Kejadian 3:11-15

FirmanNya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”

I Petrus 2:23-25

Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurNya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Manusia baru insyaf setelah jatuh ke dalam dosa bahwa ia tidak mungkin kembali kepada saat sebelum berbuat dosa. Kejatuhan itu merupakan suatu fakta sejarah. Sejak itu segala penderitaan dan airmata harus ditanggung oleh umat manusia.

Ketika Allah datang dan mencari, Adam dan Hawa ketakutan, sebuah reaksi yang menyatakan sudah terjadinya ketidakberesan dalam relasi antara Pencipta dan ciptaan. Ketika Allah bertanya menanti jawaban Adam sebagai suatu pertanggungjawaban, maka kalimat yang keluar dari mulutnya menyatakan fakta kejatuhannya ke dalam dosa, yaitu tidak mau mengakui dosa sendiri dan lebih suka menyalahkan orang lain. Kalau mungkin mempersalahkan Allah. Jika ditelusuri dari permulaan sejarah, Adamlah yang pertama kali melakukannya. Kerohanian dimulai dari keberanian mengaku dosa sendiri. Jikalau kita mengaku dosa kita, Allah itu setia dan adil, dan Ia akan mengampuni segala dosa kita. Mengapa kerohanian kita tidak benar, tidak pernah maju, dalam kesulitan yang kita alami? Karena kita senantiasa mempersalahkan orang
lain. Kita tidak suka mendengarkan kalimat yang keras. Kita tidak suka mempertanggungjawabkan apa yang kita perbuat. Kita lebih suka membela diri dan melarikan diri dari fakta. Hubungan antara Allah dengan manusia demikian. Hubungan antara manusia dengan manusia pun demikian. Hubungan antara suami dengan isteri, dengan orang lain pun demikian. Itu sebabnya dunia tidak pernah beres.

Setelah kejatuhan manusia ini, yang membuat manusia tanpa pengharapan, maka Tuhan berkata kepada ular itu, “Sekarang Aku menentukan suatu permusuhan antara engkau dengan perempuan ini…” Ini merupakan kalimat nubuat yang paling utama dan paling penting di antara segala nubuat yang pernah diucapkan Allah melalui segala nabi-nabi dalam seluruh Kitab Suci. Nubuat ini berisikan permusuhan yang tidak ada habis-habisnya antara keturunan perempuan dengan keturunan ular itu. Sejarah manusia sudah dinubuatkan akan satu jalur yang ditetapkan oleh Allah bahwa permusuhan itu tidak akan habis-habis. Peperangan di sini adalah peperangan rohani yang terjadi pada waktu Jum’at Agung yang pertama. Allah berkata, keturunanmu akan melukai tumit dari keturunan perempuan itu.

Suatu drama peperangan rohani terjadi sepanjang sejarah manusia. Peperangan antara baik dan jahat, yang dimengerti oleh agama-agama. Tetapi peperangan antara setan dengan Anak Allah hanya dimengerti oleh orang-orang yang sudah menerima nubuat dari
Tuhan Allah ini. Peperangan bukan hanya di antara baik dan jahat, melainkan antara Anak Allah, yang dilahirkan oleh perempuan, dengan setan, yang menjadi kepala ular itu. Puji Tuhan kalau kita telah diberikan wahyu, suatu pembukaan rahasia, kita diberikan pengertian akan rencana-rencana Allah yang paling dalam dan tersembunyi dalam kekekalan Allah bahwa kita boleh mengerti ada peperangan yang akhirnya terjadi dalam sejarah dan berakhir dengan kemenangan Anak keturunan perempuan.

