Yesaya 42:1-4

Hamba TUHAN

Lihat, itu hambaKu yang Kupegang, orang pilihanKu, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.

Yesaya 52:13-53:10

Hamba TUHAN yang menderita

Sesungguhnya, hambaKu akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Seperti banyak orang akan tertegun melihatdia begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi – demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami. Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipikul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umatKu ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan
terlaksana olehnya.

Matius 27:33-36

Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya. Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaianNya dengan membuang undi. Lalu mereka duduk disitu menjaga Dia.

Suatu hari seseorang, yang ingin turut mendukung pekerjaan Tuhan dalam mendirikan gedung Seminari menulis surat kepada saya. Ia berdoa apa yang dapat diberikannya kepada Tuhan. Ia rindu memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Ia tidak mempunyai uang yang banyak, tetapi
masih menyimpan kayu jati berukuran panjang 2 m dan lebar 60 cm yang tidak akan dapat dibeli di tempat lain. Ia ingin mempersembahkan dan mengukir kesengsaraan Tuhan Yesus di kayu itu. Ia meminta kesediaan saya untuk memilih lukisan yang tepat.

Gambar yang saya pilih adalah momen yang dihadapi Yesus pada detik terakhir sebelum Ia dipaku. Ketika itu Ia melihat ke langit dan di tengah kegelapan langit itu ada seberkas cahaya kecil menyinari Yesus, yang demikian buruk, karena sudah penuh luka. Dengan keberanian dan
tidak menghiraukan untung rugi diri sendiri, Ia melihat ke langit. Judul lukisan itu, “HERE I COME TO DO YOUR WILL FATHER”. Sekarang Aku datang untuk menjalankan kehendakMu, sekarang saatnya. TubuhKu yang Kau sediakan boleh dipecahkan, menjadi korban menurut rencanaMu.

Sekarang ukiran itu masih ada di ruang perpustakaan SAAT, yang ingin mengingatkan agar selain setiap mahasiswa yang belajar Firman Tuhan secara rasio, mereka juga belajar dan mengingat momen-momen kesengsaraan Tuhan Yesus menghadapi salib. Setiap kali saya melihat ukiran itu, saya betul-betul terharu, pelukis gambar itu melihat dan mengerti apa yang terjadi sebelum Yesus dipakukan.

Setelah Yesus tiba di Golgota, maka orang-orang yang membawaNya tiba di Golgota merasa, “Tugasku sudah selesai. Terlalu capai membawa orang ini ke tempat ini. Selesai tugasku kini.” Bagi mereka yang membawa palu dan paku berpikir, “Inilah tempatnya saya melunaskan tugas
saya.”

Tetapi bagi Yesus beda sekali, ini saatnya. “THIS IS THE MOMENT, SPECIAL KAIROS. Saat Aku diutus ke dalam dunia, kekongkritan dari segala penderitaan yang harus Kutanggung secara total.” Saya kira meski kita berusaha untuk mengerti kesengsaraan Yesus selama hidup, sampai ke dalam sorga pun kita tidak dapat mengerti secara mutlak.

Saat Kristus menghadapi Pilatus, massa yang pernah bersorak, “Hosana, hosana!” merubah nada, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Yesus telah menghadapi saat paling krisis, paling sengsara. Alkitab berkata, “HE IS A MAN OF SORROWS. HE DID NOT CHOOSE TO BE A MAN OF DOLLARS, HE DID NOT CHOOSE TO BE A MAN OF MANY LANDS. HE CHOOSE TO BE A MAN OF SORROWS.” Ia tidak memilih untuk mendapat kekayaan, tanah yang luas, kesempatan yang besar. Ia memilih ke dalam dunia sebagai Manusia yang penuh kesengsaraan. Manusia yang pernah menderita selalu berbicara lebih berbobot daripada manusia yang tidak pernah mengalami kesengsaraan, pernah diperlakukan secara tidak adil, diejek, dihina, dibuang dari masyarakat. Manusia demikian mempunyai kematangan jika mereka menang dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami penderitaan. Baca kitab Ayub. Baca bobot kalimat-kalimat dari mereka yang sudah mengalami cacat-cacat karena penderitaan. Kesengsaraan seluruh umat manusia digabungkan tidak bisa dibandingkan dengan sengsara yang pernah ditanggung oleh satu orang, YESUS KRISTUS. THE MAN OF SORROWS, THE MAN OF GRIEVES. Itulah nama Yesus.

