“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

“Golden Rule” atau Hukum Kencana ini merupakan salah satu Kata yang sering kali dianggap mustahil untuk dilakukan, apa lagi di dalam dunia bisnis. Mana mungkin bisnis bisa menguntungkan jika dijalankan berdasarkan prinsip, “sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Tetapi ternyata hal ini sangatlah mungkin. Seorang pengusaha retail besar di Amerika, J.C Penney pernah menampilkan iklan yang berbunyi:

Banyak yang mengasumsikan bisnis adalah sekuler, dan pelayanan rohani adalah religius. Tetapi saya tidak pernah dapat menerima pemisahan itu. Bukankah pelayanan rohani adalah bagian inti dari bisnis? Bagi saya, bisnis itu religius dan juga sekuler. Jika kita mengikuti himbauan untuk mengasihi Tuhan dan sesama seperti diri kita sendiri, hal ini akan menuntun kita untuk memahami bahwa kesuksesan adalah persoalan spirit.

JC Penney adalah anak seorang hamba Tuhan yang melayani di pedesaan Missouri. Ayahnya melayani tanpa menerima gaji dan membiayai keluarganya dengan bertani. Ayahnya adalah seorang yang saleh, dan sering menanamkan ajaran ini ke dalam diri Penney, “Perbuatlah kepada orang lain, sebagaimana kamu kehendaki orang perbuat bagimu.” Ayahnya berpesan, “Nak, jika engkau mengikuti Hukum Kencana ini, engkau akan menjalani kehidupan yang luar biasa bagi Tuhan dan Tuhan akan menjaga engkau.”

Hal ini meninggalkan kesan yang mendalam di dalam kehidupan Penney. Nilai-nilai yang ditanamkan ayahnya membuatnya menjadi orang yang berprinsip dan sulit untuk berkompromi. Walaupun Penney bercita-cita untuk menjadi seorang pengacara, tetapi ayahnya tidak mampu membiayai kuliahnya. Setelah tamat sekolah menengahnya, ayahnya yang sedang bergumul dengan penyakit tuberkulosis (T.B.C) meminta temannya untuk memperkerjakan Penney di toko menjual bahan-bahan kering. Penney memiliki keterampilan dalam berdagang dan bosnya sangat menyukainya. Tetapi penyakit yang akhirnya merenggut nyawa ayahnya juga sudah tertular ke dirinya dan doktor menyarankan untuknya pindah ke tempat dengan iklim yang lebih kering. Lalu Penney memutuskan untuk merantau ke Colorado.

Di sana ia berhasil mengumpulkan cukup modal untuk membuka usahanya sendiri. Bisnis pertama yang didirikannya adalah toko kecil yang menjual daging. Tetapi bisnis ini tidak dapat bertahan lama karena Penney menolak untuk menyuap langganan terbesarnya, seorang koki hotel di kota itu dengan sebotol wiski agar ia mau memesan daging darinya.

Setelah kegagalan bisnis pertamanya, Penney bisa saja kecewa dan putus asa lalu menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip kejujuran dan nilai-nilai luhur tidaklah dapat diterapkan di dalam dunia bisnis. Namun hal ini tidak terjadi.

Ia memutuskan untuk kembali bekerja di toko. Segala sesuatu yang ia lakukan, ia lakukan dengan kesungguhan hati dan penuh komitmen. Setelah beberapa tahun ia ditawarkan pekerjaan sebagai Asisten Manajer di sebuah toko yang bernama “The Golden Rule Store” atau Toko Hukum Kencana. Nama toko itu mencerminkan prinsip hidupnya, lalu ia merasa yakin bahwa adalah kehendak Tuhan untuknya bekerja di situ.

Berkat usaha keras dan kejujurannya, toko itu berkembang pesat dan Penney ditawarkan untuk menjadi pemegang saham untuk toko baru yang akan dibuka di kota lain. Walaupun Penney tidak mempunyai cukup modal tetapi pemegang saham yang lain tidak mempermasalahkan hal itu. Penney merupakan seorang pekerja yang tekun dan rajin. Hanya dalam waktu 5 tahun, Penney bukan saja mampu untuk membayar modal pinjaman rekan bisnisnya tetapi ia mempunyai cukup dana untuk membeli saham-saham milik rekan bisnisnya yang lain dan menjadi pemilik tunggal tokonya.

Apakah Penney berhasil karena kelicikan atau kecerdikannya berbisnis? Sama sekali tidak, ia tidak pernah meninggalkan prinsip-prinsip yang sudah ada di dalam dirinya. Berdasarkan prinsip kejujuran, ia melakukan innovasi-invovasi baru yang belum pernah diterapkan oleh orang lain pada waktu itu.

Di tahun 1900an, harga jual barang-barang tidaklah ditetapkan, tetapi dalam setiap transaksi, penjual akan menawarkan suatu harga yang tinggi dan akan terjadi proses tawar-penawar yang panjang sebelum harga jual disetujui oleh kedua pihak. Toko milik Penney merupakan salah satu toko yang pertama menerapkan sistem “satu harga untuk semua orang”. Penney menetapkan harga yang adil dan cukup rendah. Pekerja yang menetapkan harga jual yang tinggi akan ditegur olehnya.

