Mikha 6:8

“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”

Semua manusia, termasuk manusia yang paling cerdas sekalipun harus melihat bahwa kecuali mengenal Tuhan dan kehendakNya, maka manusia tidak memiliki jalan keluar. Tidak ada satu ajaran filsafatpun yang bisa membereskan kesulitan-kesulitan dan dilema-dilema dalam kebudayaan manusia. Dimanakah posisi manusia di tengah alam? Manusia bukan hanya ikut dengan segala macam binatang yang berjuang mempertahankan hidup diri sendiri. Manusia hidup bukan hanya untuk mencari kekayaan yang pada akhirnya menumpuk kebencian dalam hati orang miskin. Kita hidup bukan hanya untuk menikmati segala sesuatu semau kita setelah itu mati. Tetapi kita mau mengenal rencana Tuhan dalam hidup kita, kita mau mengerti di mana posisi kita.

Allah ada dia atas kita dan alam ada di bawah kita sehingga kita harus menaklukkan diri kepada Allah sehingga kita mungkin menaklukkan segala sesuatu kepada kita bagi Allah. Posisi dan status seperti ini menjadi satu titik tolak di mana kita bisa berdiri tegak, sebelum kita bertindak apa-apa. Manusia dicipta untuk mengatasi segala kesulitan dalam alam dan membawa alam untuk memuliakan Allah sebagaimana tujuan semula. Maka kita mempunyai status sebagai nabi, imam, dan raja. Istilah RAJA di sini berarti kita menguasai alam. Istilah NABI berarti kita menginterpretasi alam. Istilah IMAM berarti kita membawa alam kepada normalitas yang sesungguhnya.

Kerangka pikiran dan logika orang Kristen harus dibentuk sehingga orang Kristen menjadi satu orang yang mentaklukkan seluruh pikiran di hadapan Tuhan dan menjadi orang yang bertanggung-jawab di hadapan Allah untuk selama-lamanya. Pembentukan karakter dan struktur pikiran harus menjadi bagian yang penting dalam pelayanan gereja. Jikalau seseorang tidak takluk kepada Tuhan Allah, dia tidak berhak dan tidak mungkin berkuasa untuk menaklukkan dunia.

Bagaimana mengupas dengan jelas relasi antara manusia dengan Allah, alam semesta, manusia lainnya, dan terhadap diri sendiri; Itulah yang disebut mengetahui kehendak Allah. DI TENGAH-TENGAH MANUSIA, KITA TIDAK KURANG DAN TIDAK LEBIH HANYALAH MANUSIA SAJA. Kalimat ini mengandung satu hal yang penting bagi kita untuk hidup dengan normal. Yang melebihi batas disebut SUPERIOR sedangkan yang mengurangi batas disebut INFERIOR. Orang yang superior dan inferior adalah orang-orang yang tidak normal menurut kehendak Tuhan. Orang yang congkak atau sombong adalah orang yang melihat dirinya lebih daripada yang seharusnya. Orang yang minder atau rendah diri adalah orang yang menilai diri sendiri kurang daripada yang seharusnya. Kristus bukan saja menebus kita dari kuasa dosa tetapi juga mengeluarkan kita dari ketidaknormalan penilaian diri.

Kalau hubungan antara manusia dengan manusia lain itu beres, maka banyak hal yang menjadi beres. Jika hubungan kita dengan orang lain tidak beres, maka apa saja yang kita kerjakan menjadi tidak beres di mata orang itu.

Apakah yang menjadi kehendak Tuhan untuk seluruh umat manusia? Itulah yang tercatat dalam Mi 6:8. Untuk apa pengetahuan dan usaha kita menuntut ilmu? Apakah kita mempunyai tujuan setelah belajar dan menguasai apa yang dipelajari? Apakah kita mempunyai tujuan yang sama seperti apa yang Tuhan tuntut? Semua agama mengajarkan kebaikan, tetapi apakah kebaikan itu?


Di antara agama yang berbeda, ada konsep tentang kebaikan yang berbeda pula. Jadi, apakah sebenarnya kebaikan? Kita mencari jawabannya bukan dari agama ataupun refleksi imajinasi diri manusia, melainkan kembali kepada wahyu Tuhan Allah dalam Alkitab. Allah sudah menyatakan kepada kita apa itu “baik.” Jika setiap kita baik-baik memegang ayat ini untuk membereskan hubungan kita dengan orang lain, saya percaya dunia ini akan berubah menjadi lebih baik. Inilah kehendak Allah yang menjadi dasar kerukunan agama, masyarakat, dan pemerintah. Ini juga merupakan satu pangkal hubungan antar negara dan kebudayaan. Inilah kehendak Allah di dalam hubungan manusia secara horisontal yaitu: menjalankan keadilan, mencintai, dan dengan rendah hati berjalan dengan Allah.