Semua lukisan tentang Yesus dilukis dengan rupa yang agung dengan motivasi yang agung. Baik jaman abad 14, 15, 16, Da Vinci, Rafelo, atau Michael Angelo. Saya mengamati semua muka yang dilukis, menangkap suatu konsep, meskipun samar sekali, tentang kebangkitan manusia. Konsep kebangkitan sebagai suatu pencetusan kepada imortalitas, THE IMMORTALITY, ketidakrusakkan. Istilah imortalitas lebih tepat diterjemahkan sebagai ketidakrusakkan daripada diterjemahkan sebagai kekekalan, ETERNITY adalah kekekalan; IMMORTALITY adalah ketidakrusakkan dan itu merupakan sifat Allah. Satu-satunya Oknum yang belum pernah mengalami kerusakkan yaitu Allah sendiri. Alkitab mengatakan bahwa Dia adalah satu-satunya yang tidak rusak. Pada waktu Allah menciptakan manusia menurut peta dan teladanNya sendiri, maka manusia diberikan kekekalan. Manusia mempunyai kekekalan tetapi tidak mempunyai ketidakrusakkan seperti Allah. WE HAVE THE ETERNITY BUT WE DO NOT HAVE THE IMMORTALITY LIKE GOD HIMSELF. Kalau kita mempunyai ketidakrusakkan, maka itu adalah ketidakrusakkan yang tidak sama dengan kualitas ketidakrusakkan Allah. Manusia boleh tidak mempunyai ketidakrusakkan sesudah manusia memiliki tebusan dari Yesus Kristus melalui kuasa kebangkitan. Kita memasuki hal yang besar, begitu penting karena iman orang Kristen lain dengan orang dunia yang hanya mencari hiburan di dalam agama. Iman Kristen merupakan suatu perjuangan, suatu substansi yang tidak ada di dalam kebudayaan manusia.

Jikalau orang Mesir mempunyai konsep yang samar, konsep yang kurang tentang kebangkitan tetapi mereka belum pernah bisa mencegah kerusakan. Sebelum mayat manusia dimummikan, kerusakan sudah terjadi. Pada tahun 1693, majalah LIFE di Amerika yang memuat satu penemuan, mummi Raamses II. Raamses II merupakan Firaun pada waktu Israel keluar dari Mesir. Jaman-jaman itu Firaun mempunyai kuasa yang luar biasa, satu otoritas yang dapat mengakibatkan ratusan ribu orang mati atau hidup di bawah pemerintahannya. Dalam keadaan demikian, bila dia mau membangun piramid yang besar, atau mau membangun kota-kota baru, dia hanya perlu memberikan perintah dan orang Israel yang menjadi budak harus melaksanakannya. Tetapi Firaun seperti Raamses II yang kekuasaannya begitu besar, apakah dia memliki hidup yang sangat berbahagia? Tidak! Pada abad ke-20 kedokteran dengan rontgen membuktikan bahwa dia mempunyai sakit gigi yang sangat hebat. Dari hasil rontgen juga terbukti bahwa ia pernah hidup susah sekali. Pada waktu mummi-mummi diperiksa kembali, kita melihat kerusakkan sudah terjadi sebelum mati, apalagi sesudah mati, menjadi lebih parah. Sekarang, jika kita pergi ke Paris atau Amerika, di museumnya kita akan menemukan mummi-mummi yang telah sangat rusak, begitu menakutkan. Itulah kebudayaan. Kebudayaan yang agung, yang mempunyai konsep yang tinggi-tinggi, yang tetap tidak bisa memberikan jaminan yang sesungguhnya kepada manusia. Sampai pada hadirnya Anak Allah dalam sejarah dan berpartisipasi dalam hidup manusia.

Yesus Kristus lahir ke dalam dunia, mengalami pencobaan, mati menggantikan kita dan bangkit dari kematian dan naik ke sorga. Kelima hal ini,
1. Inkarnasi.
2. Kemenangan atas pencobaan.
3. Kematian untuk menggantikan kita.
4. KebangkitanNya dari kematian.
5. KenaikanNya ke sorga.

