Mazmur 8:4-10

Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kau tempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tanganMu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laur, dan apa yang melintasi arus lautan. Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya namaMu di seluruh bumi!

Ibrani 2:5-9

Sebab bukan kepada malaikat-malaikat telah Ia taklukkan dunia yang akan datang, yang kita bicarakan ini. Ada orang yang pernah memberi kesaksian di dalam suatu nas, katanya: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kakiNya.” Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepadaNya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepadaNya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepadaNya. Tetapi
Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.

Tuhan menghendaki agar kita tidak menjadi orang Kristen yang egois. Karena itu, menjadi orang Kristen berarti:
(1) Menjadi orang yang mengenal kehendak Tuhan melalui Kristus,
(2) Melalui Roh Kudus yang telah memberikan kepenuhan kepada Kristus suatu kemungkinan kehidupan yang wajar, menjadi teladan bagi kita, sehingga kita berjalan di belakang Kristus,
(3) Berarti menerima kembali apa yang sudah terhilang dari Adam, yang kita dapatkan kembali di dalam Kristus,
(4) menjadi orang-orang yang berhak mengetahui isi hati Tuhan dan berjalan di dalam kehendak Tuhan,
(5) menjadi manusia yang mengetahui dimana posisinya di dalam alam semesta yang dicipta oleh Tuhan. Hal ini sedemikian agung, tetapi ternyata banyak orang Kristen yang semakin lama menjadi orang Kristen, semakin jauh dari kehendak Tuhan. Kini kita akan memikirkan satu kerangka yang mendasar, yaitu apa yang Tuhan kehendaki tentang posisi manusia di alam semesta? Jika Tuhan telah menciptakan manusia, dimana Ia akan meletakkan kita? Dimanakah identitas, harkat, dan posisi manusia di tengah alam semesta?

DIMANA POSISI MANUSIA?

Alkitab menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia sedikit lebih rendah dari malaikat, hampir sama seperti Allah, tetapi menguasai alam semesta. Ini memberikan kerangka dan urutan yang jelas kepada manusia, yaitu: MANUSIA ADA DI BAWAH ALLAH, DI ATAS ALAM. Peribahasa Tionghoa mengatakan bahwa kita perlu berdiri tegak di bumi dan tangan menopang
langit, yang artinya, kita mampu berdiri dengan tegak dengan identitas yang jelas dan penuh keyakinan. Di dalam metodologi untuk mengerti alam semesta, dari jaman ke jaman, sejak jaman Euclid, Herodotus, Plato, sampai kepada Sir Isaac Newton, manusia selalu terjebak di dalam KONSEP SISTEM TERTUTUP, yaitu suatu pandangan yang menganggap bahwa alam semesta sendiri sanggup untuk memberikan penjelasan akan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya, tanpa memerlukan bantuan dari luar. Sebaliknya, di sepanjang sejarah, kekristenan selalu menawarkan KONSEP SISTEM TERBUKA, yaitu alam semesta baru bisa dimengerti secara tuntas ketika manusia kembali kepada “dunia sana”, dunia Sang Pencipta. Sistem tertutup telah menjadi cikal-bakal SCIENTICISM dan POSITIVISM, dan berakhir di gang buntu. Sebaliknya, Pengakuan Iman Rasuli dimulai dengan kalimat: Aku percaya kepada Allah, Pencipta langit dan bumi. Kalimat ini menekankan sistem terbuka. Manusia tidak mungkin mengerti segala sesuatu kecuali ada satu jalur terbuka yang membawa manusia kepada dunia yang tidak kelihatan. Dan justru dari sanalah segala kontrol terjadi. Iman Kristen bukan takhayul atau iman yang superstisi, tetapi justru memberikan logika yang paling kuat, bahkan melebihi keterbatasan logika itu sendiri.