1. KEADILAN

Manusia mulai merasa keadilan itu penting pada waktu jiwa yang kecil yaitu hati nurani seorang anak dilukai. Mungkin kita masih ingat pada waktu kita dengan teman sama-sama bersalah, yang satu dihukum yang lain diampuni. Mungkin kita masih ingat ketika jiwa kita yang kecil itu ditusuk oleh orang yang tidak adil. Keadilan itu menjadi penting bukan dimulai pada waktu anda
masuk fakultas hukum tapi dimulai pada waktu pertama kali merasa hak asasi anda diganggu. Anak kecil tidak mengharuskan ibunya cantik, ia juga tidak mencela jika ayahnya miskin. Yang dituntut oleh anak bukanlah uang atau rumah yang besar tetapi keadilan. Orang tua yang adil tidak akan pernah disesali oleh anaknya. Ketidakadilan yang terus-menerus akan mengakibatkan ledakan yang besar di antara manusia itu sendiri.

Memang tak mungkin kita bisa menghapus perbedaan antara kaya dan miskin. Tetapi bisakah kita mempunyai sikap dan kelakuan yang sama terhadap orang yang berbeda status sosial? Bisakah kita menghormati orang yang miskin, sama seperti orang yang kaya? Antar lapisan masyarakat perlu keadilan. Mengusahakan untuk menjadikan orang lain sama rata secara materi sulit untuk kita lakukan, namun satu sikap yang harus kita bina adalah sikap menilai orang lain sama rata terhadap setiap orang tanpa memandang kaya-miskin. Yesus Kristus tidak pernah menghina atau menolak orang berdosa yang datang kepadaNya, Ia memperlakukan mereka sebagai manusia, bukan sebagai yang sakit ataupun yang miskin. Memperlakukan sesama manusia dengan sikap keadilan inilah kehendak Allah. Lakukanlah apa yang kau ingin orang lain lakukan kepadamu, ini perkataan Kristus. Jangan lakukan apa yang kau tidak ingin agar orang lain lakukan kepadamu, ini perkataan Konfusius. Etika Kristen jauh lebih dinamis, inisiatif, dan lebih aktif dibandingkan dengan etika dari Konfusius. Anak Allah memberikan suatu pengajaran yang adil antar manusia.

2. MENARUH BELAS KASIHAN

Ada begitu banyak orang yang pandai tetapi hanya sedikit orang yang agung. Apakah gunanya jika kita mempunyai otak yang pintar tetapi mempunyai hati yang dingin? Apakah gunanya jika kita mempunyai pengetahuan yang banyak tetapi egois? Apakah gunanya jika kita mengenal seluruh hukum tetapi kita sengaja melanggar hukum? Apakah gunanya kita mengetahui bahwa kita harus mencintai sesama manusia tetapi kita membuntukan perasaan kita untuk mencintai? Kehendak Allah untuk seluruh umat manusia adalah berbelas kasihan. Mempunyai persamaan perasaan. Waktu orang lain sakit atau menderita kesusahan, kita juga merasakan hal yang sama seperti mereka, itulah yang disebut berbelas kasihan, dan ini hampir tidak mungkin diterima dalam sistem pendidikan masa kini. Dunia sekarang makin mengandalkan sistem-sistem yang tidak lagi menggali potensi manusia melainkan mengandalkan potensi-potensi di luar manusia.

Manusia makin kurang mempunyai COMPASSION, belas kasihan. Apakah kita masih mempunyainya? Tak ada orang yang celaka karena menolong orang lain. Kalau ada orang yang celaka secara jasmani karena menolong orang lain, berarti seluruh berkatnya akan ditumpuk di sorga bagi orang itu. Tak ada orang yang menolong orang sampai akhirnya mereka sendiri tidak ditolong oleh Tuhan, itu tidak mungkin. Tolonglah orang lain, milikilah belas kasihan. Kadang-kadang ada orang-orang tertentu yang mengetahui bahwa orang Kristen mempunyai hati yang baik dan mereka sengaja mencari orang Kristen yang baik untuk ditipu. Lebih baik sepuluh kali ditipu tetapi dua kali menjalankan kehendak Tuhan, daripada dua belas kali kesempatan tidak pernah dipergunakan melakukan kehendak Tuhan. Orang yang agung adalah orang yang pada waktu matinya dihantar oleh air mata banyak orang. Dalam keempat Injil, Yesus Kristus dicatat sepuluh kali berbelas kasihan terhadap orang lain. Yesus mengasihani orang lain. Yesus tidak menghiraukan diri dan kedudukanNya di sorga, tetapi Ia terus memikirkan orang lain yang menderita. Orang yang mengesankan adalah orang yang pada waktu anda menderita, ikut sama-sama merasakan penderitaan anda.


3. DENGAN RENDAH HATI BERJALAN DENGAN TUHAN

Jikalau kita tidak mengerti bagaimana Allah rela merendahkan diri, tak mungkin kita berjalan dan bersehati dengan Tuhan kita. Pengertian inkarnasi dan pengorbanan diri menjadi titik awal kita bisa dengan rendah hati berjalan bersama Tuhan.

Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.fica.org/ficalist/fica/teach/stong2