuhan Yesus stabil sekali: “Jangan bersukacita karena setan-setan takluk, tetapi bersukacitalah karena namamu ada di sorga.” Orang Kristen sering terlalu cepat terjerat di dalam suasana fenomena, dengan apa yang kelihatannya sukses, sehingga dengan mudah dapat kehilangan kestabilannya. Lalu mengkompromikan segala prinsip yang penting dengan kesuksesan yang hanya fenomena saja. Padahal Tuhan menghendaki kita berjalan menurut pimpinan-Nya.
Tuhan Yesus telah menyimpulkan seluruh hidup-Nya dengan cara doa yang begitu taat kepada Tuhan (Luk. 12:42,43). “Bapa, jika Engkau mau, ambillah cawan-Ku daripada-Ku, tetapi bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.” Akhirnya cawan ini benar-benar Allah tidak singkirkan. Berarti kadang-kadang doa kita tidak dikabulkan Tuhan. Allah tidak menyingkirkan
cawan itu, tetapi Ia mengirimkan kekuatan untuk Tuhan Yesus meminum cawan itu hingga tetes terakhir, demi menanggung dosa manusia.
Inilah teladan Tuhan kita, Penebus kita. Dari Tuhan Yesus, kita baru mengetahui bagaimana menjadi orang yang hidup menjalankan kehendak Tuhan. Sudahkah kita rela menjadi orang Kristen yang memikul salib, menyangkal diri dan mau menjalankan kehendak Tuhan? Sudahkah kita meluangkan hati kita untuk menyingkirkan segala kemauan sendiri dan kemauan iblis yang selalu mengganggu dan merongrong hidup kita? Maukah kita mengundang Tuhan Yesus masuk ke dalam hati kita untuk meminta-Nya memimpin hidup kita?
Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr Stephen Tong
Sumber : https://www.fica.org/ficalist/fica/teach/stong3