Mengapa saya harus menegaskan HISTORICAL FACTS? Saya tegaskan sekali lagi, kita harus terima sebagai fakta-fakta sejarah, karena memang fakta-fakta yang terjadi di dalam sejarah. Karena teolog-teolog yang tidak bertanggung jawab mengatakan bahwa semua ini belum pernah
terjadi. Mereka bisa memperalat orang dengan mudah menjadi kawan ketika membutuhkan, dan langsung menjadi lawan jika tidak membutuhkannya. Tetapi di situ Kristus menjadi korban karena komplotan kompromi dari agama, politik, dan kebudayaan.

Pada waktu pukul 12 tepat. Seluruh bumi tertutup dengan kegelapan. Dari awan? Tidak tahu. Tetapi ada lagu mengatakan mataharipun malu untuk bersinar. Matahari tidak berani melihat, yang terjadi di bumi ini. Sejak matahari diciptakan dan terus bersinar di atas bumi belum pernah merasakan satu saat yang begitu kejam bahwa Pencipta matahari, langit dan bumi dibunuh oleh manusia yang dicipta oleh Dia sendiri. Demikian kejam dan tidak berperikemanusiaan peristiwa yang terjadi. Matahari tidak berani melihat dan menyatakan diri. Pada waktu gelap menutupi seluruh bumi dari pukul 12 sampai pukul 3. Pada waktu itu tepat matahari terletak 90 derajat dari bumi, saat paling terik. Tetapi waktu itu kegelapan datang. Saudara melihat ditengah sinar cahaya alamiah kita telah melihat kegelapan yang supra alamiah. Di tengah ciptaan Allah yang seharusnya terang, ada kekuatan dari ciptaan yang tidak kelihatan menudungi sehingga ciptaan yang kelihatan ini menjadi gelap. Ini mengandung arti yang sangat dalam. Pada waktu Anak Allah dipaku, pukul 9, 3 jam kemudian kalimat-kalimat penting sudah diucapkan, tiba kegelapan sehingga semua tidak bisa melihat diri sendiri ataupun orang lain. Ini merupakan gambaran keadaan rohani dunia yang sudah sedemikian gawat. Tanpa cahaya manusia tidak mungkin melihat diri dan orang lain. Bagaimana bisa melihat bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah? Pada waktu Anak Allah yang tidak berdosa di atas kayu salib manusia tidak mengerti inilah Anak Allah yang akan menyelamatkan dunia. Gelap sudah merajalela, kegelapan dari hukum, politik, dan rohani manusia sudah menudung dan Allah yang berada di tempat yang Mahatinggi akan menunggu sampai waktu itu lewat. Waktu itu tidak akan lewat sampai Yesus mengatakan, “Sudah selesai.” Itulah waktunya kegelapan tidak mungkin mengalahkan terang lagi. Pada waktu Yesus dipaku di atas kayu salib, tidak ada terang yang sampai kepada Dia. Waktu itu Ia menerita kegelapan yang terbesar. Tetapi justru Ia adalah Anak Allah yang menang. Di dalam kegelapan yang paling menakutkan, Ia tidak mengatakan, “Habislah.” tetapi, “Sempurnalah, sudah genap, sudah selesai.”

Mengapa kita mengatakan salib adalah tempat di mana tidak ada hidup? Tidak pernah orang yang disalibkan diharapkan turun lagi dengan hidup. Salah satu cara penghukuman manusia sampai mati yang paling kejam dan tidak berperikemanusiaan adalah dengan cara memaku mereka ke atas kayu salib. Waktu Yesus berumur 11 terjadi pemberontakan di Nazaret. Menurut sejarah yang ditulis oleh Josephus kira-kira tahun seperti itu ada orang di Nazaret yang memberontak kepada kerajaan Romawi, akibatnya mereka ditangkap. Sekitar 100 orang dipaku di atas kayu salib. Waktu itu Anak Allah yang berinkarnasi masih kecil sudah melihat bahwa tidak ada kemungkinan untuk hidup lagi bagi mereka yang sudah dijatuhkan hukuman dan sudah dipaku di atas salib.