BERADALAH DI POSISI YANG SEHARUSNYA

Arloji dirancang untuk dipergunakan di tangan kiri. Tetapi jika ia menolak dan ditempatkan di tempat lain, maka ia tidak akan bisa berfungsi baik. Jika ia ditempatkan di tangan kanan, maka ia akan mengganggu si pemakai ketika bekerja, dan akan mengalami kesulitan untuk memutar tombolnya. Kalau ia dipasang di kaki atau di leher, ia semakin tidak berfungsi. Maka tempat terbaik bagi arloji adalah sesuai dengan rancangannya. Demikian juga manusia, baru akan berfungsi secara maksimal ketika ia berada di posisi yang ditetapkan seturut rancangan yang pasti ketika ia diciptakan. Manusia diciptakan untuk berada di bawah Allah di atas alam. Jika manusia tidak mau dan ingin membalik situasi, maka yang terjadi ialah dia akan membalikkan diri sendiri. Ia tidak mungkin dapat membalik Allah dan alam, tetapi yang ia lakukan adalah membalikkan posisinya sendiri. Pada saat manusia sudah membalikkan diri, ia merasa telah membalik dan mengatur segala sesuatu. Ketika segala sesuatunya kemudian menjadi tidak beres, ia marah kepada Allah, padahal itu diakibatkan oleh perbuatannya sendiri. Ini sikap yang sangat kurang ajar terhadap Allah, dan untuk itu manusia harus dihakimi. Manusia harus kembali ke posisinya yang semula, baru ia bisa berfungsi dengan benar, yaitu di bawah Allah, di atas alam. Manusia memakai alam untuk memuliakan Allah, bukan sebaliknya. Manusia di bawah Allah di atas alam, berarti manusia harus mempergunakan alam dan menjadi reflektor kemuliaan Allah. Kita menguasai alam dan kita sendiri dikuasai Allah, bukan kita yang menguasai Allah.

ORANG KRISTEN SEMU (PALSU)

Jika kita lihat, ada satu gejala lagi, yaitu adanya orang-orang yang kelihatannya begitu giat, seperti seorang Kristen yang berapi-api, tetapi posisinya salah. Orang sedemikian sepertinya begitu dekat dengan Tuhan, tetapi sebenarnya sedang meminta Tuhan menuruti keinginannya. Dengan mendasarkan kepada kemahakuasaan dan kasih Tuhan, mereka mau memperalat Tuhan untuk memenuhi keinginannya sendiri. Ini menjadikan Allah pembantu demi mencapai segala keinginannya sehingga kita dapat melihat gejala di luar kehidupan keagamaan orang itu begitu giat dan berkobar-kobar, tetapi motivasinya berlawanan dengan kehendak Tuhan. Ini merupakan kegiatan agama yang melawan agama sejati. Jika tujuan kita adalah alam dengan cara memperalat Allah, maka kita tidak mungkin mengerti kehendak Tuhan.

TUGAS MANUSIA DI DALAM POSISINYA

Jika posisi ini sudah jelas, maka kita diberikan tugas yang dilaksanakan dengan lengkap di dalam diri Tuhan Yesus, yaitu sebagai:

1. NABI

Manusia disebut nabi, berarti manusia berada di antara Allah yang maha tahu dengan alam yang tidak berinisiatif tahu, tetapi mengandung segala sesuatu yang bisa dan perlu diketahui. Sifat nabi manusia memungkinkan berkembangnya ilmu pengetahuan. Maka penyelidikan ilmu pengetahuan tidak seharusnya menjadikan manusia melawan Tuhan. Orang yang mengetahui semakin banyak, seharusnya semakin mempermuliakan Tuhan; karena ia telah melihat bagaimana Allah telah merancang segala sesuatunya sedemikian ajaib. Fungsi kenabian manusia ini menjadikan manusia berbeda tuntas dari binatang. Belum pernah ada binatang yang menangkap manusia dan meletakkan di kebun manusia. Tetapi manusia telah menangkap binatang dan membuat kebun binatang. Manusia bukan sekedar makhluk biasa, tetapi nabi. Namun banyak manusia yang tidak memakai hal ini secara maksimal.

2. IMAM

Sebagai imam, manusia mempunyai kedudukan di antara Allah dan alam. Manusia memakai alam untuk dipersembahkan kepada Allah. Konsep demikian telah ada sejak awal sejarah manusia. Maka kita akan membawa alam demi kemuliaan Allah.


3. RAJA

Kedudukan sebagai raja menunjukkan fungsi penguasaan dan pengaturan. Management yang pertama kali adalah merupakan mandat dari Allah, yaitu agar manusia mengelola bumi ini. Allah tidak mau kita kacau dan tidak teratur. Namun pencemaran dosa membuat fungsi pengaturan ini menjadi kacau. Oleh karena itu, kita harus membawa itu semua kembali kepada kontrol Allah, karena kita ada di bawah Allah, dan alam di bawah kita. Ini yang memungkinkan semuanya berjalan harmonis.

Ringkasan Khotbah : Pdt. DrStephen Tong
Sumber: https://www.fica.org/ficalist/fica/teach/stong2