Hanya dalam waktu 7 tahun, Penney sudah berhasil membuka suatu jaringan 22 toko. Setiap pekerja turut mendapat bagian dalam keuntungan toko dan manajer di setiap toko ditawarkan untuk turut menjadi pemilik toko yang dikelolanya. Di tahun 1927, dua puluh tahun setelah pembukaan toko pertamanya, Penney dan para manajernya memiliki 1000 toko yang tersebar di seluruh kota-kota di Amerika.

Tetapi Great Depression atau keterpurukan pasar modal di tahun 1929 melanda Amerika dan seperti semua investor yang menanam modal di sektor perbankan dan properti, Penney kehilangan semua kekayaan pribadinya dalam waktu satu malam. Kerugian yang dialaminya sekitar 40 juta dolar. Bukan hanya Penney tetapi banyak investor yang mengalami kebangkrutan dan hampir setiap hari terjadi kasus bunuh diri setelah krisis moneter itu. Secara pribadi Penney sudah kehilangan segala sesuatu, malah harus menanggung hutang sebesar 7 juta dolar.

Hal ini membuat Penney sangat terpukul. Ia harus melepaskan semua pelayan dan pembantu di rumah dan kehidupan keluarganya menjadi berantakan. Di usianya yang ke 56, ia mengalami depresi berat.

Selama ini Penney telah menjalani kehidupan dan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip yang luhur yang ditanam oleh orang tuanya, dan ia juga sudah memberi cukup banyak untuk pekerjaan Tuhan, tetapi iman itu sekarang sedang diuji. Penney berkata, “Aku seperti orang yang kehilangan pegangan.” “Bisnisku ambruk, komunikasi dengan kolega memburuk dan bahkan istri dan anak-anak-ku semakin jauh dariku.” Penney bahkan berpikir untuk melakukan apa yang banyak dilakukan oleh investor yang bangkrut sepertinya, yaitu bunuh diri.

Tetapi seorang teman lamanya membujuknya untuk mencari perawatan di rumah sakit. Di dalam keputus-asaan dan depresinya yang berat Tuhan menjamahnya secara pribadi. Suatu pagi, ia bangun agak pagi dan karena sarapan belum tersedia, ia berjalan-jalan di koridor dan ia mendengar sebuah lagu yang sering dia dengar di waktu kecilnya.

Tidak kira apa yang melanda, janganlah bersedih

Tuhan akan memelihara engkau

Segala yang engkau perlukan, Ia akan sediakan

Tuhan akan memelihara engkau

Mengikuti suara nyanyian Penney menemukan sekelompok doktor dan perawat sedang berdoa di kapel. Seseorang membacakan kata, “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.”

Mengingat kembali pengalaman itu, Penney menulis, “Pada waktu itu, sesuatu terjadi kepada aku yang tidak dapat aku jelaskan. Aku mengalami suatu mukjizat. Pengalaman bertemu dengan Tuhan di pagi itu mentransformasi kehidupan aku, dan sejak itu aku menjadi orang yang sama sekali berbeda.

Selama dua belas jam setelah itu, Penney mengalami semacam pertobatan. “Secara mendadak, aku merasa perlu didengar, aku berseru dari dalam hati, ‘Tuhan, apakah Engkau akan memelihara aku? Aku tidak dapat melakukan apa-apa pun dari diriku sendiri!'” Penney menulis, “Aku merasa aku sedang dipindahkan dari kegelapan ke dalam terang.” Kata-kata “hanya percaya” datang kepadanya. “Di tengah-tengah kegagalan untuk percaya, aku dibantu untuk kembali mempercayai.”

Walaupun pada waktu itu, usianya sudah tidak lagi muda dan dibebani oleh hutang 7 juta dolar tetapi Penney mendapat kekuatan baru untuk bangkit kembali. Ia berhasil membangun kembali usahanya dengan dana pinjaman. Di pertengahan 1930an, usahanya kembali sukses dan kekayaan pribadi semakin bertambah.

Penney memperbarui dukungannya terhadap pelbagai badan amal dan menyumbang ke lebih dari 100 organisasi amal di Amerika dan di merata dunia. Jutaan dolar disumbangkan untuk pekerjaan Mulia. Sebagai penghargaan kepada orang tuanya, Penney mendirikan sebuah komunitas untuk menampung hamba-hamba Tuhan yang sudah pensiun. Penney Retirement Community tetap eksis sampai ke hari ini. Demikian juga jaringan toko retail J.C Penney, yang merupakan jaringan toko retail yang ketiga besar di Amerika hari ini.

Penney sering menceritakan ulang pertemuannya dengan Tuhan di rumah sakit. Ia mengakui kekeliruan yang telah ia lakukan karena mempercayai kesuksesannya dan bukan Tuhan. Sekalipun Penney dalam pengertian tertentu bukanlah seorang hamba Tuhan yang hebat, tetapi sebagai seorang pemimpin bisnis, komitmennya untuk menerapkan prinsip Luhur di dalam dunia bisnis dapat menjadi inspirasi bagi kita, utamanya di zaman ini di mana kehidupan rohani seringkali dipisahkan dari kehidupan bisnis.

Bagaimanapun yang perlu diperhatikan adalah prinsip-prinsip Luhur tidak selalunya menjadikan kita kaya. Ada kalanya ia dapat membuat kita miskin. Sekalipun demikian prinsip-prinsip ini tetap harus kita terapkan di dalam setiap aspek kehidupan kita.

(Informasi untuk artikel ini banyak didasarkan pada buku The Spiritual Journey of J.C Penney, oleh Dr Orlando L Tibbetts)

Sumber : CahayaPengharapanMinistries