Satu-satunya tempat yang tidak ada hidup adalah salib Kristus. Karena di sini kematian yang terjadi berbeda dengan kematian orang lain, sebab orang lain dipaku di atas kayu salib, kalau tidak disalibpun mereka akhirnya harus mati. Tetapi Kristus tidak harus mati, tidak berdosa, tidak boleh mati, sekarang sungguh-sungguh mati. Sekarang orang yang harus mati dibunuh di atas kayu salib, tidakber arti memberi mati, tetapi mempercepat kematiannya sebentar saja. Tetapi Kristus tidak seharusnya mati, Ia adalah PENGHULU HIDUP, THE MASTER OF THE LIFE semua yang hidup dalam dunia bukan pada waktu itu saja tetapi dari segala jaman. Kristus adalah Penghulu dari segala jaman, dari segala tempat, dan dari segala yang hidup. Ia sendiri dibunuh di atas kayu salib. Tetapi puji Tuhan di salib yang tidak ada cinta, menjadi Sumber cinta yang tidak perlu kuasa dan sumber lain. Karena Kristus mengalami kegelapan yang demikian besar maka diriNya menjadi Sumber cahaya yang tidak perlu bersandar pada yang lain lagi. Karena Kristus sudah menerima kematian yang demikian menakutkan, Ia sendiri telah menjadi Sumber hidup yang baru dan tidak bersandar pada yang lain.

Di sini ada perbedaan antara manusia yang sengsara di paku di atas kayu salib dibanding dengan semua manusia yang pernah hidup dalam dunia. NEW SOURCE OF LIFE, NEW SOURCE OF LIGHT, and THE NEW SOURCE OF LOVE. Inilah tiga perkataan yang paling penting yang dipakai manusia untuk melukiskan Tuhan Allah menurut wahyu Tuhan melalui Roh Kudus sendiri. GOD IS LIFE, GOD IS LIGHT, and GOD IS LOVE. Di atas salib tidak ada cinta yang diterima oleh Kristus, tetapi Dia sendiri menjadi Sumber Cinta. Maka dimana Yesus ada di sanalah ada cinta yang sejati. Jikalau Kristus tidak menerima cahaya di atas kayu salib, maka Ia
sendiri menjadi Sumber Cahaya. Dimana Ia dikabarkan di sana ada penerangan ke dalam kebudayaan. Di mana Kristus diatas salib tidak menerima hidup dari dunia, bahkan Sumber Hidup yang menjadi Penghulu Hidup sudah dimatikan, tetapi di mana Yesus berada di sana ada
pengharapan hidup yang baru. Tidak ada satu orangpun mampu mengevaluasi berapa besar kerugian manusia dalam sejarah jika Kristus tidak datang menjadi manusia dan belum pernah sebagai manusia yang berdosa rela dipaku di atas kayu salib. Yesus di atas kayu salib menyatakan Ia menerima kevakuman cinta kasih, hidup dan terang.

Di salib Yesus juga mengalami kevakuman bijaksana. Ia tidak ada akal. Tidak ada orang berperang seperti Yesus yang seolah-olah berperang tanpa strategi, ditangkap seperti domba yang mau dipotong bulunya. Dia dibawa seperti seekor domba yang mau disembelih. Alkitab mengatakan harus mempersembahkan domba yang berusia satu tahun, walau kecil tetapi sehat dan kuat. Menurut data kedokteran, domba yang berumur satu tahun kesehatannya paling sempurna. Demikian pula manusia berusia 33 tahun, mencapai kesempurnaan fisik. Sebelum 33 tahun masih perlu penyesuaian, setelah 33-40 tahun sudah terjadi kerusakan. Yesus dipaku di atas kayu salib, sama seperti domba yang disembelih, tidak melawan.