SIAPAKAH ANAK KETURUNAN PEREMPUAN ITU? Dia bukan orang lain, bukan pendiri agama, bukan tokoh dalam mitos, bukan nabi, bukan rasul, tetapi Ia adalah Anak Allah yang Tunggal yang inkarnasi ke dalam dunia umat manusia. Yesus Kristus adalah satu-satunya benih perempuan yang dilahirkan oleh hanya perempuan saja. Sejak bumi dan langit diciptakan, ada 4 macam orang yang berada di dunia. Pertama, lelaki tanpa ibu tanpa bapa. Kedua, perempuan tanpa ibu tanpa bapa. Ketiga, lelaki dan perempuan yang beribu dan berbapa. Keempat, seorang laki-laki yang tidak berbapa tetapi mempunyai ibu. Dari empat macam orang ini, yang pertama hanya satu, yang kedua hanya satu, yang keempat hanya satu, yang ketiga, beratus juta, tidak ada habis-habisnya. Waktu Adam diciptakan oleh Tuhan Allah, tidak memakai bapa dan ibu. Waktu Hawa diciptakan juga tidak memakai bapa dan ibu. Adam tidak memakai benih wanita dan pria. Hawa tidak memakai wanita, tetapi keluar dari pria. Waktu Allah memakai wanita dan pria dalam persetubuhan yang menghasilkan begitu banyak laki-laki dan perempuan sepanjang sejarah manusia, ini merupakan metode ketiga.

Tetapi satu-satunya metode yang belum dipakai Tuhan adalah seorang yang dilahirkan melalui seorang perempuan tanpa laki-laki mempunyai bagian di dalamnya. inilah yang disebut benih perempuan atau keturunan perempuan. Jikalau engkau mengerti Allah adalah Yang Maha Kuasa, tidak ada yang mustahil bagi Dia. Maka doktrin Allah yang benar mengakibatkan iman kepercayaan kepada segala sesuatu yang dilakukan oleh Allah yang tidak mungkin tidak benar.

Perhatikan Hawa diciptakan Allah dengan memakai laki-laki, tetapi Hawa bukan dilahirkan melainkan diciptakan. Waktu Allah melahirkan Kristus ke dalam sejarah, memakai perempuan, tidak memakai laki-laki, bukan diciptakan melainkan dilahirkan. Di sinilah perbedaannya. Memakai pria untuk mengeluarkan wanita, bukan kelahiran. Memakai wanita untuk melahirkan pria tetapi bukan penciptaan. Di sana adalah cipta bukan lahir, di sini lahir bukan cipta. Di sana keluar bukan lahir, di sini lahir bukan keluar. Inilah cara-cara kebijaksanaan Tuhan sendiri yang
melampaui segala kebijaksanaan dan marifat manusia. Melampaui logika dan epistemologi manusia. Allah telah memberikan pengharapan kepada manusia, satu-satunya pengharapan, yaitu Yesus Kristus diturunkan ke dalam dunia. Yesus dilahirkan melalui anak dara Maria, bukan ciptaan. Ia datang dengan membawa hidup sorgawi ke dalam dunia dan Ia satu-satunya yang disebut sebagai benih perempuan, keturunan wanita. Yesus dilahirkan melalui anak dara Maria tanpa mewarisi dosa asal. Ia berasal dari Bapa yang suci, sehingga dalam nubuat yang disampaikan malaikat Gibrael, “The Holy One of God/Yang Suci dari Allah.” Istilah ini sering dipakai khususnya dalam kitab Yesaya. Bukan dalam bentuk jamak, melainkan tunggal, hanya satu. Satu-satunya yang kudus dari Allah, yaitu Yesus Kristus, datang ke dalam dunia.

