Selama 52 tahun ayahku bangun setiap pukul 5.30 pergi kerja dan pulang jam 17.30. Aku tidak pernah melihatnya tidur siang, ataupun hobi dan aktifitas lain, selain mengurus dan menghidupi keluarga.
Ia tidak pernah meminta bantuan apa apa padaku, kecuali sekedar memegang martil saat membetulkan sesuatu, itu caranya untuk berkomunikasi denganku.
Pada waktu aku berumur 22 tahun aku sekolah keluar kota, sampai aku berkeluarga dan ayah menelpon setiap hari. Beliau selalu menunjukkan perhatiannya pada keluargaku tanpa pernah sedikitpun mengeluh masalah yang dihadapinya. Tetapi saya terlalu sibuk karena sebagai pengacara sampai tak punya waktu bercakap dengan dia.
Waktu saya membeli rumah pertamaku, beliau sibuk membantu mengecat dan merapikan taman tanpa meminta apapun, kecuali segelas es teh untuk kesempatan berbincang denganku. Tapi waktu itu kami sekeluarga mau liburan akhir pekan sehingga tidak sempat banyak berbicara dengan ayah.
Dua hari yang lalu dapat kabar dari RS pukul 4 pagi, ayah dirawat karena pembengkakan pembuluh darah. Aku segera cari pesawat untuk terbang ke kotanya, di sepanjang jalan teringat semua kenangan akan ayah. Termasuk waktu yang aku sia-siakan untuk berbicang dengannya.
Aku baru sadar bahwa aku sungguh sungguh tidak mengenal ayahku dengan baik, aku berjanji sampai di RS akan menghabiskan semua waktu bersama ayah. Aku tiba jam 1 dini hari, ayah sudah pergi 3 jam yang lalu. Kali ini ayah yang tak punya waktu untuk berbincang, bahkan untuk menungguku.
Sejak itu saya belajar banyak dari ayahku, beliau tidak pernah meminta apa apa kecuali waktuku.
Kita dapat melihat prioritas hidup seseorang, dengan melihat bagaimana mereka habiskan waktunya.
Setiap kita bisa cari lebih banyak uang, tapi tidak bisa lebih banyak waktu.
Hadiah terbesar yang kita bisa berikan kepada seseorang adalah waktu kita. Karena dengan memberi waktu, kita memberi bagian dari hidup kita yang kita tidak dapat tarik kembali.
Penulis : Tidak Diketahui
Sumber : https://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=100064