Tidak ada militer yang berstrategi dalam bentuk perlawanan, tidak ada negara yang tidak mempunyai ketahanan militer untuk melawan musuh dan mempersenjatai diri, tetapi Anak Manusia datang ke dalam dunia, tidak mengijinkan muridNya membawa pisau dalam mengikut Dia. Dia tidak mengijinkan Petrus memotong telinga lawannya. Ia berkata, “Masukkan
pedangmu ke dalam sarung!” dan membiarkan diri dibawa begitu saja. THE MAN OF SORROWS, THE MAN OF GRIEVES, itulah Tuhan. Maka orang Yahudi akan berkata, “Ini bodoh, tidak ada mujizat. Di atas salib bila ada mujizat mungkin saya akan percaya. Jika Yesus di atas salib bisa membebaskan diri, maka saya akan menjadi pengikutNya.” Tetapi perlu saya katakan, di atas Golgota tidak ada lagi mujizat seperti 5 roti dan 2 ikan untuk mengenyangkan banyak orang, tidak ada lagi mujizat yang bisa dilihat mengenai kuasa Kristus. “Di mana kuasa dan kesembuhan yang mungkin Engkau lakukan dan lakukan atas dirim sendiri hai Tabib?! Jika Engkau bisa selamatkan orang lain, sekarang selamatkan dirimu!” Tidak ada suara, tidak ada balasan. CROSS IS A PLACE WITHOUT MIRACLE.

Bukan saja demikian, salib juga menjadi tempat yang aneh. Orang yang berada di bawah salib tidak mungkin bisa mengerti dengan rasio cara Allah menyelamatkan manusia. Bagi orang Yahudi setelah berkumpul beberapa ratus tahun, mengumpulkan data dari kesustraan untuk menjelaskan konsep Alkitab tentang Mesias, mereka menyimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Mesias pasti bersifat militer.
2. Mesias bersifat dendam.
3. Mesias mempunyai kemenangan yang luar biasa.

Jika Mesias datang Ia akan memimpin tentara yang besar, pasti mendendam dan membalas dendam untuk membasmi musuh-musuh Israel yang pernah menjajah atas bangsa Israel. Jika Mesias datang Ia akan berperang dan membawa kemenangan serta kemuliaan.

Antara PL dan PB ada jarak waktu 400 tahun. Masa antar perjanjian itu ada keluarga Makabeus yang menghasilkan jenderal-jenderal yang besar. Mereka berperang dengan gagah berani. Matipun tidak mau takluk, yang jelas tidak mau berkompromi. Di antaranya ada YudasMakabeus yang disebut SINGA DARI YEHUDA. Lalu mereka berpikir apakah Yudas Makabeus adalah Mesias karena ia begitu berani berperang. Mereka mempunyai konsep yang salah tentang Mesias. Mereka menilai Yesus dengan kacamata Mesias dan konsep theologi yang salah. Mereka melihat Yesus, adakah Dia memimpin militer dan menang atas perang? Adakah kuasa untuk melawan semua musuh orang Yahudi? kalau Dia betul-betul patriotis, betul-betul mencintai bangsa sendiri, pernahkah Dia mengusir penjajah keluar dari tanah kita? Tidak. Kalau begitu apa faedahnya Orang ini? Akhirnya bukan saja ditolak tetapi juga dipaku di atas kayu salib. Mereka mengambil kesimpulan yang dipaku di atas Golgota pasti bukan Yesus Kristus.

Tetapi puji Tuhan! Roh Kudus memimpin gereja dari jaman ke jaman membawa kita kembali untuk menilai siapa Yesus Kristus. Ayat yang baru kita baca dari Yesaya 52,53: Lihatlah HambaKu yang menderita. Ia yang menanggung dosa kita, kita seperti domba yang tersesat, tetapi dosa kita ditimpakan kepadaNya. Allah Bapa sendiri telah menetapkan untuk meremukkan Dia. Dan dengan bilur, cambukan, hukuman, pengadilan segala kesulitan diterima oleh Dia. Tetapi kita sendiri tidak mengerti, mengira Dia sudah dipukul oleh Tuhan Allah. Sedangkan sebenarnya Dia dipukul karena menggantikan kita. Konsep of replacement, atonement, substitution tidak dimengerti. Tetapi kita mengerti bahwa ia adalah Hamba yang menderita.