BAGAIMANAKAH YESUS MEREMUKKAN SETAN? Ini merupakan peperangan rohani, yang tidak memakai emosi manusia. ini menunjukkan kerohanian seseorang. Kalau saudara marah karena keindahan, kedamaian, kesejahteraan saudara diganggu orang, maka itu menunjukkan bahwa kerohanian saudara kurang benar. Kalau engkau marah karena kesucian Allah diabaikan oleh orang, karena Kerajaan Allah dipermainkan orang, karena kemuliaan Allah sudah diperjualbelikan orang lain, itu baru menunjukkan bahwa kerohanianmu itu baik. Selama Tuhan Yesus di dunia, Ia tidak pernah marah hanya karena tidak ada makanan, atau karena terganggu, atau dipukul. Waktu diancam Ia tidak balik mengancam, waktu diolok, Ia tidak membela diri, waktu diperlakukan tidak adil, Ia tetap tinggal diam. Kalau demikian, bagaimana caraNya berperang dengan keturunan ular ini? Mereka yang menganggap dirinya mengerti Taurat, menuduh Dia berdasarkan ayat kitab suci dari Musa. Belajar theologi bukan untuk mematuhkan diri kepada Tuhan tetapi supaya tidak dihina orang, agar memiliki kedudukan untuk sewenang-wenang. Mereka memakai theologi dan pengertian Taurat mereka untuk duduk dalam organisasi untuk menuduh orang lain dengan mudah. Mereka menuduh Yesus Kristus. Dalam situasi seperti ini Yesus pun tidak terganggu oleh kerohanian seperti ini. Dia berdiri dan menunggu apa yang direncanakan Bapa terjadi atas Dia. Inilah cara perang. Itu sebabnya Ia berkata, “Jual pakaianmu dan belilah pedang.” Murid-murid tidak mengerti maksudNya. Mereka bertanya, “Kita sudah memiliki dua pisau, cukup tidak?” Yesus menjawab, “Sudah cukup.” Bukan itu maksudNya. Pisau yang dimaksud bukan pisau sesungguhnya. Peperangan bukan peperangan jasmaniah, memakai rudal, senapan, atau meriam. Tetapi peperangan memakai kekuatan rohani. Pada waktu orang-orang datang menangkapNya, Petrus memutuskan telinga salah satu dari mereka. Yesus tidak menjawab, “Oh sekarang Saya tahu engkau berani mati untuk saya. Hanya satu orang. Ada yang lain? Mari perang bagiKu!” Inilah kalimat yang diucapkan Marcos tiga hari sebelum kejatuhannya, “Hai tentara Filipina, berperanglah bagiku!” Cara peperangan Yesus Kristus tidak memakai nafsu emosi, senjata, melainkan dengan kekuatan rohani, ketaatan kepada Allah dan menunggu sampai saat terakhir Tuhan bekerja. Inilah peperangan rohani yang belum pernah terjadi sebelum ini, memasuki suatu era baru dalam sejarah di mana cinta mengalahkan dendam, perdamaian mengalahkan permusuhan, tetapi di dalam hati Ia mengetahui Ia harus melaksanakan ketetapan Allah Bapa sewaktu masih berada di Eden, setelah kejatuhan Adam dan Hawa. Puji Tuhan! Yesus Kristus berperang di atas kayu salib, bukan berperang membela kesejahteraanNya sendiri. Waktu kesejahteraanNya dirampas habis, kesehatanNya sudah terancam, hidupNya sudah dirusakkan, tubuhNya sudah ditusuk, darahNya sudah dialirkan, segala kemungkinan kekuatan berperang sepertinya sudah habis, justru di sana Ia sungguh-sungguh sedang berperang untuk melawan kejahatan yang sudah besar kuasanya untuk mengeroyok dan merusakkan hidup manusia. Puji Tuhan! Itu sebabnya di kayu salib Yesus tidak mengatakan, “Akhirnya gagal total. Aku mati tanpa kesuksesan sama sekali. Di manakah Allah? Aku mengikut Engkau, tetapi Engkau tidak membalas, tidak memberikan kekayaan dan sejahtera, melainkan keadaan sengsara dan menderita.” Di sana Ia mengatakan, “Genaplah! Sudah selesai! Aku sudah menyempurnakan, Aku sudah sukses, menang dan menggenapi yang
Engkau rencanakan dalam peperangan di mana anak keturunan perempuan akan meremukkan kepala ular.” Setan tidak mempunyai cara lagi waktu melihat akhirnya Yesus harus mati seperti itu. Di situ ia harus mengatakan, “Celaka Dia mati sedemikian rupa sehingga saya tidak mempunyai kemungkinan satu persen pun untuk mencapai kemenangan.” Karena kemenangan peperangan rohani justru tidak dicapai melalui cara kemenangan manusia tetapi melalui dalil-dalil rohani, dimana manusia berhenti bergolak, berhenti bergumul, di sana baru kuasa Allah sungguh-sungguh tercurah.

Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.fica.org/ficalist/fica/teach/stong