Saat-saat ini adalah gelombang kedua penyebaran virus corona (Covid 19), jika sebelumnya saya hanya mendengar beberapa orang yang saya tahu meninggal akibat virus ini, namun sekarang-sekarang ini sudah orang yang saya kenal cukup dekat. Jika sebelumnya saya mendengar bahwa orang didaerah tertentu ada yang kena virus covid, sekarang ini bahkan keluarga saya sendiri. Kisahnya dapat dibaca dalam tulisan berikut ini “Menyikapi Covid 19 dan Perlunya Kejujuran” dan “Mendadak Sembuh“.

Walaupun belum dinyatakan sembuh, karena hasil PCR yang kedua tanggal 26 Juni 2021 masih disimpulkan positif dengan CT 37, mendadak hari Rabu malam pukul 20:45 WIB tanggal 30 Juni 2021 saya ditelepon oleh ketua kumpulan Toga Pakpahan Karawang untuk bisa hadir di keluarga salah satu anggota yang meninggal di rumah sakit akibat Covid 19. Saya memang mendengar khabar kalau bapak Ervan masuk rumah sakit akibat covid 19, dan tanggal 27 Juni 2021 saya juga telah menyarankan kepada ketua untuk dirawat dirumah saja (Isolasi Mandiri) agar dapat dikontrol dengan baik mengingat rumah sakit kebanjiran pasien, tapi tidak menyangka kepergiannya begitu cepat.

Karena situasi memang mengkhawatirkan, banyak dari anggota enggan datang untuk hadir kerumah duka, saya dan istri langsung berangkat kerumah anggota yang sedang berduka dengan protokol kesehatan ekstra.  Jalan-jalan banyak yang diportal dan suasana sepi karena memang ada pembatasan untuk menekan penyebaran virus. Tiba dirumahnya begitu memilukan, rumah terkunci karena mamanya sedang dirumah sakit mengurus jenazah suaminya  sementara anaknya yang berusia 11 tahun dan 8 tahun didalam sedang tidur. Tetangga telah menyiapkan tikar dan minuman disamping rumah, kami yang datang hanya beberapa saja untuk koordinasi dan mengambil langkah-langkah selanjutnya. Lalu kami putuskan untuk ke Rumah Sakit, walau hati ini agak ragu datang ke RSUD Karawang karena banyaknya pasien covid yang dirawat, namun rasa empati dihati mengalahkan semuanya. Jujur saja, suasana dirumah sakit sangat tidak nyaman apalagi tengah malam hampir pukul 24:00 WIB.

Saat bertemu Istri mendiang Jonson Pakpahan (16 Agustus 1978 – 30 Juni 2021), suasana sangat mengharukan kami hanya bisa hadir untuk ikut merasakan dan menyemangati tanpa bisa berbicara. Setelah melakukan koordinasi mengenai jadwal pemakaman, protokol dan lainnya kami pun pamit untuk pulang saat itu sudah pukul 02:40 WIB. Esoknya kami tidak hadir untuk pemakaman karena memang fisik masih kurang fit dan ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan walaupun masih dalam suasana WFH. Saya memonitor terus dan suasana pemakaman sangat mengharukan, karena anak-anaknya baru tahu kalau mereka telah kehilangan ayah yang mereka sayangi, tak terasa air mataku pun menetes saya hanya bisa berkata selamat jalan bapak Ervans.

Tanggal 2 Juli 2021 Pukul 23:50 WIB baru saja tidur HP berbunyi cukup keras dan diujung sana Ketua kumpulan Toga Pakpahan mengabari bahwa ada salah satu anggota yang meninggal di RSUD Karawang akibat Covid 19 dan mengajak untuk bersama-sama ke Rumah Sakit, saya bilang sebentar lalu saya matikan HP. Saya tarik nafas panjang, karena belum hilang rasa duka dan kehilangan kembali sambil mengenang kebersamaan dengan Bapak Carlos, lalu membayangkan suasana rumah sakit, lalu meminta pendapat istri. Istri lalu mengajak untuk segera berangkat untuk memberikan sekedar kekuatan walau tanpa kata-kata. Dalam perjalanan disampaikan untuk langsung saja kerumah duka. Suasana rumah duka demikian memilukan, saya melihat anaknya yang paling besar baru naik kelas 9 sedang duduk termenung dan dua adiknya telah tertidur, mamanya masih nangis terisak-isak. Setelah melakukan koordinasi dengan Punguan Parsahutaon (kumpulan masyarakat batak) setempat untuk rencana pemakaman besok kamipun izin pulang tepatnya pukul 03:00 WIB.

Pagi Pukul 10:00 WIB kami memutuskan untuk ke RS karena ada perubahan jadwal pemakaman, menurut informasi ada 16 Jenazah yang menunggu jadwal pemakaman dan keterbatasan jumlah ambulans. Telah diputuskan oleh Parsahutaon setelah koordinasi dengan keluarga untuk pemakaman bukan ditempat yang telah disediakan oleh pemerintah, namun dipemakaman setempat diwilayah mereka. Pemakaman berlangsung pukul 15:45 WIB suasana begitu memilukan ketika ketiga anak dan mamanya melepas kepergian orang yang mereka sayangi mendiang Juang Hasintongan Pakpahan (27 Maret 1977 – 02 Juli 2021) dan tak terasa kembali air mata ini menetes sambil lirih berkata selamat jalan bapak Carlos.

Hanya selisih tiga hari, kumpulan kami Toga Pakpahan Karawang kehilangan dua anggota, adapun momentum kebersamaan kami terakhir adalah sekitar bulan Maret 2020 dalam acara Bona Taon di Villa Istana Bunga Lembang sebelum pandemi Covid 19 melanda Indonesia. Waktu tak terasa berjalan demikian cepat, melihat peristiwa ini memaksa saya untuk mencintai, menghargai, selalu melakukan evaluasi dan menyayangi waktu-waktu yang ada sebagaimana Firman Tuhan dalam Efesus 5:15-16.

“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”