Mari kita kembali di atas Golgota. Tempat yang tidak ada terang, hidup, dan kasih. Ini juga tempat yang tidak ada kebijaksanaan dan mujizat. Paulus setelah akhirnya mengerti ini berseru, “Orang Yahudi mencari mujizat dan orang Yunani mencari bijaksana, tetapi kami memberitakan Yesus dan Dia yang dipaku diatas kayu salib. Kami tidak mengabarkan Kristus yang melakukan mujizat saja, bukan Kristus yang mempunyai bijaksana saja, tetapi kami menyatakan Kristus yang lebih besar dari itu, Kristus yang disalib dan menderita sengsara! THE MAN OF SORROWS.”

Pada waktu Yesus disalib tidak mengeluarkan satu kalimat yang mencela mereka yang menyalibkan Dia. Pada waktu seseorang disalib, ia akan mati secara perlahan-lahan, karena darahnya keluar sedikit demi sedikit pada luka. Tidak terlalu cepat karena bengkak dan oleh paku yang menyumbat aliran darah. Darah mengalir pelan sekali. Dan karat dari paku memerlukan waktu 3 sampai 5 hari untuk membunuh seseorang. Orang yang disalib perlahan-lahan mati karena pengurangan darah makin lama makin serius sehingga tekanan darah makin lama menjadi makin tinggi. Pusing makin hebat dan pikiran orang tersebut mulai menjadi kacau. Kutukan selalu keluar dari mulut dan mencaci maki orang yang berada di bawah salib, khususnya musuh mereka atau mereka yang memaku. Tetapi ini tidak terjadi pada Kristus. Pada waktu Ia menderita sama seperti yang dialami oleh orang lain yang disalib, tidak satu kalipun Ia mengucapkan kalimat kutukan. Bahkan di atas kayu salib Ia mengucapkan kalimat yang belum pernah diucapkan oleh orang lain, “Ya Bapa ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Mari bayangkan 2 perampok yang mengejek Dia. Pada waktu kalimat itu keluar dari mulut Yesus, yang tidak menjawab waktu diadili, sekarang membuka mulut dengan kalimat yang paling manis sewaktu Ia mengalami penderitaan yang paling berat. Pada waktu kita menderita sedikit, kita keluarkan perkataan yang jahat sekali. Pada waktu Yesus menerima kejahatan dan penderitaan yang paling besar, Dia mengatakan perkataan yang paling besar. Salah satu perampok yang disinari Roh Kudus, di tengah keadaan menderita diberikan kesadaran, “Orang ini pasti berbeda dengan yang biasa.” Siapakah Yesus? Apakah karena kesabaranNya yang membuat hati saya tergerak? Apakah karena Dia mempunyai watak yang demikian anggun dan mulia sehingga boleh menjadi
teladan manusia? Tidak. Maka perampok itu telah melihat Yesus, yang tidak menunjukkan kuasa dan mujizat, menembusi tirai menuju ketidakterbatasan dengan iman, melihat “Inilah Anak Allah, inilah Juruselamat. Inilah yang akan memiliki Kerajaan yang akan datang!” Itu sebab iman itu dihidupkan oleh Tuhan dan difokuskan pada Kristus. Setelah Kristus mengatakan kalimat pertama itu, langsung perampok ini mengeluarkan perkataan, “Ya Yesus ingatlah aku pada waktu Engkau mewarisi kerajaanMu.” Suatu iman yang luar biasa. Iman perampok itu boleh dikatakan menjadi iman teladan dari orang yang hidup dalam periode PB. Mengapa setelah Yesus mengalirkan darah, orang yang pertama diselamatkan adalah perampok? Saya tidak rela, orang begitu jahat menjadi orang Kristen pertama dalam PB? Di mana keadilanMu? Jika orang yang pertama masuk adalah Maria, Petrus, atau Yohanes, saya bisa terima. Tetapi Yesus dipaku di kayu salib, menyelamatkan orang dalam PB, mengapa anggota pertama adalah orang luar bukan orang yang melayani? Akhirnya Roh Kudus menjawab: itu baru mengatakan apa artinya Perjanjian Baru. Perjanjian Baru berarti anugerah sudah tiba. Bukan karena kebajikanmu engkau dilayakkan, tetapi karena engkau yang tidak layak maka engkau diampuni, itu anugerah. Iman perampok itu lebih besar dari iman Petrus, Paulus, Billy Graham, Luis Palau, dan saya sendiri. Iman itu lebih besar dari pendeta sepanjang sejarah. Mengapa? Karena iman kita selalu didasari oleh sesuatu yang bisa kita lihat. “Tuhan nyatakan kehendakMu, sembuhkan anakku baru saya percaya. Selesaikan persoalanku, kesulitan ekonomiku baru aku ikut engkau.”
tetapi iman yang sejati adalah iman di atas firman, yang berdasarkan Kristus, Kristus yang sejati, yang disalibkan dan dibangkitkan. Perampok itu langsung melihat Yesus yang bangkit, bukan yang mati. Satu hari Engkau mendapatkan kerajaanMu dan datang lagi, jangan lupa aku. Satu hari Engkau akan menjadi Raja dalam kerajaanMu.” Berarti ia beriman bahwa Yesus akan bangkit.

Perampok ini beriman besar. Orang Kristen jangan menghina pelacur, penjudi, perampok, orang-orang yang di luar gereja. Mungkin mereka lebih dekat sorga daripada kita. Yesus berkata kepada murid-muridNya bahwa Anak Manusia datang untuk menjadi kawan dari pelacur. Orang yang berdosa besar, yang melarat, jangan hanya dilihat secara lahiriah. Ada orang yang melarat secara norma masyarakat, yang dibuang masyarakat. Tetapi ada orang yang melarat lebih hebat dalam norma yang diterima oleh keadaan etika masyarakat. Di hadapan Tuhan kita semua orang berdosa, tetapi iman kita harus dipusatkan pada Kristus yang mati dan bangkit. Ini iman dari perampok.

Ketika pukul 3 Yesus menghembuskan nafas. Tetapi belum sampai kira-kira pukul 6 kedua perampok itu belum mati. Yesus pergi, sesuai dengan janjiNya, “Aku pergi untuk menyiapkan tempat bagimu.” Berapa jam kemudian ketika mereka tahu besok adalah hari Sabat maka semua harus dibereskan tidak boleh ada mayat yang tertinggal di atas kayu salib. Mereka melihat kedua perampok itu belum mati, potong kakinya supaya mati. Kedua kaki dari kedua perampok itu dipotong. Darah mengalir habis, kedua-duanya mati. Saya membayangkan jiwa perampok yang bertobat itu dibawa Yesus masuk ke dalam sorga. Saya membayangkan jiwa perampok yang bertobat itu dibawa Yesus masuk ke dalam sorga. Jika saya boleh membayangkan lebih fisik lagi, waktu malaikat-malaikat di sorga membuka pintu menyambut Yesus yang sudah turun ke dunia, berjuang untuk keselamatan, mereka menunggu dan berkata, “Mari kita sambut.” Waktu mereka melihat, mungkin mereka tercengang karena di tangan Yesus ada seorang yang tidak berkaki dibawa pulang oleh Yesus ke dalam Firdaus. Mulai hari itu jaminan sudah ada di dalam segala jaman, di dalam segala bangsa. Tidak perduli berapa besar dosamu, berapa berat tuduhan hati nuranimu, berapa gelap catatan-catatan di dalam hidupmu engkau bisa diselamatkan jika engkau sungguh beriman di dalam Yesus Kristus. Sengaja Tuhan menyelamatkan orang yang paling jahat untuk anggota pertama supaya kita tidak ada alasan, “Dosaku terlalu besar, Tuhan tidak akan mau mengampuni. Saya belum waktunya percaya. Saya belum waktunya datang kepada Kristus.” Demi nama Yesus Kristus, tidak ada dosa yang sedemikian besar sehingga Yesus tidak berkuasa untuk menyelamatkanmu. Tidak ada satu orang yang demikian besar dosanya, sehingga Kristus tidak mau menyelamatkan dia. Demi nama Yesus Kristus, Juruselamat satu-satunya, saya sebagai hambaNya berkata, “Bertobatlah!” Tinggalkan dosamu dan datang kepada Yesus sekarang juga.

Ringkasan Khotbah : Pdt. Dr. Stephen Tong
Sumber : https://www.fica.org/ficalist/fica/teach/stong